Sukses

OPINI: Ketangguhan Perempuan dalam Perubahan Perilaku Keluarga di Masa Pandemi Covid-19

Tantangan besar bagi perempuan untuk tangguh sejak physical distancing hingga PSBB yang dituntut memberikan ketahanan keluarga yang kuat.

Liputan6.com, Jakarta- Opini oleh Maria Fitriah, S. Sos., M. Si, Dosen sekaligus Ketua Program Studi Sains Komunikasi Universitas Djuanda Bogor

 

Hingga saat ini Covid-19 masih mewabah ke seluruh Indonesia dengan ditunjukkan semakin meningkat jumlah pasien. Inilah tantangan besar bagi perempuan untuk tangguh sejak physical distancing hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dituntut memberikan ketahanan keluarga yang kuat.

Layaknya teladan R. A Kartini yang memiliki sikap berani, optimistis, mandiri, dan tekad yang bulat diharapkan dapat diterapkan oleh perempuan Indonesia dalam menghadapi pandemik Covid-19.

Sosok perempuan dalam keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Pendidikan paling utama yaitu pada lingkungan keluarga yang dimainkan perannya oleh seorang ibu. Ibu melahirkan anak-anak yang cerdas sebagai generasi penerus bangsa.

Tentunya Pendidikan yang diberikan tidak hanya intelektualitas. Namun sangatlah penting juga memberikan pendidikan agama, fisik, psikologis, sosial, dan seksual.

Situasi pandemik Covid-19 ini membutuhkan peran perempuan yang harus tangguh menghadapi perubahan-perubahan perilaku dalam kebiasaan keluarga melalui pendidikan (edukasi).

Tanpa mengenyampingkan laki-laki, di tangan perempuanlah keberhasilan pendidikan anak-anak di setiap perubahan perilaku.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penerapan Germas

Perubahan perilaku ini dapat diawali dari penerapan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dalam keluarga. Menurut Permenkes No. 74 Tahun 2015, ada tiga strategi yang dapat dilakukan dalam  Germas.

Strategi pertama, pemberdayaan masyarakat, dilakukan dalam rangka menciptakan kesadaran, kemauan, serta kemampuan individu, keluarga, dan kelompok masyarakat.

Strategi kedua, advokasi, dilakukan dalam rangka mendapatkan dukungan dalam bentuk kebijakan dan sumberdaya yang diperlukan. Strategi ketiga, kemitraan, dilakukan untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dan advokasi dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Penerapan Germas pada masa pandemik Covid-19 ini dilakukan oleh sosok perempuan yang sejak dini dalam lingkup kecil lebih dahulu pada keluarga sebagai peran istri bahkan seorang ibu.

Aplikasi yang diterapkan Germas pada keluarga yaitu aktivitas fisik 30 menit setiap hari dengan berolah raga, makan buah-buahan dan sayuran setiap hari, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer (jika kondisi darurat), membersihkan lingkungan sekitar, dan sebagainya.

3 dari 4 halaman

Ketangguhan Perempuan

Begitu kompleksnya ketangguhan perempuan, terutama di masa-masa pandemi Covid-19. Perempuan dalam keluarga tetap memenuhi kebutuhan di setiap kondisi, termasuk kondisi pandemik Covid-19.

Awalnya memang dirasa begitu berat dengan tetap menjalankan segala peran dalam satu waktu dan ruang yang sama. Terutama ibu yang juga harus WFH (Work From Home), tetap bisa menjalankan segala  peran dalam keluarga. Namun pada akhirnya bisa membuat hal yang menyenangkan jika berpikiran positif.

Ibu sebagai wanita memenuhi 3 kebutuhan yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan psikis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan spiritual.

Kebutuhan fisik, ibu memenuhi kebutuhan dengan membuat rumah sebagai tempat tinggal yang nyaman meskipun stay at home (di rumah saja) selama masa pandemik Covid-19. Sisi positif dari kejadian Covid-19 ini adalah kesempatan berkumpul mengisi waktu bersama di rumah yang biasanya memiliki kesibukan masing-masing di luar.

Ibu sebagai perempuan bisa memanfaatkan kedekatan fisik kepada anak-anak dengan berbagai aktivitas yang produktif. Interaksi ibu kepada anak-anak dengan berdiskusi tentang wabah Covid-19. Selain itu, ibu yang berkarir bisa lebih banyak mendampingi anak-anak belajar di rumah meskipun WFH (Work From Home). Ibu pun menyiapkan makanan dan minuman sehat yang bisa menjaga stamina untuk pencegahan penularan Covid-19. Olah raga bersama pun dapat dilakukan di rumah dengan ibu sebagai instrukturnya.  

Kebutuhan psikis, perempuan dalam keluarga memberikan edukasi berupa sikap psikis menghadapi Covid-19. Seperti paparan yang sudah diulas dan tayang di Liputan 6.com (17/04) lalu, kondisi Covid-19 dapat membuat kita menjadi paranoid hingga mempengaruhi tekanan psikologis.

Perempuan memenuhi kebutuhan psikis dengan melakukan sosialisasi tentang kewaspadaan terhadap Covid-19 agar keluarga tidak cemas berlebihan. Setelah memberikan edukasi yang membuat ketenangan psikis keluarga dalam menghadapi wabah ini, perempuan dari rumah dapat melakukan sosialisasi melalui media sosial berdasarkan dari sumber yang akurat.

 

4 dari 4 halaman

Edukasi Keluarga

Kebutuhan sosial, perempuan dapat memberikan edukasi kepada keluarga berupa sikap sosial di masa pandemik ini. Ibu dapat mengajak keluarga untuk melakukan donasi, seperti salah satunya dengan cara membuat masker sendiri yang akan diberikan kepada masyarakat, khususnya tenaga medis yang lebih membutuhkan. Hal yang lebih penting, sosok ibu memberikan edukasi yaitu tidak melakukan isolasi sosial sebagai kebutuhan yang dapat diterapkan keluarga.  

Kebutuhan spriritual, perempuan mengingatkan kepada keluarga, terutama anak-anak untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai sang pencipta, hanya kepada-Nya lah yang memberi wabah Covid-19 dan mengangkatnya kembali. Kondisi pandemik ini  pun membuat perempuan di keluarga mengajarkan untuk tetap saling menyayangi terhadap sesama.

Begitu hebatnya manajemen waktu yang dimiliki perempuan dengan perubahan perilaku dalam kebiasaan di keluarga. Seringkali dalam waktu yang bersamaan harus mampu menyelesaikan pekerjaan dalam urusan rumah maupun kantor.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini