Sukses

Kisah Perawat yang Diisolasi, Tekun Tingkatkan Amalan Ramadan

Tenaga medis yang diisolasi usai menangani pasien Covid-19, lebih banyak menghabiskan waktu untuk memperbanyak amalan Ramadan.

Liputan6.com, Bontang - Menjalani proses karantina sebenarnya bukan perkara mudah. Kelihatanya sederhana seperti tidur, menjalani rutinintas harian di dalam kamar dengan segala kebutuhan hidup yang terjamin.

Tapi sebenarnya, dibalik karantina ada kerinduan membuncah. Terlebih di Bulan Ramadan, ketika banyak keluarga menghabiskan waktu dan beribadah bersama keluarga.

Itu pula yang dirasakan oleh dua tenaga medis di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Keduanya tergabung dalam 35 tenaga medis yang harus menjalani karantina karena hasil rapid test reaktif.

Saat diwawancara, keduanya tak ingin disebutkan identitasnya. Kekhawatiran akan berdampak buruk bagi keluarga lainnya di rumah, termasuk anak-anak mereka.

“Saya awalnya tidak percaya dinyatakan positif hasil rapid test, tapi mau bagaimana lagi, prosedurnya harus jalani karantina dulu,” kata seorang tenaga medis berusia 36 tahun melalui sambungan telepon, Selasa (28/4/2020).

Tenaga medis ini dikarantina di Hotel Grand Mutiara Bontang. Untuk melawan rindu kepada keluarga, dia terbiasa menggunakan panggilan video.

Terlebih kepada ketiga anaknya yang masih kecil, berusia 7 bulan, 8 tahun, dan 10 tahun. Sesekali dia menyaksikan lewat layar ponsel anaknya sedang bermain.

“Saya petugas medis dan selama bertugas tidak boleh pulang. Di masa karantina saat ini, saya tidak tahu kapan bisa pulang ke rumah,” tambahnya.

Tenaga medis lain, mengaku lebih banyak menghabiskan waktu dengan beribadah. Berhubung lagi Bulan Ramadan, tenaga medis satu ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca Alquran.

“Saya lebih senang tadarrus atau membaca berita. Kadang-kadang juga berdiskusi dengan tenaga medis lainnya karena meski dikarantina, kami tetap terhubung,” katanya.

Masa karantina dijadikan waktu untuk semakin meningkatkan ibadah. Berdoa dan memohon kekuatan selama menjalani masa karantina.

“Kita masih khawatir menunggu hasil uji swab dari laboratorium. Doakan saja hasilnya negatif,” harapnya.

Dengan meningkatkan ibadah dan amaliyah Ramadan, tenaga medis ini mengaku mendapat ketenangan. Sebab, dinyatakan positif hasil rapid test saja sesuatu yang mengejutkan.

Mereka berharap, pandemi ini segera berakhir sehingga bisa kembali berkumpul di rumah. Jika Ramadan kali ini belum bisa dijalankan bersama, setidaknya Idul Fitri nanti bisa menjadi obat penawar rindu.

Simak juga video pilihan berikut

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.