Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut bahwa dunia mengalami krisis ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19). Bahkan, kata dia, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memprediksi kontraksi ekonomi global mencapai minus 6 hingga 7,6 persen.
Untuk itu, dia meminta para menterinya agar memiliki sense of crisis yang sama. Pasalnya, kondisi ekonomi tersebut tak bisa diremehkan.
Baca Juga
"Kalau kita ini tidak ngeri dan menganggap ini biasa-biasa saja, waduh, bahaya banget. Belanja juga biasa-biasa saja, spending kita biasa-biasa saja, enggak ada percepatan," kata Jokowi di hadapan para menterinya seperti dikuti dari siaran pers Sekretariat Presiden, Rabu (8/7/2020).
Advertisement
Menurut dia, kontraksi ekonomi tersebut sudah dialami oleh Indonesia di kuartal pertama 2020. Jokowi menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 2,97 persen, turun dari yang biasanya 5 persen.
Meskipun angka di kuartal kedua belum keluar, namun Jokowi mengingatkan agar jajaran menterinya berhati-hati mengingat terdapat penurunan permintaan, penawaran, dan produksi.
"Dari demand, supply, production, semuanya, terganggu dan rusak. Ini kita juga harus paham dan sadar mengenai ini. Karena apa? Ya mobilitasnya kita batasi. Mobilitas dibatasi, pariwisata anjlok. Mobilitas dibatasi, hotel dan restoran langsung anjlok, terganggu. Mal ditutup, lifestyle anjlok, terganggu," tuturnya.
Untuk itu, para menteri diminta bekerja lebih keras dan cepat di tengah situasi krisis akibat pandemi corona. Misalnya, dengan mempersingkat waktu pembuatan peraturan menteri (Permen) atau Peraturan Pemerintah (PP). Sehingga, aturan yang dibuat dapat segera diterapkan.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Membuat Terobosan Baru
Selain itu, Jokowi juga meminta jajarannya membuat terobosan dalam melaksanakan prosedur, misalnya dengan menerapkan smart shortcut. Dia mempersilakan para menterinya mencari cara sendiri dalam membuat terobosan baru.
"Kita harus ganti channel dari ordinary, pindah channel ke extraordinary. Dari cara-cara yang sebelumnya rumit, ganti channel ke cara-cara cepat dan cara-cara yang sederhana. Dari cara yang SOP (standar operasional prosedur) normal, kita harus ganti channel ke SOP yang smart shortcut," ujarnya.
"Gimana caranya? Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara lebih tahu dari saya, menyelesaikan ini. Kembali lagi, jangan biasa-biasa saja," sambung Jokowi.
Advertisement
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement