Sukses

Dilema Pengguna Mobil Listrik, Klaim Jarak Tempuh Pabrikan Berbeda dengan Kondisi di Jalanan

Kendaraan listrik terus berkembang pesat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Namun, tidak sedikit masyarakat yang justru masih ragu dengan penggunaan mobil atau motor ramah lingkungan ini

Liputan6.com, Jakarta - Kendaraan listrik terus berkembang pesat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Namun, tidak sedikit masyarakat yang justru masih ragu dengan penggunaan mobil atau motor ramah lingkungan ini.

Berdasarkan studi baru dari S&P Global Mobility, masalah dari berkurangnya minat masyarakat terhadap adopsi kendaraan listrik, adalah jarak tempuh. Pasalnya, klaim dari pabrikan dengan kondisi sebenarnya di lapangan sering kali bertolak belakang.

Salah satu contoh studi yang digunakan, adalah mobil listrik Tesla Model 3 Performance AWD yang diklaim memiliki jarak tempuh 499 km. Namun, dalam kondisi di lapangan, hanya menunjukkan jarak tempuh sebesar 399 km.

Disitat dari Carscoops, Sabtu (28/5/2023), perbedaan ini tentu saja tidak menjadi masalah jika jumlah SPKLU sebanyak SPBU atau jika pengisian baterai mobil listrik secepat mobil konvensional.

Terlepas dari beragam kendaraan listrik yang telah diluncurkan banyak pabrikan dalam beberapa tahun terakhir, S&P melaporkan bahwa dari survei sebanyak 6 dari 10 orang menyatakan minat untuk membeli kendaraan listrik pada 2022, turun dibandingkan 8 dari 10 orang pada 2021.

Artinya, ada penurunan minat konsumen dari tahun ke tahun terkait kendaraan listrik yang disebabkan salah satunya, adalah klaim yang berbeda dari pabrikan soal jarak tempuh dengan kondisi yang sebenarnya.

Meskipun penelitian mengklaim, dua per tiga dari konsumen yang melakukan survei, menganggap jarak tempuh sebesar 241 sampai 483 km dapat diterima meskipun tergantung apakah jarak tempuh tersebut benar-benar sama antara klaim dan kondisi asli saat mobil listrik digunakan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bukan GM atau Toyota, Pabrikan Cina Jadi Pesaing Berat Ford di Industri Mobil Listrik

CEO Ford Motor Co (FMC), Jim Farley mengatakan, pabrikan Cina adalah saingan utama di industri kendaraan listrik. Namun, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) ini memiliki rintangan untuk bersaing dalam hal biaya skala yang lebih kecil.

"Saya pikir kita melihat CIia sebagai pesaing utama, bukan GM (General Motors) atau Toyota," ujar Farley, di Morgan Stanley Sustainable Finance Summit.

Lanjut Farley, Cina sebagai pasar mobil terbesar di dunia, memiliki beberapa teknologi baterai terbaik, dan mendominasi produksi kendaraan listrik. Bahkan, ia juga menyebut BYD, Geely, Great Wall, Changan sebagai deretan penguasa di antara pembuat mobil Tiongkok.

Bahkan, untuk mengalahkan mobil Cina, Farley mengatakan Ford membutuhkan merek yang berbeda, yang menurutnya memiliki harga yang lebih rendah.

"Tapi bagaiaman Anda mengalahkan mereka dalam hal biaya jika skalanya lima kali lipat dari skala Anda," tambah Farly.

"Orang Eropa membiarkan (produsen Cina) masuk, jadi sekarang mereka menjual dalam volume tinggi di Eropa," tegasnya lagi.

Ford mengatakan, pada Februari lalu akan menginvestasikan US3,5 miliar untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Michigan menggunakan mitra Cina, CATL untuk memproduksi baterai dengan biaya yang lebih rendah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini