Sukses

`Pembalasan` Harimau, Kepung Pembalak Liar Aceh 5 Hari di Pohon

Hukum rimba bergema di Taman Nasional Gunung Leuser, Tamiang, Aceh. Nyawa dibayar nyawa. 1 Anak harimau dibayar 1 pembalak liar.

Hukum rimba bergema di Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh Tamiang, Aceh. Nyawa dibayar nyawa. 1 Anak harimau Sumatra dibayar 1 pembalak liar.

Alkisah 6 pria pembalak liar mencari mencari kayu gaharu, yang dipakai untuk membuat dupa wangi dan parfum.

"Mereka tak sengaja membuat anak harimau terjebak dalam perangkap yang mereka buat untuk menjebak rusa," ujar Kapolres Aceh Tamiang AKBP Dicky Sondani seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (10/7/2013).

Perangkap yang menyasar ke anak harimau tersebut membuat 5 harimau di wilayah itu marah dan balas dendam dengan menyerang keenam pria tersebut. Menurut Dicky, yang mengutip kesaksian warga desa, 1 pria tewas dimangsa harimau. Sementara yang lain berhasil menyelamatkan diri dengan memanjat pohon.

"Tim penyelamat yang terdiri dari tentara, polisi, dan ahli konservasi dikirim setelah warga desa gagal mencapai para pria tersebut karena adanya hewan-hewan buas itu," tutur Dicky.

Tim penyelamat, lanjut Dicky, memerlukan waktu 3 hari untuk menyelamatkan 5 pembalak liar yang terkepung harimau dan terjebak di atas pohon. Pihaknya khawatir pria tersebut melemah dan jatuh dari pohon akibat kekurangan makanan. Namun mereka berhasil bertahan dengan minum air hujan.

"Mereka dievakusi petugas setelah berada di atas pohon selama 5 hari untuk menghindari serangan sekelompok harimau. Sementara pria lainnya sudah tewas dimangsa harimau yang marah karena anaknya dibunuh," ujar Dicky.

Pejabat kepolisian Aceh Tamiang, Lettu Surya Purba, menambahkan, "Tiga pawang berhasil mengusir hewan-hewan tersebut."

Selain harimau Sumatra, Taman Leuser merupakan tempat tinggal hewan yang dilindungi lainnya, termasuk orangutan, gajah, badak, dan macan tutul. Harimau Sumatra merupakan subspesies harimau yang paling kritis keberadaannya.

Tinggal 400 harimau Sumatera yang tersisa. Jumlahnya turun 1.000 ekor pada 1970-an akibat pengrusakan hutan dan perburuan. Kayu gaharu relatif langka dan bernilai tinggi karena resin aromatiknya yang dipakai untuk dupa wangi dan parfum. (Riz/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini