Sukses

Cuaca Besok Minggu 12 Juni 2022, Sebagian Jabodetabek Berpotensi Hujan Angin

Cuaca cerah berawan menyelimuti wilayah Depok, Bogor, Bekasi, Tangerang, dan sebagian wilayah DKI Jakarta, Minggu pagi, 12 Juni 2022.

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap potensi hujan angin dibarengi petir terjadi di sejumlah wilayah Ibu Kota. Hal ini dilaporkan BMKG lewat peringatan dini cuaca, Minggu, 12 Juni 2022.

"Waspada potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang di Jaksel, dan Jaktim pada siang dan sore hari, jelas BMKG.

Sementara, sebagian titik wilayah DKI Jakarta diperkirakan cerah berawan pada Minggu pagi. Sedangkan Depok, Bogor, Bekasi dan Tangerang cerah berawan. 

Siang harinya, hujan intensitas sedang turun di sebagian kota penyangga Jakarta siang hingga malam hari. 

"Waspada potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang antara siang hingga malam hari di sebagian wilayah Kab. dan Kota Bogor, Kota Depok, Kab. dan Kota Bekasi," kata BMKG.  

Berikut informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang  Malam
 Jakarta Barat  Cerah Berawan  Hujan Sedang  Berawan
 Jakarta Pusat  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Jakarta Selatan  Berawan  Hujan Petir  Berawan
 Jakarta Timur  Berawan  Hujan Petir  Berawan
 Jakarta Utara  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu  Cerah Berawan  Hujan Ringan  Cerah Berawan
Bekasi Cerah Berawan Hujan Sedang Hujan Ringan
Depok  Cerah Berawan  Hujan Sedang  Hujan Ringan
Bogor  Cerah Berawan  Hujan Sedang  Hujan Sedang
Tangerang  Cerah Berawan  Berawan  Berawan

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BMKG Ajak Insinyur Hadapi Ancaman Multi Bencana Dampak Perubahan Iklim

Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengajak para insinyur Indonesia untuk berkolaborasi menghadapi ancaman multi bencana akibat perubahan iklim ataupun fenomena tektonik-vulkanik.

Menurut dia, peran insinyur sangat dibutuhkan dalam upaya mitigasi bencana alam.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di atas cintin api dan seismik aktif, sehingga rentan terhadap risiko multi-bencana alam baik berupa gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, banjir bandang, banjir rob, puting beliung, dan longsor.

"Realitas ini menjadi tantangan bagi kita semua termasuk para insinyur Indonesia, untuk sama-sama bergotong royong mewujudkan zero victim," kata Dwikorita dalam Webinar HUT Persatuan Insinyur Indonesia (PII) ke-70, Sabtu 4 Juni 2022.

Dia mengatakan, insinyur Indonesia harus senantiasa mengedepankan atau mengintegrasikan manajemen risiko bencana pada setiap pekerjaan perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan infrastruktur, dengan menempatkan komunitas masyarakat sebagai mitra aktif.

Selain itu, lanjut Dwikorita, perlu pemberdayaan melalui edukasi dan literasi agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam menjaga, memelihara, bahkan ikut mendukung pengoperasian sistem atau infrastruktur yang dibangun.

3 dari 3 halaman

Faktor Penguat Cuaca Ekstrem

Dwikorita juga mengungkapkan perubahan iklim menjadi faktor penguat terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia. Mulai dari hujan lebat disertai kilat dan petir, siklon tropis, gelombang tinggi, hingga hujan es atau kekeringan panjang.

Karenanya, perlu upaya mitigasi yang dilakukan seluruh pihak dan lapisan masyarakat secara komprehensif dan terukur, guna menahan laju perubahan iklim, beradaptasi dan memitigasi dampaknya.

Menurutnya, bila situasi saat ini terus dibiarkan maka kenaikan suhu di seluruh pulau utama di Indonesia mencapai 3,5 hingga 4 derajat Celcius pada 2100. Kenaikan itu empat kali lipat dibandingkan zaman pra industri. Akibat kenaikan suhu ini pula, es di puncak Jaya Wijaya Papua pada 2025 mendatang diperkirakan akan hilang sepenuhnya.

"Mitigasi harus dilakukan segera, tidak bisa ditunda-tunda karena situasi kekinian sangat mengkhawatirkan. Contohnya, Siklon Seroja yang terjadi di NTT tahun 2021, semestinya tidak terjadi di wilayah tersebut. Namun, akibat kenaikan suhu muka laut di perairan NTT sebagai dampak perubahan iklim, siklon tersebut terjadi," kata dia.

Dwikorita mengatakan, peningkatan suhu akan memicu terjadinya cuaca ekstrem dan anomali iklim yang semakin sering.

Intensitasnya pun semakin kuat dengan durasi panjang. Kondisi itu akan berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan mengakibatkan kerugian bagi Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.