Sukses

Cerita Tsamara Amany di Tengah Lockdown Kota New York

Tsamara menilai dibandingkan dengan Jakarta, New York lebih leluasa dalam menangani wabah.

Liputan6.com, Jakarta Jumlah penderita Covid-19 atau virus Corona di Kota New York menjadi salah satu yang terbanyak di Amerika Serikat. Terdapat 25.000 kasus terkonfirmasi positif Corona dan sedikitnya 210 di antara mereka meninggal dunia. Jumlah itu merupakan setengah dari keseluruhan kasus di AS.

Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany menceritakan bagaimana Kota New York menangani wabah Covid-19 yang juga tengah melanda Indonesia ini.

Tsamara menjelaskan, saat ini New York telah dikarantina wilayah atau lockdown. Namun, bukan karantina secara keseluruhan. Pekerja-pekerja sejumlah pekerja masih diizinkan untuk melakukan pekerjaan, misalnya seperti penjaga apotek, supermarket, restoran, dan lainnya.

"Selain itu semua pada tutup, sekolah tutup, universitas tutup, perkantoran tutup, bahkan kita juga enggak boleh kumpul-kumpul lagi di pub. Yang boleh hanyalah kegiatan soliter (sendiri) atau bersama dengan anggota keluarga rumah tersebut," beber Tsamara dalam sebuah video, Jumat (27/3/2020).

Menurut dia, apa yang dilakukan otoritas di New York begitu penting untuk diperhatikan. Pasalnya, bisa saja ke depannya keadaan yang menimpa kota yang telah ditinggalinya selama dua bulan itu bisa menimpa Indonesia, termasuk DKI Jakarta.

"Kita bisa melihat kasus di sini bahwa kita enggak boleh menganggap enteng lagi kasus Covid-19. Jadi jangan ada yang jalan-jalan lagi. Karena situasi di New York City awal Maret itu ditemukan satu kasus positif Corona, per hari ini sudah mencapai hampir 15 ribu orang yang terkena. Artinya sangat cepat dan masif penyebarannya," kata Tsamara.

Dibandingkan dengan Jakarta, New York menurut pengurus PSI itu dirasa lebih leluasa dalam menangani wabah. Mengingat di Amerika Serikat (AS) merupakan negara federal yang setiap negara bagian, atau dalam hal ini gubernurnya bisa dengan leluasa membuat kebijakan tanpa adanya intervensi dari negara federal di pusat.

"10 hari yang lalu New York hanya bisa mengetes seribu orang per hari, tapi sekarang mereka bisa mengetes 16 ribu orang per hari. Lihat bagaimana cepatnya mereka bisa beradaptasi membuat testing-testing center, membuat test kit," ucapnya.

Tsamara pun meminta pemerintah meniru cara itu. Pemerintah harus cepat mengejar ketertinggalan dengan melakukan tes massal di daerah zona merah pendemi Covid-19.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ubah Universitas Jadi Rumah Sakit

Tsamara meyakini wabah Covid-19 yang saat ini terjadi di Indonesia adalah baru permulaan. Ia menyakini puncaknya akan terjadi dalam beberapa waktu.

Oleh karena itu, untuk mengakomodasi membeludaknya pasien Covid-19 yang bakal terjadi kala mencapai puncaknya, pemerintah patut meniru cara yang dilakukan New York. Tsamara menjelaskan, saat ini kota tempat tinggalnya berencana mengubah universitas negeri di sana untuk menjadi rumah sakit.

"Karena kita tahu sekarang universitas juga libur, lebih baik kita coba bagaimana memanfaatkan gedung-gedung yang tidak terpakai itu menjadi hospital agar kita masih punya kesiapan fasilitas kesehatan yang menampung setiap pasien yang sangat berisiko tinggi," ungkapnya.

Tsamara juga meminta pemerintah untuk jujur dan transparan. Ia pun mengimbau masyarakat untuk selalu berdiam diri di rumah.

"Ini pasti akan berlalu teman-teman dan mudah-mudahan kebijakan ini bisa diambil oleh pemerintah. Kita belajar dari New York," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.