Sukses

Sudirman Said: Perlahan tapi Pasti Korupsi Akan Ditinggalkan

Sudirman Said menilai sosial media menjadi alat yang ampuh untuk mengungkap segala perbuatan manipulasi dan korupsi.

Liputan6.com, Semarang - Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said membahas masalah korupsi saat memberi kuliah umum di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung (Unissula), Semarang. Ia menyatakan korupsi adalah budaya yang pasti ditinggalkan.

"Nanti korupsi itu seperti orang pakai helm. Perlahan tapi pasti orang akan sungkan korupsi. Tidak korupsi akan menjadi budaya. Seperti kalau keluar rumah naik motor kan harus pake helm. Bukan karena disuruh tapi karena kesadaran akan keselamatan diri dan keluarga," kata Sudirman kepada media usai memberikan kuliah umum tentang Kepemimpinan yang Bersih, Rabu (14/3).

Ia mengatakan, di era informasi saat ini kejahatan makin sulit disembunyikan. Sebaliknya, lanjut dia, kejahatan semakin cepat dan mudah terungkap.

Media sosial menjadi alat yang ampuh untuk mengungkap segala perbuatan manipulasi dan korupsi. "Karena itu kalau ada yang masih mau korupsi dalam situasi seperti ini, orang itu sudah ketinggalan zaman, kuno," katanya.

Kepada Liputan6.com Sudirman Said menegaskan bahwa semesta akan mendukung semua perbuatan baik masyarakat Indonesia. Korupsi yang sulit dibuktikan, korupsi yang ditutup-tutupi, pada saatnya nanti akan dibuka oleh alam.

"Siapa sangka jika sebuah tiang listrik bisa menjadi penentu takdir terungkapnya sebuah kasus korupsi? Atau mungkin hanya selokan, bisa juga kutu dalam beras sejahtera. Semua elemen alam bisa saja menjadi kunci pembuka sebuah kasus," kata Sudirman.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tolak Pemilihan Langsung

Meski demikian, dalam kuliah umumnya, Sudirman menegaskan tak setuju wacana meninjau ulang pemilihan langsung kepala daerah. Ide itu sempat dilontarkan oleh pimpinan KPK.

KPK berpendapat besarnya biaya Pilkada langsung membuat korupsi tumbuh subur di daerah. Hal ini menjadi sisi negatif pilkada langsung.

Sudirman menilai, wacana merupakan kemunduran dalam proses demokrasi.

"Demokrasi tidak boleh ditarik ke belakang. Yang harus dilakukan adalah mendidik masyarakat untuk memilih kandidat yang bersih, memiliki integritas, dan berkompeten dalam Pilkada," terang dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.