Sukses

Pulau Jawa dan Sumatera Bergerak Saling Menjauh, Ini Penyebabnya

Irwan menyebut peregangan Pulau Jawa dan Sumatera sudah terjadi lebih dari puluhan ribu tahun yang lalu.

Liputan6.com, Jakarta Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano mengatakan adanya peregangan antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa akibat aktivitas tektonik. Menurut dia, peregangan tersebut membuat Pulau Jawa dan Pulau Sumatera bergerak saling menjauh.

"Jadi proses peregangan tektonik di antara Sumatera dan Jawa itu diteguhkan dari berbagai publikasi sebelumnya. Jadi beberapa riset tahun 1980-1990 sudah mempublikasikan adanya peregangan tektonik, sifatnya saling menjauh," kata Irwan saat dihubungi Liputan6.com, Senin (24/1/2022).

Dia menjelaskan peregangan tektonik yang membuat Pulau Jawa dan Sumatera menjauh tersebut bukan diakibatkan karena bencana alam seperti longsor maupun gempa bumi. Namun, peregangan terjadi karena adanya aktivitas tektonik yang signifikan di bagian selatan, antara lempeng Australia dan Selat Sunda.

"Dan juga merupakan bukti yang signifikan sesar Sumatera masuk ke Selat Sunda," ujar Irwan

"(Peregangan) itu membuktikan wilayah tersebut aktif secara tektonik," sambung dia.

Irwan menyebut peregangan Pulau Jawa dan Sumatera sudah terjadi lebih dari puluhan ribu tahun yang lalu. Dia menilai peregangan tersebut tak menimbulkan bencana alam gempa bumi maupun tsunami.

Hanya saja, Irwan mengakui peregangan antara Pulau Jawa dan Sumatera dapat berimpilkasi kepada aktivitas Gunung Anak Krakatau. Namun, aktivitas tersebut tidak akan membuat Gunung Anak Krakatau meletus.

"Jadi berkorelasi dengan aktivitas magmatik ini sangat berkorelasi. Tapi kemudian (apakah) akan meletus, tidak," tutur dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pergerakan Tidak Signifikan

Irwan menuturkan pola peregangan Pulau Jawa dan Sumatera sangat bervariasi dan dominan bergerak ke bagian selatan. Untuk keperluan infrastruktur, pergerakan tersebut tidak terbilang signifikan.

"Tapi dalam konteks tektonik itu signifikan, tapi kalau dalam konteks keperluan infrastruktur itu enggak ada artinyalah. Kemampuan infrastruktur kita bisa menahan," jelas Irwan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.