Sukses

Siapkah Konsumen Indonesia Menyambut Mobil Listrik?

Tren dunia otomotif yang mengarah ke elektrifikasi sudah tak dapat dipungkiri. Berbagai pabrikan tengah serius dalam menggarap mobil listrik.

Liputan6.com, Jakarta Tren dunia otomotif yang mengarah ke elektrifikasi sudah tak dapat dipungkiri. Berbagai pabrikan tengah serius dalam menggarap mobil listrik. Bahkan, beberapa negara sudah mewajibkan mereka untuk memasarkan kendaraan ramah lingkungan.

Terkait perkembangan mobil listrik, benarkah masyarakat sudah siap menyambutnya? Mengutip dari Carscoops.com, bos Lexus, Yoshihiro Sawa, mengatakan bahwa baik mobil maupun masyarakat belum 100 persen siap dan memahami dampaknya bagi lingkungan.

Padahal, divisi mobil mewah Toyota tersebut juga turut berpartisipasi dalam perkembangan teknologi electric vehicle (EV). Namun, Sawa menyatakan bahwa pihaknya baru akan memasuki pasar mobil listrik ketika masyarakat telah sepenuhnya siap dan masalah lingkungan terselesaikan.

"Mobil listrik murni membutuhkan waktu pengisian ulang yang lama dan baterainya berdampak buruk bagi lingkungan seiring berjalannya waktu. Setelahnya, kami harus mempersiapkan tahap daur ulang untuk baterai yang sudah rusak," kata Sawa.

Ia pun menyatakan bahwa hal itu lebih rumit dari kelihatannya. Saat ini, Sawa bersama Lexus masih menggodok solusi terbaik bagi EV dengan tetap memperhitungkan kebutuhan mobil konvensional dan hybrid.

 

 Sumber : Otosia.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Soal Mobil Listrik, Pemerintah Jangan Lamban Terbitkan Regulasi

Keberadaan kendaraan listrik di pasar otomotif Tanah Air masih tersandung regulasi yang belum jelas. Padahal, jika Peraturan Presiden (Perpres) terkait low carbon emission vehicle (LCEV) diterbitkan, bakal mendorong pasar kendaraan rendah emisi cepat terbentuk.

Dijelaskan Agus Pambagio, Pengamat Kebijakan Publik, Indonesia ini sebenarnya tidak memiliki industri otomotif. Selama hampir 50 tahun, negara ini hanya menjadi tempat untuk merakit dan hanya menjadi konsumen.

 

 

 

"Saat pertemuan di Denpasar, saya diundang Kementerian ESDM, dan mereka katakan kita hanya berkelahi saja di pendapat sehingga tidak jadi-jadi (regulasinya)," jelas Agus di acara Focus Group Discussion Senjakala Industri Komponen Otomotif dalam Menghadapi Era Mobil Listrik di Indonesia, Rabu (17/8).

Lanjut Agus, untuk lompatan mobil listrik, hybrid, atau hidrogen, Indonesia jangan hanya menjadi konsumen.

"Bisa tidak? Saya rasa harus bisa, dan harus cepat. Untuk mobil mesin bakar (konvensional) kita hanya merakit, dan saya ingin di era mobil listrik ini kita ikut research and development (R&D)," tegasnya.

Sementara itu, kebijakan untuk mobil listrik ini seharunya menitik-beratkan pada teknologi. Bahkan, bisa dibilang tidak ada teknologi yang murni dikembangkan dari awal, dan istilahnya banyak negara yang juga 'mencuri' teknologi lain, dan kemudian dikembangkan sendiri.

"Ayo cepat kebijakan. Peraturan ini mulai Oktober 2017, dan bikin PP sampai sekarang tidak tahu bagaimana," tegasnya.

"Saya terakhir berada di ruangan Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, dan saya bertanya apa kabar Perpres, dan dijawab belum. Jika memang mau konsentrasi hidrogen, ya masukan dan yang penting tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Lalu, kita bilang industri 4.0, kita harus berani berubah, masa tidak berani," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.