Sukses

Mahfud Md Sebut Tak Semua Negara Penyelenggara Pemilu Otomatis Disebut Negara Demokrasi

Menko Polhukam Mahfud Md mengatakan, saat ini hampir seluruh negara di dunia menjadikan demokrasi sebagai sistem bernegara.

Liputan6.com, Jakarta Menko Polhukam Mahfud Md mengatakan, saat ini hampir seluruh negara di dunia menjadikan demokrasi sebagai sistem bernegara. Menurut Mahfud, salah satu ciri utamanya adalah hadirnya penyelenggaraan pemilu untuk memilih wakil rakyat, baik di lembaga legislatif maupun eksekutif. 

“Namun tidak secara otomatis negara yang menyelenggarakan pemilu dapat disebut sebagai negara yang demokratis,” ujar Mahfud seperti diwakili oleh Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam, Janedjri Gaffar di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Kamis (26/1/2023). 

Mahfud menyatakan, tidak setiap pemilu dapat dikatakan sebagai pemilu yang demokratis. Sebab sejatinya pemilu diperlukan sebagai salah satu mekanisme untuk mewujudkan prinsip kedaulatan rakyat. 

“Melalui pemilu, rakyat tidak hanya memilih orang yang akan menjadi wakilnya dalam menyelenggarakan negara, tetapi juga memilih program yang dikehendaki sebagai kebijakan negara pada pemerintahan selanjutnya,” jelas Mahfud. 

Mahfud memastikan, tujuan pelaksanaan pemilu adalah terpilihnya wakil rakyat dan terselenggaranya pemerintahan yang benar-benar sesuai dengan aspirasi rakyat. Bila tidak, maka pemilu tersebut sudah kehilangan ruh demokrasi.

“Pemilu yang tidak mampu mencapai tujuan itu hanya akan menjadi mekanisme pemberian legitimasi bagi pemegang kekuasaan negara. Pemilu demikian adalah pemilu yang kehilangan ruh demokrasi,” dia menandasi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jelang Pemilu 2024, Mahfud Md Minta Pers Mainkan Peran Cegah Disinformasi dan Hoaks

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md mengatakan, pers sudah ditetapkan sebagai pilar demokrasi dan penyuara kepentingan publik yang berimbang. Dia mendorong, pers mampu mempublikasi berita berbasis pada fakta dan bukan keberpihakan dari pihak-pihak tertentu, khususnya menjelang Pemilu 2024.

"Berkacara pada Pemilu 2014 dan 2019 adalah munculnya gerakan berita bohong dan disinformasi yang akan merugikan kita semua karena mengelabui pandangan publik terhadap pemilu," kata Mahfud yang diwakili oleh Deputi Bidang Koordinasi Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam, Janedjri Gaffar saat Seminar Pers dan Pemilu Serentak 2024 yang diselenggarakan Dewan Pers di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, Kamis (27/1/2023).

Mahfud menegaskan, berita bohong dan disinformasi mengandung kebencian. Hal itu wajib menjadi kekhawatiran bersama, sebab berpotensi terjadi pembelahan sosial yang akan menjadi petaka bagi kemajuan bangsa.

"Di sinilah peran pers dapat menjadi pilar demokrasi yang memiliki peran yang amat sangat strategis menjadi jalan keluar dalam menghalau hoaks dan disinformasi," jelas Mahfud.

Selain itu, Mahfud mencatat bahwa media sosial juga memegang peranan penting saat ini. Dia berharap, pers tidak tergiring dan terus memegang standar etik untuk mengkalkulasi serta check and recheck terhadap informasi yang beredar luas di media sosial.

"Pers senantiasa menjadi standar etik dan memiliki kalkulasi yang tinggi juga check and recheck untuk mengawal agar bisa melihat yang rasional. Peran pers dalam sisi inilah yang paling diharapkan dalam pemilu serentak," dorong Mahfud.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Politikus, ilmuwan, tokoh agama. Guru Besar Tata Negara UII, mantan anggota DPR, mantan Ketua Konstitusi,
    Politikus, ilmuwan, tokoh agama. Guru Besar Tata Negara UII, mantan anggota DPR, mantan Ketua Konstitusi,

    Mahfud MD

  • Pemilihan umum legislatif yang disingkat sebagai Pemilu tahun 2024 akan mulai dilaksanakan pada 14 Februari 2024.

    Pemilu 2024

  • Pemilu