Sukses

Masjid di Kenya Gelar Ibadah Virtual Akibat Pandemi Corona COVID-19

Tak ada iftar atau ibadah berjamaah saat Ramadan tahun ini di tengah pandemic Virus Corona COVID-19 di Kenya. Hanya ada ibadah virtual, seperti apa?

Liputan6.com, Kenya - Dalam hari Jumat yang normal di bulan Ramadan, tanpa Corona COVID-19, Ahmed Ali Mohamed akan pergi ke masjid bersama keluarga dan teman-temanya untuk berbuka bersama. 

"Kemudian kita kembali ke rumah dan makan bersama dengan keluarga dan teman, terkadang kami akan makan bersama di rumah nenek atau ibu saya," katanya dari rumahnya di Nairobi, Kenya, seperti yang dikutip dari PRI pada Selasa (19/05/2020). 

"Namun Ramadan kali ini terasa berbeda," lanjutnya. 

Eastleigh, merupakan daerah Muslim di mana Mohamed bersama ibu dan neneknya tinggal, saat ini mereka mengalami lockdown akibat Corona COVID-19 dan rata-rata masjid telah tutup. Namun beberapa masjid menawarkan ibadah virtual yang dapat dilihat melalui YouTube. 

"Saya tidak bisa datang sama sekali. Tak seorang pun diperbolehkan datang," ujar Mohamed, yang saat ini tinggal di bagian lain dari Nairobi. Dirinya mengatakan bahwa polisi dan tentara telah menutup jalan di Eastleight agar orang-orang tidak keluar masuk di daerah tersebut," ujarnya. 

Sejak 7 Mei, pemerintah Kenya telah mengumumkan 15 hari lockdown di Eastleigh setelah daerah tersebut mengalami kenaikan kasus COVID-19. Beberapa menuduh para pejabat melakukan diskriminasi terhadap umat Muslim, karena mereka telah menutup Old Town, daerah yang juga memiliki komunitas Muslim yang tinggi di daerah Mombasa. 

"Tidak ada gunanya untuk menarget orang lain," ujar Menteri Dalam Negeri Kenya Fred Matiangi mengatakan kepada para pemimpin Muslim awal minggu ini. "Kita sama-sama mengalami kesulitan. Penyakit ini tidak memilih dari mana Anda berasal."

Mohamed merasa bahwa lockdown akibat Corona COVID-19 ini tidak ditujukan kepada umat Muslim. Bahkan, dirinya mengingat pedoman dari kitab suci tentang apa yang harus dilakukan orang ketika dalam pandemi atau wabah. 

"Anda tidak bisa pergi ke semua tempat yang saat ini dikarantina. Dan jika Anda datang ke tempat yang dikarantina maka jangan keluar," ujarnya. "Hadis itu datang dari Nabi Muhamad SAW." 

Namun, seperti orang-orang Nairobi lainnya, dirinya khawatir dengan keluarganya dari efek lockdown. "Sebagian besar orang yang pergi ke Eastleigh berasal dari luar. Orang-orang seperti pedagang kecil, membawa bahan makanan segar, mereka tidak datang ke Eastleigh lagi," ujarnya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Orang-Orang Eastleigh Sempat Protes

Para penduduk dan pekerja dari Eastleigh sempat protes akibat lockdown. Sebab pemerintah setempat hanya mengizinkan pekerja penting untuk keluar masuk di area tersebut. 

Namun Mohamed yang melakukan perdagangan seperti gula dan tepung mengatakan lockdown membuat pasokan makanan menurun tak hanya di Eastleigh, tapi juga di seluruh bagian negara. 

Berminggu-minggu sebelum Eastleigh dikarantina, pemerintah setempat telah mengumumkan lockdown di seluruh kota, artinya Mohamed tidak bisa meninggalkan Nairobi untuk bekerja. 

Bahkan kurma, yang menjadi makanan andalan Ramadan menjadi langka atau sangat mahal. 

"Kita biasanya memiliki banyak kurma, yang datang dari negara Timur Tengah atau Afrika Utara," kata Mohamed. "Kita tidak bisa mendapatkannya karena tidak ada barang yang masuk ke dalam negara," lanjutnya. 

Tanpa iftar bersama yang ditunggu-tunggu, Mohamed meluangkan Ramdan di rumah bersama istrinya, Fatimah dan dua anak kecil mereka.

Mereka juga melakukan ibadah dari rumah. "Mayoritas masjid di sini memiliki akun YouTube, jadi Anda bisa melihat doa dari YouTube," kata Mohamed. 

"Secara spiritual, Anda harus online jika ingin bertanya kepada para imam."

Mohamed menunjukan Masjid Jamia yang menutup pintunya untuk pertama kalinya dalam 95 tahun akibat pandemi.

Sementara saluran televisi masjid, Horizon TV, juga merilis ibadah virtual dan program untuk anak-anak, interview bersama para ilmuwan dan ahli secara rutin. 

Para petinggi agama berupaya untuk mengurangi penularan Virus Corona COVID-19, dan pihak Masjid Jamia ingin mencoba melakukan pesan-pesan yang berbeda untuk mereka yang merayakan Ramadan di rumah saja.

 

Reporter: Yohana Belinda

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini