Sukses

PVMBG: Waspadai Gugurnya Kubah Lava Gunung Semeru di Kawah Jonggring Seloko

PVMBG merekomendasikan, masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer dan wilayah sejauh 4 kilometer dari Gunung Semeru.

Liputan6.com, Jakarta Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM merekomendasikan, masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 kilometer dan wilayah sejauh 4 kilometer di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif. Areal itu merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru, tepatnya di Kawah Jonggring Seloko sebagai alur luncuran awan panas.

Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani juga meminta masyarakat mewaspadai gugurnya kubah lava di Kawah Jonggring Seloko. Berdasarkan pengamatan tanggal 2 Desember 2020 sampai pukul 24.00 WIB, Gunung Semeru di Lumajang, Malang, Jawa Timur, masih mengeluarkan awan panas guguran dan lava pijar.

"Pengamatan secara visual gunung terlihat jelas, terdapat kabut tetapi asap kawah nihil. Teramati awan panas guguran dengan jarak luncur 2.500 meter. Gunung dominan tertutup kabut, teramati 10 kali guguran lava pijar jarak luncur kurang lebih 500-750 meter dari ujung lidah lava atau kurang lebih 250 meter dari kawah aktif arah Besuk Kobokan," ujar Kasbani dalam keterangan resminya, Kamis, 3 Desember 2020.

Kasbani mengatakan aktifitas kegempaan gunung api dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl) ini, mengalami lima kali letusan, satu kali awan panas guguran, 33 kali kejadian guguran, sekali hembusan, enam kali tremor harmonik. Kemudian sekali kejadian gempa vulkanik dalam dan satu kali gempa tektonik jauh. Sedangkan getaran banjir atau lahar hujan terekam sekali dengan amplitudo 15 milimeter berdurasi 3.000 detik.

Kasbani menerangkan kondisi gunung api secara umum dipantau dalam kondisi cuaca cerah, berawan dan mendung. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, dan barat daya. Sementara suhu udara dikisaran 22-27 derajat Celcius.

"Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, serta potensi ancaman bahayanya maka tingkat aktivitas Gunung Semeru masih ditetapkan pada Level II (Waspada). Dalam status Level II (Waspada) agar masyarakat, pengunjung, atau pun wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 1 Kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 4 Kilometer arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara," kata Kasbani.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Waspada Awan Panas

Masyarakat juga harus mewaspadai awan panas guguran, guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Kasbani menjelaskan radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

Gunung Semeru yang memiliki tipe strato dengan kubah lava, dengan puncak tertinggi Mahameru (3.676 mdpl) aktivitasnya tedapat di Kawah Jonggring Seloko. Letaknya di sebelah tenggara puncak Mahameru yang terbentuk sejak 1913.

"Letusan Gunung Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian, berupa penghancuran kubah atau lidah lava, serta pembentukan kubah lava atau lidah lava baru. Penghancuran kubah atau lidah lava mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru," jelas Kasbani.

PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan berdasarkan pengamatan visual Gunung Semeru, menunjukkan adanya kenaikkan jumlah gempa guguran dan beberapa kali awan panas guguran.

Kenaikkan ini diakibatkan oleh adanya ketidakstabilan kubah lava di bagian puncak. Dari kegempaan hingga 1 Desember 2020 pukul 06.00 WIB didominasi oleh gempa guguran dan beberapa kali gempa awan panas guguran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.