Sukses

Hati-Hati, Kemacetan Bisa Menjadi Pemicu Kanker

Kemacetan masih menghantui sebagian kota besar di dunia, salah satunya adalah Jakarta. Beragam upaya ditempuh untuk mengurangi kemacetan, sebut saja kebijakan ganjil-genap atau memperbaiki sistem transportasi massal.

Liputan6.com, Jakarta - Kemacetan masih menghantui sebagian kota besar di dunia, salah satunya adalah Jakarta. Beragam upaya ditempuh untuk mengurangi kemacetan, sebut saja kebijakan ganjil-genap atau memperbaiki sistem transportasi massal.

Permasalahan macet ini, memang wajib dilakukan. Pasalnya, menurut peneliti senior dari Universitas Surrey, Inggris, Dr Prashant Kumar, mengatakan bahwa kondisi jalanan macet secara ilmiah dapat meningkatkan potensi sakit orang-orang yang terjebak di dalamnya. Hal tersebut, berkaitan dengan kadar polutan yang ada saat kepadatan lalu lintas terjadi.

Ketika macet, emisi yang keluar dari semua kendaraan terakumulasi hanya di satu titik. Kumar, yang memimpin riset tentang polusi pada 2015, menemukan bahwa pengemudi (dan tentu saja penumpangnya) yang terjebak di kemacetan terkena partikel berbahaya 29 kali lebih banyak daripada yang mengemudi dalam arus lalu lintas yang lancar.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengklasifikasikan polusi udara luar ruangan semacam ini sebagai karsinogenik, atau zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada manusia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tutup Jendela

Dengan efek yang cukup berbahaya, ada cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi hal tersebut dengan tidak "menarik" polutan dari luar ruangan ke dalam mobil. Caranya adalah dengan menutup jendela dan mematikan kipas. Memang, cara ini tidak berlaku bagi mereka yang mengendarai sepeda motor.

"Salah satu cara terbaik untuk membatasi pemaparan udara kotor adalah dengan menutup jendela, mematikan kipas, dan memperlebar jarak antara Anda dan mobil yang ada di depan ketika macet atau saat menunggu lampu merah," ujar Kumar, dikutip dari laman resmi Universitas Surrey, surrey.ac.uk.

3 dari 3 halaman

Sirkulasi Udara

Kalau kipas atau pengatur suhu perlu menyala, sambung Kumar, pengaturan terbaik adalah dengan menyirkulasikan kembali udara di dalam mobil tanpa menarik udara dari luar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini