Sukses

8 Hal Terkait Aktivitas Gunung Ili Lewotolok yang Semakin Aktif

Saat ini, pihak PVMBG menaikkan Gunung Ili Lewotolok dari status waspada, kini berstatus siaga.

Liputan6.com, Jakarta - Gunung Ili Lewotolok, Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini menjadi perhatian karena terus mengeluarkan hujan abu.

Erupsi di Gunung Ili ini terjadi pada pukul 09.45 Wita, Minggu, 29 November 2020. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menginformasikan tinggi kolom abu mencapai 4.000 meter di atas puncak.

"Atau kurang lebih 5.423 meter di atas permukaan laut (mdpl)," tulis info pos pengamatan Gunung Ili Lewotolok dalam laman PVMBG, Minggu, 29 November 2020.

Oleh karena kondisi tersebut, pihak PVMBG menaikkan status Gunung Ili Lewotolok dari waspada menjadi siaga.

"Berdasarkan hasil analisis yang menyeluruh maka pada 29 November 2020 pukul 13.00 Wita, tingkat aktivitas Gunung Ili Lewotolok dinaikan dari level waspada menjadi level siaga," ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kasbani.

Kasbani pun meminta masyarakat sekitar untuk menggunakan masker. Mengingat, erupsi Gunung Ili Lewotolok menimbulkan abu vulkanik yang disinyalir dapat mengganggu pernafasan.

Berikut deretan hal terkait aktifnya Gunung Ili Lewotolok, Lembata Nusa Tenggara Timur dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

Keluarkan Kolom Abu Capai 4.000 Meter

Gunung Ili Lewotolok, Lembata Nusa Tenggara Timur, erupsi pukul 09.45 Wita, Minggu, 29 November 2020.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menginformasikan tinggi kolom abu mencapai 4.000 meter di atas puncak.

"Atau kurang lebih 5.423 meter di atas permukaan laut (mdpl)," info pos pengamatan Gunung Ili Lewotolok dalam laman PVMBG.

Berdasarkan pengamatan, kolom abu berwarna kelabu, dengan intensitas tebal. Arah kolom abu condong ke timur dan barat.

Erupsi Gunung Ili Lewotolok ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi lebih kurang 10 menit.

Saat ini Gunung ILI Lewotolok berada pada status Level II atau Waspada. Oleh karena itu, masyarakat dan pengunjung atau pendaki direkomendasikan agar tidak melakukan aktivitas dalam zona yang diprakirakan berbahaya di area kawah gunung ini, dalam radius 2 km dari puncak Gunung ILI Lewotolok.

 

3 dari 9 halaman

Naik Status ke Siaga

Gunung Ili Lewotolok, Lembata Nusa Tenggara Timur dari status waspada kini berstatus siaga, usai mengalami erupsi pukul 09.45 Wita, Minggu, 29 November 2020.

Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kasbani. Pihaknya memang telah menaikan status Gunung Ili Lewotolok.

"Berdasarkan hasil analisis yang menyeluruh maka pada 29 November 2020 pukul 13.00 Wita, tingkat aktivitas Gunung Ili Lewotolok dinaikan dari level waspada menjadi level siaga," kata Kasbani dalam keterangan tertulis, Minggu, 29 November 2020.

Dia meminta, masyarakat atau pun pengunjung hingga pendaki dilarang melakukan aktivitas di sekitar Gunung Ili Lewotolok hingga radius sekitar 4 kilometer.

 

4 dari 9 halaman

Masyarakat Diminta Pakai Masker dan Tetap Waspada

Selain itu, Kasbani mengimbau agar masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok agar menggunakan masker.

Karena, dampak erupsi dari Gunung Ili Lewotolok menimbulkan abu vulkanik yang disinyalir dapat mengganggu pernafasan.

"Potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut maupun gangguan kesehatan lainnya. Maka masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok agar menyediakan masker penutup hidung dan mulut ataupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit," kata Kasbani.

Dia juga meminta agar masyarakat yang tinggal disekitar sungai dengan hulu di Gunung Ili Lewotolok untuk tetap waspada terkait antisipasi bahaya lahar saat musim hujan.

Kasbani menyatakan, erupsi menghasilkan kolom abu setinggi kurang lebih 4.000 meter dari puncak Gunung Ili Lewotolok.

"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 35 mm dengan durasi erupsi 10 menit dan diikuti tremor menerus," jelas Kasbani.

 

5 dari 9 halaman

Sempat Buat Bandara Wunopito Lewoleba Ditutup

Gunung Ili Lewotolok erupsi pada pukul 09.45 Wita, Minggu, 29 November 2020. Ketinggian kolom abu mencapai lebih kurang 4.000 meter di atas puncak.

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur dan barat.

Pantauan BMKG Stasiun El Tari Kupang terhadap penerbangan dari dan ke Lembata terganggu, akibat terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ili Lewotolok.

"Berdasarkan data satelit ini, dipastikan bahwa salah satu bandara terdampak adalah Bandara Wunopito Lewoleba. Notam sudah diterbitkan Kemenhub, karena yang sudah terjadi adalah debu vulkanik sudah terjadi di Bandara Wunopito," kata Focaster BMKG Stasiun El Tari, Sulton Kharisma.

Menurutnya, Notice To Airmen (Notam) dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan yang berisikan informasi mengenai penetapan, kondisi atau perubahan di setiap fasilitas aeronautika, pelayanan, prosedur atau kondisi berbahaya, berjangka waktu pendek dan bersifat penting untuk diketahui oleh personel operasi penerbangan.

"Informasi Notam penutupan bandara Wunopito/Lewoleba mulai 12.58 Wita hingga 17.00 Wita (operasional bandara) hari ini," kata Sulton.

 

6 dari 9 halaman

Lembata Diguyur Hujan Abu

PVMBG melaporkan, hujan abu dan kerikil mulai mengguyur sebagian wilayah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat erupsi Gunung Ili Lewotolok, Minggu, 29 November 2020.

Hujan abu tersebut, terutama terjadi di sektor barat hingga selatan gunung api itu, sehingga memaksa warga secara mandiri melakukan evakuasi ke Lewoleba untuk menghindari hujan abu, kata Kasubbid Mitigasi Gunung api Wilayah Timur ESDM Devy Kamil Syahbana.

Dia dihubungi ANTARA dari Kupang, terkait perkembangan aktivitas erupsi Gunung Ili Lewotolok, di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang terjadi sejak Jumat, 27 November 2020.

"Ya, erupsi saat ini ketinggiannya 4.000 meter di atas puncak, lebih tinggi dari sebelumnya. Aktivitas magmatik masih tinggi di Lewotolok. Hujan abu terjadi, utamanya di sektor barat hingga selatan gunung api," kata Kamil, dikutip Antara.

Mengenai ancaman, dia mengatakan untuk saat ini ancaman bahaya utamanya berupa jatuhan material vulkanik, mulai dari ukuran kerikil hingga abu dari Gunung Ili Lewotolok.

 

7 dari 9 halaman

BPBD Evakuasi 2.782 Warga Terdampak Erupsi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, NTT, melaporkan sebanyak 2.782 jiwa warga berhasil dievakuasi dari bawah kaki Gunung Ili Lewotolok di Lembata yang kembali erupsi sejak pagi pukul 09.00 Wita, Minggu, 29 November 2020.

Kepala BPBD Lembata Kanis Making dihubungi dari Kupang berkaitan dengan perkembangan bencana gunung berapi mengatakan, ribuan pengungsi itu berasal dari dari 17 Desa di Kecamatan Ile Ape dan 9 Desa di Kecamatan Ile Ape Timur.

"Ada enam titik yang menjadi lokasi pengungsian, yakni tersebar di Kantor Bupati lama sebanyak 2.139 jiwa, Aula Ankara 32 jiwa, Kelurahan Lewoleba Tengah 140 jiwa, Tapolangu 228 jiwa, Desa Baopana 15 jiwa dan Kantor Badan Kepegawaian Daerah sebanyak 228 jiwa," ujar dia.

Berdasarkan laporan sementara, pola pengungsian Gunung Ili Lewotolok disesuaikan seperti pola pengungsian Gunung Merapi, dengan mengutamakan protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Terkait apakah ada korban jiwa dalam bencana itu, Kanis mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada laporan soal munculnya korban jiwa dalam bencana itu.

'Kita bersyukur karena dapat bantuan dari Polri dan TNI dan masyarakat yang terdampak juga kooperatif sehingga proses evakuasi tak terlalu menemui kendala," jelas dia seperti dikutip Antara.

 

8 dari 9 halaman

PVMBG Keluarkan Rekomendasi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi level III atau Siaga.

"Sebelumnya level II atau Waspada menjadi level III atau Siaga. Kenaikan status ini berlaku pada 29 November 2020, pukul 13.00 waktu setempat," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam siaran persnya, Senin (30/11/2020).

Dengan meningkatnya status Gunung Ili Lewotolok, PVMBG mengeluarkan sejumlah rekomendasi. Pertama, masyarakat di sekitar gunung maupun pengunjung, pendaki atau wisatawan tidak melakukan aktivitas di dalam radius 4 km dari kawah puncak.

Kedua, penggunaan masker maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. "Ini direkomendasikan untuk menghindari dampak abu vulkanik yang mengakibatkan gangguan pernapasan akut maupun gangguan kesehatan lain," ucap dia.

Ketiga, PVMBG mengingatkan abu vulkanik saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling Gunung Ili Lewotolok. Karenanya, masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai-sungai yang berhulu di gunung diminta mewaspadai potensi ancaman lahar, terutama di musim hujan.

"Potensi bahaya Gunung Ili Lewotolok berupa lontaran batu atau lava pijar ke segala arah, hujan abu lebat, penyebarannya dipengaruhi arah dan kecepatan angin, awan panas khususnya ke arah bukaan kawah di sisi tenggara," jelas dia.

Bahaya lain berupa longsoran material lapuk yang berada di kawah puncak ke arah tenggara maupun lahar di sungai-sungai yang berhulu dari puncak gunung.

 

9 dari 9 halaman

Disorot Media Asing

Erupsi terjadi di Gunung Ili Lewotolok di kecamatan ile ape, kabupaten Lembata, NTT pada Minggu, 29 November 2020. Berita ini pun ikut disorot sejumlah media asing.

Media asing Singapura, Channel News Asia menyorot berita ini dalam artikelnya yang berjudul "Indonesian volcano erupts, forcing residents to flee."

"Sebuah gunung berapi di provinsi Nusa Tenggara Timur di Indonesia meletus pada Minggu (29 November), memuntahkan abu dan asap setinggi 4 km ke langit dan memaksa lebih dari 2.700 penduduk mengungsi, kata badan mitigasi bencana negara itu," lapor artikel tersebut.

Sementara itu, media Al Jazeera juga menuliskan artikel dengan tajuk yang sama.

Media asing asal Inggris, The Guardian fokus menyorot dampak akibat meletusnya Gunung Ili Lewotolok yakni ditutupnya aktivitas bandara usai erupsi terjadi.

"Gunung Ili Lewotolok di Indonesia meletus pada hari Minggu, melepaskan kolom asap dan abu 2,5 mil (4 km) ke langit, memicu peringatan penerbangan dan penutupan bandara setempat," tulis media tersebut.

Ada pun sejumlah media asing asal Inggris lainnya, The Sun dan Independent juga menyorot berita ini.

"Asap dan abu dimuntahkan sejauh 13.000 kaki ke udara dari Gunung Ile Lewotolok di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia," tulis salah satu artikel dari The Sun.

Sementara Independent, melaporkan: "Ribuan orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka di Indonesia, setelah gunung berapi yang meletus mengirimkan abu dan asap sejauh empat kilometer ke langit. Para pejabat mengatakan aktivitas dari gunung berapi Gunung Ile Lewotolok telah menyebabkan 2.780 orang dari 26 desa mengungsi."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.