Sukses

Ingin Tinggal di Jakarta? Pelajari Dulu Cara Atur Keuangannya Biar Tak Boros

Jakarta merupakan salah satu kota termahal di dunia

Liputan6.com, Jakarta Jakarta merupakan salah satu kota termahal di dunia. Namun, bukan berarti tidak bisa bertahan hidup dengan baik jika penghasilannya berkisar Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta sebesar Rp 4,4 juta.

"Jakarta boleh mahal, tapi tidak semuanya mahal. Kebiasaan makan saja dahulu yang diperbaiki, yang mungkin setengahnya atau 75 persen jajan sebelumnya harus selalu beli, sekarang dihitung dahulu gajinya," kata Perencana Keuangan, Mike Rini Sutikno, kepada Liputan6.com pada Selasa (26/4/2021).

Tingkat konsumsi masyarakat memang membantu roda perekonomian negara terus berputar. Namun menurutnya, bukan berarti harus konsumtif. Hal ini berlaku untuk semua jenis penghasilan, baik yang kecil maupun berpenghasilan besar sekalipun.

Kuncinya adalah mengontrol gaya hidup, dan berusaha selalu merasa cukup dengan apa yang sudah didapat. Masyarakat memang tidak bisa mengendalikan harga barang-barang mahal, tapi yang bisa dilakukan adalah mengendalikan pengeluaran.

Ia pun menyarankan untuk menyisihkan gaji untuk menabung dan investasi.

"Yang bisa kita kendalikan adalah kita punya gaji segitu, lalu kita bisa apa. Pastinya harus menabung dan investasi, sehingga gaya hidup itu yang kita atur," jelasnya.

Jika bisa mengendalikan gaya hidup, katanya, maka kita bisa membuat strategi untuk mengelola yang dimiliki.

"Cukup tidak cukup kan relatif. Tapi untuk menghadapi Jakarta yang merupakan salah satu kota termahal, kita punya kebiasaan, spending, perlu diatur dan dikendalikan. Itu harus," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tidak Hanya Satu Sumber Pendapatan

Mike juga menyarankan agar masyarakat, tidak hanya yang di Jakarta, untuk tak bergantung pada satu sumber pendapatan. Caranya bisa dengan memberdayakan kreativitas yang ada.

"Keduanya harus jalan karena kalau kita hemat saja, kita kurang balance. Kreativitas kita bukan hanya pas penghematan, tapi bagaimana bisa memberdayakan apa yang ada untuk bisa membuka penghasilan yang berbeda," jelas pendiri Mitra Rencana Edukasi tersebut.

Hal tersebut harus dilakukan secara bertahan. Karena seiring waktu, pekerja akan pensiun sedangkan biaya di Jakarta akan semakin tinggi.

Mike mengatakan momen Ramadan pun bisa dimanfaatkan untuk mulai mengubah kebiasaan pengeluaran. Caranya dengan mengubah pola konsumsi yang biasanya ditujukan untuk diri sendiri, beralih misalnya dengan infak dan sedekah.

Artinya, kata Mike, cara untuk mengubah pola pengeluaran konsumtif bisa diubah dengan berbagai hal dan secara bertahap. Terlebih lagi, untuk mengubah kebiasaan secara drastis memang tidak mudah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.