Sukses

Tim Ekspedisi Sungai Batanghari Kenduri Swarnabhumi di Jambi Disambut Tarian Tabur Beras Kunyit

Ekspedisi Batanghari bagian kedua resmi dimulai pada 17 September 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Ekspedisi Batanghari bagian kedua resmi dimulai pada 17 September 2022. Kali ini Tim Ekspedisi mengunjungi Desa Senaung di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, di mana, sedang berlangsung Festival Budaya Kampung Senaung yang merupakan bagian dari Kenduri Swarnabhumi.

Desa Senaung memiliki budaya agraria yang unik. Banyak di antaranya adalah tradisi yang diwarisi turun temurun sejak masa Kesultanan Jambi.

Semarak pagelaran budaya desa yang terletak di tepian Sungai Batanghari ini biasanya digelar menjelang masa tanam ataupun masa panen. Namanya acara Sedekah Payo.

Tim Ekspedisi Batanghari tiba lapangan desa Senaung pada Sabtu pagi (17/9/2022) disambut dengan meriah oleh warga desa dan tokoh setempat serta Tarian Tabur Beras Kunyit.

Tarian khas Muaro Jambi ini dibawakan oleh 6 orang siswi SMA Muaro Jambi dengan balutan pakaian adat Jambi. Yakni kebaya dengan nuansa merah berpolet emas dan diiringi oleh alat musik pukul rebana.

Tarian Tabur Beras Kunyit konon sudah dilestarikan sejak masa Kesultanan Jambi sekitar abad 19. Menurut pelatih tari Herlyta Putri, Tarian Tabur Beras Kunyit dibawakan untuk menghormati tamu. Dibawakan khusus oleh perempuan.

“Tarian ini juga untuk melambangkan kesuburan wilayah muaro jambi. Kan hampir semua penduduk sini petani. Diwariskan turun temurun mungkin sejak sebelum Indonesia. Jumlah penarinya harus ganjil,”ujar Herlyta melalui keterangan tertulis, Sabtu (17/9/2022).

Tarian Tabur Beras Kunyit berlangsung selama kurang lebih 3 menit dengan 6 macam gerakan yang menggambarkan gestur selamat datang.

Kelima penari yang memakai sanggul tersebut bersimpuh di atas karpet merah, lalu berdiri dan berlenggok di depan rombongan tim ekspedisi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Belum Didaftarkan Hak Ciptanya

Turut hadir dalam rombongan Bupati Muaro Jambi, pejabat Ditjen Kebudayaan, Kepala Desa Senaung, dan para tetua dusun. Termasuk aktor dan influencer Eddy Brokoli.

“Ubi ditanam di pagi hari, selamat datang tim ekspedisi kenduri swarnabhumi,” ucap pemandu.

Kepala Seksi Kesenian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muaro Jambi Isnaini mengatakan bahwa Tarian Tabur Kunyit belum didaftarkan hak ciptanya.

Dalam memeriahkan rangkaian Sedekah Payo ini, Warga Desa Senaung berkumpul di lapangan terbuka. Para tetua adat dan pejabat duduk membentuk huruf L tanpa kursi. Para pemangku adat dan kepala desa memakai baju khas Kesultanan Jambi. Celana panjang dan bersarung.

Anak-anak ikut meramaikan acara. Sebagian besar berbusana muslim. Perempuan memakai kerudung, lelaki pakai peci. Kata Kepala Desa Senaung Bustami, mayoritas warga desa Senaung menganut Islam.

Suasana desa sangat asri. Dikelilingi sawah yang mulai menguning. Di beberapa kebun, terdapat puluhan pohon sawit. Mayoritas warga desa berprofesi menjadi Petani.

Sebagian beternak dan berdagang. Sebagian besar menanam padi untuk dimakan sehari-hari maupun dijual ke luar daerah.

Meskipun jarak antar rumah di desa ini cukup renggang, kata Bustami warga cukup dekat dan mengenal satu sama lainnya.

 

3 dari 3 halaman

Acara Qasidah Burdah

Rangkaian Sedekah Payo kemudian dilanjutkan pembacaan ayat-ayat Suci Al-Qur'an, Qasidah Burdah dan rangkaian doa yang dipimpin oleh 6 datuk tetua adat desa senaung. Dalam doa tersebut, ada juga yang berbahasa lokal setempat.

Qasidah Burdah juga sudah merupakan ritual desa sejak masa Kesultanan Jambi. Kepala Desa atau Kades Bustami menuturkan bahwa selain sebagai permohonan menolak bala, pembacaan burdah juga adalah sarana memohon pada Allah SWT agar hasil panen tahun mendatang akan melimpah dan mendatangkan keberkahan.

“Setiap tahun kami munajat pada Allah SWT. Tentang apa yang di hajat kan warga Senaung. Rezeki, panjang umur, menjaga agar kampung terhindar dari bencana dan lain sebagainya,” tutur Bustami.

Salah satu kegiatan yang ditunggu-tunggu dalam rangkaian Sedekah Payo biasanya adalah Bekarang Ikan atau menangkap ikan bersama-sama. Ikan biasanya dipelihara di rawa-rawa atau dibudidayakan di empang.

Menangkap dan mencari ikan dilakukan bersama-sama menggunakan tangkul. Yakni jaring seukuran 4x4 meter. Dipasang pada bingkai bambu yang bisa menjungkit naik turun. Kades mengatakan, bekarang ikan dilakukan sebelum warga senaung menanam padi di sawah, tradisi setahun sekali.

“Berkumpul untuk bekarang (bakaran). Makanan enak dari berbagai jenis ikan yang diambil dari anak rawa di tengah kebun sawit,” tutur Bustami.

Menurut warga setempat, Ikan yang ditangkap biasanya ikan betok, ikan wan, ikan gabus dan toman. Biasanya dibakar. Warga, tua muda dan anak kecil tumplek blek di lokasi bekarang ikan.

Suasana begitu meriah dan syarat akan kedekatan antar warga. Selain bermakna rasa syukur, tradisi adat yang ada di Kampung Senaung juga dimaksudnya menjaga tali silaturahmi dan semangat gotong royong.

Sejalan dengan ungkapan Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Sjamsul Hadi yang hadir di lokasi, dengan menjadi bagian dari Kenduri Swarnabhumi diharapkan setiap Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari terus terjaga semangar lestari budaya.

Tak ketinggalan, Desa Senaung sebagai salah satu daerah yang berada di DAS Batanghari, masyarakatnya mampu menjaga kelestarian sungai, diungkapkan Sjamsul saat menyerahkaj sampah plastik sebagai simbol ajakan menjaga sungai.

Sejatinya, kebudayaan hadir akibat hubungan manusia dengan lingkungan. Untuk itu, semangar merawat Sungai Batanghari harus terus kuat layaknya kemeriahan festival budaya di DAS Batanghari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.