Sukses

Mo Farah Pelari Imigran Inggris yang Berpegang Teguh kepada Alquran

Mo Farah, pelari Inggris asal Somalia, meraih kesuksesan di dunia atletik karena berpegang teguh dengan Alquran.

Liputan6.com, London - Pelari asal Inggris, Mo Salah merupakan seorang imigran Muslim yang lahir di Mogadishu, Somalia, 36 tahun lalu. Dia memutuskan pindah ke London, Inggris saat usianya masih 8 tahun dan menuai sukses berkat Alquran.

Mo Farah tumbuh dewasa di sisi barat London, Distrik Hounslow. Bakatnya sebagai pelari pertama diketahui oleh seorang guru pendidikan jasmani bernama Alan Watkinson. Itu tak lama setelah Farah tinggal di London.

Pada tahun 2001, ia memenangkan gelar juara bergengsi pertamanya, European Junior Championships kategori lari 5000 meter. Pada tahun yang sama menjuarai European Cross Country Championships kategori Tim Junior dan menyabet juara kedua pada kategori Junior Individual.

Dia pun sempat mendapat medali emas Olimpiade cabang olagraga atletik di nomor 5.000 meter dan 10.000 meter. Mo Farah meraih kesuksesan karena berpegang teguh dengan Alquran.

"Anda harus percaya sama Tuhan. Segala sesuatu terjadi karena satu alasan, jadi Anda tidak boleh patah arang," ucap Mo Farah, dikutip dari The Independent, 10 Agustus 2012.

"Juga dikatakan dalam Alquran bahwa anda harus bekerja keras dalam apa pun yang anda lakukan, jadi saya bekerja keras saat berlatih dan itu banyak berdampak pada kesuksesan. Itu (kesuksesan) tidak hanya datang dalam semalam, anda harus berlatih untuk itu dan percaya pada diri sendiri; itu hal yang paling penting," katanya menambahkan.

Berkat kepercayaannya kepada Alquran, nama Mo Farah dimasukkan Royal Islamic Strategic Studies Centre yang berbasis di Yordania dalam daftar 500 orang Muslim berpengaruh di dunia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lingkungan Muslim

Mo Farah tumbuh di lingkungan Muslim. Dalam tulisannya di The Telegraph, dia bersama kembarannya, Hassan, memulai pelajaran sekolah saat berusia lima tahun di madrasah.

"Pelajaran kami berfokus pada Alquran, tetapi kami juga mempelajari sejarah Prancis dan lokal. Beberapa pagi di madrasah, kami bergiliran membacakan ayat-ayat (Alquran) di depan kelas," ujarnya mengakhiri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.