Sukses

Atasi Masalah Sampah di Tangerang Selatan, Azizah Perkenalkan Program Jelita

Azizah berpandangan perlu ada gerakan gotong royong untuk mengatasi persoalan sampah.

Liputan6.com, Jakarta Manajemen pengelolaan sampah masih menjadi salah satu persoalan yang belum teratasi secara penuh di Kota Tangerang Selatan. Meski sejumlah program sudah dijalankan dari Bank Sampah hingga rumah minim sampah.

Sayangnya, program tersebut dinilai belum menunjukkan hasil yang signifikan. Bahkan, masalah sampah menjadi sorotan setelah sheet pile Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang rontok. Ratusan ton sampah tumpah memenuhi bibir sungai Cisadane. Sejumlah aktivis lingkungan ramai-ramai mengkritik penanganan sampah yang dikerjakan kurang serius oleh Pemkot Tangsel.

Menanggapi persoalan tersebut, bakal calon walikota Tangsel Siti Nur Azizah mengaku sudah lama berdiskusi dengan aktivis lingkungan. Salah satunya membahas masalah sampah dan masa depan TPA Cipeucang.

Hasil dari diskusi tersebut, Azizah berpandangan perlu ada gerakan gotong royong untuk mengatasi persoalan sampah. Tidak bisa dikerjakan oleh pemerintah saja. Masyarakat pun harus terlibat.

"Tinggal bagaimana mengkomunikasikan ke masyarakat dalam gerakan sampah ini. Kalau ada kemauan serius dari pemerintah saya yakin bisa," katanya saat ditemui di acara diskusi bersama aktivis lingkungan di kawasan Bintaro, Pondok Aren, Minggu (21/6/2020).

Azizah pun memamerkan program penanganan sampah. Namanya jelita atau jemput limbah rumah tangga. Program ini dimulai dengan mengelola sampah organik menjadi pupuk cair.  Dia yakin jelita ini, sesuai namanya akan digemari masyarakat.

Selain mudah dikerjakan juga hasilnya bisa mengurangi tumpukan sampah yang kian menggunung di TPA Cipeucang.

"Kalau jadi gerakan masyarakat Tangsel dalam waktu tidak lama masalah sampah bisa teratasi. Terpenting pemerintah bisa massif mengerakan program ini. Warga pun mendukung," ungkap dia.

Kata dia, program jelita menjadi gerakan kota yang kemudian menggerakkan partisipasi masyarakat. Sebagai motor penggerak RT dan RW lokal di rumah tangga. Hal tersebut tentunya menjadi gerakan masyarakat kota Tangsel. Ini menjadi solusi sistematis, terukur, partisipasi masyarakat.

"Tak hanya menggaungkan Tangsel sebagai smart city tapi juga smart society,"ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perlu Kebijakan Konkret Pro-Lingkungan

Sementara itu, kordinator Sekber Jeletreng, Aquary Sandi mengkritik pola pikir pemerintah dalam melihat isu lingkungan. Yakni hanya melihat satu aspek saja, namun mengabaikan aspek lainnya.

Dia mencontohkan arah pembangunan tak hanya dilihat dari infrastruktur saja tetapi juga pelestarian lingkungan.  "Selama ini ukuran keberhasilan kota dipandang dari bagusnya jalan, banyaknya gedung bertingkat, dan sebagainya," ucap dia. 

Menurutnya, pemerintah sering abai terhadap pelestarian lingkungan, menjaga lingkungan, ataupun mengkampanyekan gerakan lingkungan.

"Kalaupun ada masalah lingkungan yang dibahas hanya seremonial saja tanpa aksi nyata. Ini yang harus diubah," katanya.

Menurutnya, tanpa adanya gerakan konkrit pemerintah ditambah kesadaran masyarakat, jangan harap persoalan sampah bisa selesai. Karenanya dia menyambut baik inisiasi program jelita tersebut oleh putri wapres tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.