Sukses

BNNK Depok: Pengiriman Narkotika Melalui Kurir Ekspedisi Selama Pandemi

Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Depok mengungkapkan, selama pandemi ada pengiriman narkotika dilakukan melalui kurir ekspedisi.

Liputan6.com, Depok - Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Depok mengungkapkan, selama pandemi ada pengiriman narkotika dilakukan melalui kurir ekspedisi.

Kepala BNNK Depok, AKBP Rusli Lubis, menjelaskan, kasus narkotika paling banyak ditangani Polres Metro Depok. Namun, BNNK Kota Depok berusaha melakukan penekanan narkotika, salah satunya penanganan dalam penyalahgunaan.

“Bahkan pada saat pandemi yakni 2020 kami mendapatkan laporan adanya pengiriman narkotika melalui ekspedisi,” ujar Rusli saat ditemui Liputan6.com, Selasa (24/5/2022).

Rusli menjelaskan, narkotika yang dikirim merupakan jenis ganja yang berasal dari Jerman. Bahkan pada tahun ini, pihaknya telah melakukan penanganan narkotika yang dikirim melalui ekspedisi.

“Tahun ini ada tiga penanganan yang kita lakukan melalui ekspedisi,” jelas Rusli.

Rusli mengungkapkan, pengiriman narkotika berasal dari luar daerah yang ingin masuk ke Kota Depok. BNNK Kota Depok telah bekerjasama dengan pihak ekspedisi maupun Imigrasi, serta Bea Cukai untuk melakukan pencegahannya.

“Kebanyakan penyalahguna narkotika di Kota Depok merupakan jenis ganja dan sabu,” ungkap Rusli.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sistem Tempel

Rusli menuturkan, sebelum terjadi pengiriman narkotika melalui kurir ekspedisi, pengiriman narkotika di Kota Depok kepada penyalahguna melalui sistem tempel. Penggunaan sistem tempel sering digunakan sebelum terjadi pandemi Covid-19.

"Sistem tempel mungkin karena takut ketahuan tapi karena berhubung masa pandemi, yaitu mau enggak mau mereka menggunakan jasa kurir,” tutur Rusli.

Pengiriman narkotika melalui kurir ekspedisi tidak hanya terjadi di Kota Depok, namun terjadi di wilayah lainnya. Penggunaan narkotika di Kota Depok selama pandemi diduga karena dipengaruhi kejenuhan karena Work From Home (WFH).

“Dikarenakan mungkin kejenuhan, karena tidak ada aktivitas dilakukan semua orang, begitu juga dengan para pegawai yang bekerja,” pungkas Rusli.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.