Sukses

Penduduk Akan Tinggalkan Desa Pasir Madang Bogor Usai Longsor?

Meski begitu, masih ada sejumlah warga yang enggan beranjak dari tempat tinggalnya untuk mengungsi.

Liputan6.com, Jakarta - Tak kurang dari 499 kepala keluarga (KK) di Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat angkat kaki meninggalkan rumahnya karena dilanda bencana longsor dan banjir bandang.

Sedikitnya 254 unit rumah rusak, kurang lebih 500 rumah terancam sehingga sebagian besar warga desa yang menghuni di lereng perbukitan mengungsi untuk menyelamatkan diri dari bencana longsor.

Dari 4.657 jiwa penduduk Desa Pasir Madang, sebagian besar mengungsi ke berbagai tempat penampungan. Mulai dari kantor desa, pesantren, gedung sekolah, tempat ibadah hingga rumah-rumah warga yang benar-benar aman dari ancaman longsor.

Meski begitu, masih ada sejumlah warga yang enggan beranjak dari tempat tinggalnya untuk mengungsi, meskipun permukiman mereka sudah terancam longsor.

Salah satu alasannya, yakni mereka tidak mau meninggalkan hewan peliharaan dan ternak. Sebab, sebagian besar warga di Desa Pasir Madang menggantungkan kehidupan ekonominya pada peternakan.

"Kalau ditinggalin ngungsi, ternak saya gimana, ga ada yang ngurus," ujar Ading (53) warga Kampung Ciberani, Desa Pasir Madang, Jumat (17/1/2020).

Ading, satu dari belasan kepala keluarga di kampung itu yang tetap memilih tinggal di sebuah kampung yang dikelilingi bukit dan sudah mengalami longsor.

"Kita terus berdoa saja semoga selamat dan tetap sehat," ujar Cecep warga lainnya.

Sekretaris Desa Pasir Madang, Sopyan mengatakan, jumlah warga yang mau mengungsi lebih banyak daripada yang masih bertahan. Namun demikian, pihaknya sudah meminta warga yang tinggal di lereng, bawah bukit untuk mengungsi karena sangat berbahaya. Sebab, tidak menutup kemungkinan terjadi longsor baru atau susulan disaat turun hujan.

"Tapi untuk bantuan logistik semua sudah aman, baik yang mengungsi maupun yang bertahan tinggal di rumahnya," kata dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Potensi Pergeseran Tanah

Sopyan mengungkapkan, dari sembilan kampung yang ada di Desa Pasir Madang, seluruhnya terkena dampak bencana longsor. Sembilan kampung tersebut di antaranya, Kampung Babakan Ciberani, Kampung Ciberani, Kampung Pasir Madang, Cikeusal, Cibiuk, Hegarmanah, Gunung Kembang, dan Kampung Kubang.

"Kampung Ciberani bukitnya sudah pada longsor parah, di Gunung Kembang juga sama. Paling parah di Kampung Kubang, sebagian pemukiman di kampung itu sudah tertimbun longsor," ungkap Sopyan.

Melihat kondisi tersebut, lanjut dia, sebagian besar perkampungan di Pasir Madang sudah tidak layak huni, mengingat permukiman warga yang dikelilingi lereng dan bukit sudah longsor serta tanahnya labil sehingga berpotensi terjadinya pergeseran tanah.

Longsor dan banjir bandang pada 1 Januari 2020 telah merusak ratusan bangunan rumah, tempat ibadah, infrastruktur jalan desa dan jembatan hingga perkebunan yang menjadi mata pencaharian penduduk Desa Pasir Madang. Ratusan rumah terancam longsor.

Kini, pemerintah daerah masih menunggu hasil kajian dari tim ahli tanah apakah desa yang berada di daerah perbukitan ini masih layak untuk dihuni atau tidak.

"Kita nunggu dari pemerintah dan tim ahli apakah desa ini masih layak atau misalkan ada tempat relokasi. Kalau secara pribadi berat kalau ninggalin desa ini. Kalau Kampung Kembang memang sudah zona merah dan tahun 2016 penduduknya sudah diungsikan," kata Sopyan.

Desa Pasir Madang memiliki luas wilayah 1.564 hektar, 800 hektare di antaranya bekas lahan hak guna usaha (HGU). Setelah status HGU habis pada tahun 2015, lahan tersebut terbengkalai hingga sekarang ini.

"Dulu sempet ditanami cengkeh, setelah harganya jatuh sekitar tahun 80-an, lalu beralih ke tanaman teh. HGU habis, karena ditelantarkan oleh warga dimanfaatkan untuk bercocok tanam," kata Sopyan.

Bencana banjir bandang dan longsor melanda Kabupaten Bogor di hari pertama tahun 2020. Daerah terdampak meliputi Kecamatan Nanggung, Cigudeg, Jasinga, dan Sukajaya.

Wilayah paling terparah yakni Kecamatan Sukajaya. Seluruh desa sempat terisolir akibat akses menuju kecamatan itu tertutup longsoran.

 

3 dari 3 halaman

Ratusan Warga Terluka

Data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor tercatat, jumlah rumah yang rusak di Kabupaten Bogor lebih dari 4000 unit. Sedangkan jumlah pengungsi mencapai 13.647 jiwa.

Korban meninggal sebanyak 13 orang. Jumlah tersebut meliputi satu korban hanyut diterjang banjir bandang dan jasadnya baru ditemukan Selasa 14 Januari 2020 kemarin di Kecamatan Jasinga, tiga orang tertimbun dan belum ditemukan dinyatakan meninggal. Kemudian menyusul satu orang meninggal di Desa Kiarasari, Sukajaya pada Senin 13 Januari 2020 akibat tertimbun longsor susulan. Sedangkan korban luka ringan sebanyak 517 orang dan luka berat mencapai 12 orang. Empat orang meninggal setelah kejadian bencana karena sakit.

Pemerintah Kabupaten Bogor, berencana akan relokasi warga terdampak bencana di Sukajaya, Cigudeg dan Nanggung. Namun Pemkab Bogor masih menunggu hasil kajian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta pemetaan dari Badan Informasi Geospasial (BIG).

"Kalau hasil pemetaan merekomendasikan untuk relokasi ya kita akan relokasi. Bisa ke lahan milik Perhutani, yang tidak berbahaya dan tidak membahayakan," terang Bupati Bogor Ade Yasin.

Ade mengungkapkan, hampir seluruh wilayah Kecamatan Sukajaya rawan longsor. Karena itu, pemerintah daerah akan merelokasi penduduk ke tempat aman dari bencana banjir dan longsor.

"Kalau rumah sudah terkubur kan tidak mungkin bisa dibangun rumah lagi disana. Upayanya yang sudah longsor atau rawan kita tanami, lakukan penghijauan," ujar Ade.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.