Sukses

Cerita Enteng Jodoh dari Takjil Manis Khas Suku Kajang Bulukumba

Dumpi eja, kue khas suku Kajang Bulukumba menyimpan cerita menarik mengenail kesakralan penganan ini.

Liputan6.com, Makassar - Dumpi eja merupakan salah satu kuliner khas suku Kajang yang terdapat di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Semakin dikunyah, penganan ini justru semakin manis. Inilah yang menjadi alasan kue dumpi eja masuk dalam daftar salah satu kuliner yang cocok dijadikan takjil untuk berbuka puasa. Apalagi, jika disandingkan dengan teh hangat atau kopi hitam.

"Itu kue khas suku Kajang yang selalu ada pada setiap acara adat khususnya acara perkawinan," kata Daeng Rampe (38) warga asli suku Kajang yang berdomisili di Desa Moncongloe Lappara, Kabupaten Maros, Selasa, 23 Mei 2018.

Dumpi eja, kata dia, artinya kue merah. Bahan bakunya sangat sederhana, hanya terdiri dari beras ketan yang dicampur bersama gula merah.

"Kalau dimakan rasanya kenyal-kenyal dan manis. Yah, biasa kami jadikan takjil untuk berbuka puasa," ucap Rampe.

Ia mengungkapkan ada cerita tentang kesakralan kue khas suku Kajang yang dikenal sebagai suku keramat dan sakti di Sulsel tersebut.

Konon, tradisi berebut kue dumpi eja pada acara-acara pernikahan adat suku Kajang masih lestari hingga saat ini. Menurut cerita neneknya, kata Rampe, kue dumpi eja wajib dimakan dalam acara pernikahan adat. Khususnya bagi mereka yang masih gadis atau pria jomblo.

"Nenek dulu itu sering bilang kalau ke acara perkawinan adat jangan lupa makan kue khas suku Kajang dumpi eja apalagi dulu saya masih status gadis. Katanya biar cepat juga nikah. Wajib kata nenek," beber Rampe.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penasaran Ingin Buat?

Bagi mereka yang ingin mencoba membuat dumpi eja, kue khas suku Kajang di rumahnya sendiri, cukup menyediakan bahan-bahan berupa gula merah, tepung, dan beras air wijen.

Cara membuatnya, pertama-tama, beras ketan direndam sekitar 5 hingga 10 jam kemudian ditiriskan. Setelah itu beras tersebut digiling hingga menjadi tepung halus.

Tepung kemudian dicampurkan gula merah yang telah disisir halus lalu diaduk merata menggunakan tangan. Tambahkan air secara bertahap ke dalam adonan agar membentuk bulatan yang kenyal.

Adonan yang tampak menyatu kemudian didiamkan dalam wadah (baskom) hingga seluruh adonan benar-benar sudah menyatu tanpa serat. Selanjutkan tambahkan wijen segelas dalam adonan yang telah menyatu tersebut dan diamkan sekitar 12 jam, kemudian digoreng.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.