Sukses

[VIDEO] Barometer: Kisah Sang Mucikari Cilik

Orang tua dan sekolah harus waspada agar anak-anak tidak terjerumus pengaruh lingkungan serta kemajuan teknologi yang pesat.

Praktik perdagangan anak dalam bisnis prostitusi makin mencengangkan. Di Surabaya, Jawa Timur, seorang pelajar SMP sudah berprofesi sebagai mucikari cilik dengan menjual teman-temannya sendiri kepada lelaki hidung belang.

Kemajuan teknologi disertai besarnya pengaruh jejaring sosial di dunia maya semakin mudah menyeret remaja ke dalam dampak negatif pergaulan bebas. Berikut ulasan Barometer Liputan 6 SCTV.

Sejuta rasa berkecamuk di hati remaja NA. Perempuan yang masih duduk di bangku SMP di Surabaya itu hanya bisa menyembunyikan wajahnya dari bidikan kamera yang terus mengarah padanya. Rasa gundah, malu, marah bercampur dalam perasaannya. Di usianya yang sangat belia, NA mendapat sebutan sebagai mucikari karena telah menjual teman-temannya sendiri kepada lelaki hidung belang.

NA sempat mendekam dalam tahanan Mapolrestabes Surabaya. Namun, Ia diizinkan meninggalkan sel karena masih harus menghadapi ujian kenaikan kelas.

NA memperdagangkan temannya sendiri melalui telepon pintar Blackberry Messenger (BBM) dengan tarif Rp 750 ribu untuk sekali kencan. Sebagai mucikari, NA mengantongi Rp 250 ribu, sisanya diberikan untuk temannya yang melayani tamu.

Selanjutnya, NA hanya dikenai wajib lapor karena masih di bawah umur. Dari pengembangan kasus, polisi mendapat sejumlah nama lain. 4 Korban serta 2 pelaku yang pertama kali menjerumuskan sang mucikari cilik ke dunia hitam prostitusi.

Setelah dilakukan visum terhadap tersangka dan 3 siswi SMP yang menjadi korban prostitusi diketahui keempatnya telah lama kehilangan kegadisan.

"Tersangka mengaku sudah menjalani profesi selama 6 bulan. Dan dia juga pernah dijual ke om-om jadi mungkin tahu seluk beluknya," kata Kasubnit Jatanum Polrestabes Surabaya, Iptu Teguh Setiawan.

Kasus prostitusi dengan mucikari cilik itu mendorong dokter psikiatri Kembang Tumbuh Anak RS Dokter Soetomo, Surabaya, mendatangi sekolah tersangka. Tim psikiater melakukan pertemuan tertutup dengan pihak sekolah di Surabaya Timur itu. Mereka ingin memberikan rehabilitasi bagi tersangka dan korban. Orang tua dan sekolah diharapkan senantiasa mengawasi perkembangan anak-anak agar tidak terjerumus ke prostitusi.

Faktor lingkungan yang disertai kemajuan teknologi tentu semakin membuka peluang para remaja terjerumus dalam dunia hitam. Apalagi, praktek prostitusi melalui media online kini makin marak. Untuk ulasan selengkapnya Anda bisa menyaksikan video di bawah ini. (Adi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini