Sukses

Restorasi Al-Quran Tua Populer Saat Ramadhan di Libya

Pada bulan suci Ramadhan, banyak umat Muslim yang membaca Al-Qur'an untuk meningkatkan ibadah. Tak terkecuali di Libya.

Liputan6.com, Tripoli - Pada bulan suci Ramadhan, banyak umat Muslim yang membaca Al-Qur'an untuk meningkatkan ibadah. Tak terkecuali di Libya.

Hal ini mendorong sekelompok relawan di Libya untuk bekerja siang malam, guna memperbaiki Al-Qur'an yang sudah tua atau rusak.

Laporan VOA Indonesia, yang dikutip Jumat (22/4/2022) menyebut, salah satu yang turun tangan adalah Khaled al-Drebi. Ia adalah seorang warga Libya yang terkenal terampil memperbaiki Al-Qur'an.

Ia dan beberapa artisan lain datang ke sebuah sanggar kerja di Tripoli setiap hari untuk merespons meningkatnya permintaan pelanggan Ramadhan untuk memperbaiki Al-Qur'an selama Ramadhan.

"Pembelian Al-Qur'an baru biasanya naik sebelum bulan Ramadhan, tapi situasinya baru-baru ini berubah di Libya," ujar Drebi kepada AFP.

Upaya Restorasi Kian Populer Sejak Konflik Berdampak ke Perekonomian

Penyebabnya adalah kenaikan harga Al-Qur'an, terutama "sejak negara berhenti mencetaknya" di Libya, tambahnya.

Negara Afrika Utara itu telah mengalami konflik selama lebih dari satu dekade, menyebabkan banyak institusinya berantakan dan merugikan perekonomian negara yang kaya minyak itu.

"Biaya untuk membeli Al-Qur'an telah meningkat, akibatnya upaya perbaikan Al-Qur'an lama jadi semakin populer," jelas Drebi.

Harga Al-Qur'an baru bisa mencapai $20 atau hampir Rp300.000. Tapi untuk memperbaiki Al-Qur'an lama, hanya diperlukan beberapa dolar saja atau puluhan ribu rupiah.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Faktor Sentimental

Tapi biaya bukan faktor satu-satunya. Bagi banyak orang, Al-Qur'an lama juga punya nilai sentimental.

"Ada kaitan spiritual bagi sebagian pelanggan," kata Drebi. Ia menambahkan bahwa banyak pelanggannya memilih untuk melestarikan Al-Qur'an yang diturunkan dari keluarga. "Ada yang bilang Al-Qur'an ini baunya seperti kakek nenek atau orangtuanya."

Di lokakarya itu, Abdel Razzaq al-Aroussi menyortir ribuan Al-Qur'an berdasarkan tingkat kerusakan.

"Kalau kerusakannya hanya sedikit, restorasi memerlukan waktu tak lebih dari sejam, tapi kalau rusak berat, perlu dua jam atau lebih," katanya.

Kitab suci itu "harus dilepas, direstorasi, lalu diikat/ditempel," katanya -- proses rumit yang sangat memerlukan "waktu dan konsentrasi" yang besar.

Mabrouk al-Amin, pengawas di sanggar kerja itu, mengatakan proses restorasi "memerlukan banyak seniman."

"Mengerjakan buku Tuhan sangat menyenangkan dan kami tidak bosan... pekerjaan ini sangat membahagiakan," ujarnya.

Para pengrajin ini mengatakan mereka telah memperbaiki setengah juta Al-Qur'an sejak sanggar kerja itu dibuka pada 2008. Dan lebih dari 1.500 orang telah dilatih dari 150 pusat restorasi Al-Qur'an.

3 dari 4 halaman

Presiden AS Kutip Ayat Al-Qur'an Soal Kebaikan

Berbicara soal Al-Qur'an, Presiden AS Joe Biden mengeluarkan pernyataan dalam rangka menyambut awal Ramadhan 1443 Hijriah pada Jumat 1 April 2022. Dia mengatakan "bulan suci ini adalah waktu untuk refleksi dan pertumbuhan spiritual."

"(Ibu Negara) Jill dan saya menyampaikan harapan terbaik kami kepada komunitas Muslim di sini, di Amerika Serikat, dan di seluruh dunia pada awal bulan Ramadhan yang diberkati," katanya seperti dikutip dari Anadolu Agency (AA), Sabtu (2/4/2022).

"Masyarakat berkumpul untuk mempraktikkan pengampunan dan ketahanan, untuk menunjukkan kasih sayang dan kemurahan hati kepada mereka yang membutuhkan, memberi, dan untuk merayakan banyak berkah hidup bersama orang-orang terkasih," katanya lagi.

Presiden AS Joe Biden juga mengatakan "kita juga harus melanjutkan" upaya untuk berdiri bersama mereka yang menderita dan rentan di seluruh dunia, dan mereka yang menghadapi penganiayaan atau kesulitan.

"Seperti yang diajarkan Al-Qur'an, 'siapa pun yang melakukan kebaikan seberat atom pun akan melihat hasilnya,'" kata Biden.

4 dari 4 halaman

Permainan Tebak Cincin Khas Ramadhan di Irak

Semetnara itu, untuk mempererat tali silaturahmi, sebuah permainan tradisional digelar di Irak setiap Ramadhan. Tim-tim dari berbagai provinsi berkompetisi dalam permainan yang sudah eksis ratusan tahun ini. 

Mengutip VOA Indonesia, Kamis (21/4/2022), nama permainan tradisional Irak itu mheibes, yang arti sederhananya adalah tebak posisi cincin. Digelar malam hari setelah sholat tarawih, permainan ini pada intinya adalah menebak keberadaan cincin di tangan kelompok saingan.

Permainan dimulai dengan pemimpin salah satu tim secara hati-hati berusaha menyembunyikan cincin di tangan salah satu anggota timnya. Kemudian tim kedua mencoba menemukan cincin itu dengan menebak di tangan mana cincin itu diletakkan.

Setiap tim terdiri dari 21 pemain, yang berarti ada 42 tangan dalam tim untuk dipilih. Ketika sebuah tim mencetak 21 poin terlebih dahulu, tim itu dianggap sebagai pemenang.

Tingkat Lokal hingga Nasional

Pertandingan mheibes dimulai di tingkat lokal, seperti tingkat rukun warga. Para pemenang selanjutnya dipertandingkan di tingkat kota atau desa, kemudian tingkat provinsi dan terakhir tingkat nasional.

Mouhamed Abdul Razak, seorang pemain, menceritakan sejarah permainan ini.

“Permainan mheibes adalah permainan tradisional, biasanya dimainkan di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Kami mempelajari permainan ini dari nenek moyang kami. Ini adalah permainan cinta, harmoni, dan kedamaian antara semua tim dan provinsi di Irak, antara Baghdad dan semua provinsi lain di Irak."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.