Sukses

PAN Sebut Jokowi Kena Jebakan Batman, Ini Respons Maruarar PDIP

PAN menilai Joko Widodo atau Jokowi dan koalisinya terkena jebakan Batman ketika memilih memilih Ketua MUI Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden.

Liputan6.com, Jakarta - Partai Amanat Nasional (PAN) menilai Joko Widodo atau Jokowi dan koalisinya terkena jebakan Batman ketika memilih memilih Ketua MUI Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden. Politikus PDIP Maruar Sirait, menilai Jokowi tidak ada istilah tersebut dalam pemilihan Ma'ruf Amin sebagai cawapres.

Jokowi, kata dia, tidak pernah mengajarkan tim sukses, relawan, partai koalisi untuk menjebak siapapun. Dia berpandangan Jokowi berpolitik dengan tulus dan santun.

"Jokowi berpolitik tidak pernah jebak menjebak. Kalau ada yang menganggap berhasil kena jebakan, silakan rakyat yang menilainya sendiri," kata pria yang akrab disapa Ara usai menghadiri pelatihan kader siap guna Gerakan Pemuda Ka'bah PPP di Bogor, Sabtu 11 Agustus 2018 malam.

Dia menilai Jokowi memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapres karena menghargai dan menghormati ulama. Selain itu, pasangan Jokowi-Ma'ruf merupakan paduan antara nasionalis dan religius.

"Nasionalis dan religius. Itu alasan yang sangat jelas. Jadi kita tidak merasa terjebak dan tidak mau menjebak siapapun," ujar Maruarar. (Achmad Sudarno)

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pernyataan PAN

Wakil Sekretaris Jenderal PAN Erwin Izharuddin menilai, keputusan koalisi pendukung Joko Widodo memilih Ketua MUI Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden sebagai 'jebakan betmen'. Sebab, koalisi pendukung Jokowi mengira koalisi pendukung Prabowo Subianto akan memilih sosok cawapres dari kalangan ulama.

"Dengan adanya ini partai oposisi mengira Sandiaga Uno enggak akan diambil yang diambilnya itu ulama. Maka lahirnya kubu sebelah ngambil ulama, sebenarnya ini jebakan betmen," kata Erwin di Restoran Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (11/8).

Erwin menuturkan, koalisi pendukung Jokowi juga konsisten dalam bersikap dengan memilih Ma'ruf. Sebab, kubu Jokowi pernah menyatakan urusan politik dan agama harus dipisahkan, tetapi di akhir-akhir pendaftaran capres-cawapres justru memilih Ma'ruf.

"Mereka dari dulu Jokowi ngabalin bilang politik dan agama dipisahkan. Makanya dengan adanya ijtima ulama, mereka ambil ulama (Ma'ruf). Ternyata terbukti mereka tak sesuai dengan omongannya. Padahal dia bilang politik dan agama dipisahkan tapi akhirnya ambil ulama," kata Erwin.

Sementara, kubu Prabowo akhirnya menyimpulkan cawapres yang dibutuhkan adalah sosok yang menguasai ekonomi. Maka dipilih nama Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.

"Karena kita harusnya wakil Indonesia ini yang ngerti ekonomi bukan ulama agar kita meng-createpengusaha di indonesia banyak seperti Singapura dan ini tugasnya Sandi. Kalau Prabowo itu membawa ide-ide dan gaasan untuk Indonesia kedepan dibantu ekonomi," tegasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.