Sukses

Tragedi Heli TNI Jatuh di Poso Gugurkan 13 Prajurit pada 2016

Suara Kolonel Infantri Ontang dalam sambungan seluler menjadi komunikasinya yang terakhir dengan keluarga. Dia gugur setelah helikopter yang ditumpanginya jatuh di Poso.

Liputan6.com, Jakarta - Suasana arisan keluarga Kolonel Infantri Ontang RP berlangsung hangat, Minggu 20 Maret 2016 lalu. Semua handai taulan berkumpul di rumah Ontang yang berada di Kompleks Perwira Angkatan Darat Cijantung, ‎Jakarta Timur.

Dalam catatan Sejarah Hari Ini (Sahrini) Liputan6.com, acara kumpul-kumpul keluarga ini memang digelar saban Minggu. Ontang yang biasa hadir, kali ini absen. Tugas negara di Poso mengharuskannya terpisah dari keluarga. Dia hanya menyampaikan salam kepada sang ibunda melalui sambungan telepon.

Namun tak dinyana. Suara Ontang dalam sambungan seluler itu menjadi komunikasinya yang terakhir dengan keluarga. Dia meninggal dunia setelah helikopter yang ditumpanginya jatuh di Poso.

"Ada kawan Bang Ontang menyampaikan turut berduka cita," ucap adik kandung Ontang, Marthin Sitindaon kepada Liputan6.com.

Tak hanya Ontang. Ada 12 prajurit lain yang gugur dalam tugas negara tersebut. Mereka adalah Danrem 132/Tdl Kolonel Inf Saiful Anwar, Kolonel Inf Heri, Letkol Cpm Tedy, Mayor Inf Faqih, Kapten Dr Yanto, Prada Kiki, Kapten Cpn Agung, Lettu Cpn Wiradi, Letda Cpn Tito, Serda Karmin, Sertu Bagus, dan Pratu Bangkit.

Mayjen TNI Tatang Sulaiman, yang kala itu menjabat Kapuspen TNI menyatakan, 13 personel gabungan dengan Polri itu diterjunkan ke Poso untuk menangkap kelompok bersenjata pimpinan Santoso dalam Operasi Tinombala.

"Musibah jatuhnya Helikopter milik TNI AD sedang melaksanakan tugas operasi perbantuan kepada Polri di Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah," kata Mayjen Tatang Sulaiman saat konferensi pers di Mabes TNI, Jakarta, Minggu 20 Maret 2016.

Dia menuturkan, kecelakaan berawal saat helikopter berangkat dari Desa Napu menuju Poso sekitar pukul 17.20 Wita. Namun heli itu jatuh tersambar petir di atas perkebunan Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir.

"Heli Bell itu masih kategori heli baru pengadaan 2012 dari Amerika Serikat. Semestinya pendaratan dekat Stadion Poso, 35 menit selama terbang," kata Tatang.

Menurut dia, saat ini pihaknya melakukan langkah investigasi dan evakuasi korban jatuhnya helikopter tersebut. Sebab, salah satu kru helikopter Lettu Cpn Wiradi masih dalam pencarian pihak TNI.

"Pangdam VII/Wirabuana sedang memimpin pencarian dan evakuasi terhadap korban, 12 orang sudah dapat diidentifikasi dan 1 orang Lettu Cpn Wiradi (Co Pilot) masih dalam pencarian," ujar dia.

Tatang menambahkan, dua belas jenazah korban heli itu sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara, Palu, Sulawesi Tengah, pada Minggu 20 Maret 2016. 12 korban akan menjalani identifikasi.

"Besok pagi, semua korban akan dievakuasi menuju ke rumah duka masing-masing. TNI masih melaksanakan investigasi dalam rangka mengumpulkan informasi jatuhnya pesawat helikopter itu," jelas dia.

Sementara di kesempatan berbeda, Camat Poso Pesisir, Muhlis Saing mengatakan aparat TNI, Polri dan masyarakat setempat mengevakuasi jenazah dan memadamkan api saat heli yang membawa 13 penumpang itu jatuh di dekat Bandara Kasiguncu Poso.

"Kondisi jenazah hampir tidak ada yang utuh," kata Muhlis.

Dia mengatakan aparat TNI dan Polri dibantu masyarakat kesulitan memadamkan api karena mobil pemadam kebakaran tidak bisa masuk ke lokasi kejadian. "Heli jatuh di saluran air, tapi tidak ada airnya. Kecuali saat hujan baru ada airnya," ujar dia.

Menurutnya, saat membantu memadamkan api, warga hanya menggunakan daun pisang dan pasir. Dia mengatakan, evakuasi terpaksa dilakukan setelah api padam.

Warga juga takut mendekat karena sesekali ada letusan yang diduga amunisi. "Ada ledakan kecil-kecil. Kalau meledak lagi, masyarakat sembunyi lagi di balik pohon karena takut kena amunisi," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dimakamkan di TMP Kalibata

Setelah dievakuasi, jenazah prajurit TNI tersebut diterbangkan ke Jakarta. TNI pun menggelar upacara militer penghormatan dan pelepasan jenazah korban dilaksanakan di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur.

13 Peti jenazah dijajar dengan diselimuti bendera merah putih. Dua personel TNI menjaga masing-masing peti jenazah yang lengkap dengan fotonya. Setelah upacara usai, jenazah dibawa ke TMP Kalibata untuk dimakamkan secara militer.

Pangliman TNI, yang kala itu dijabat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan, para prajurit yang gugur akan diberikan penghargaan berupa kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) satu tingkat lebih tinggi dari pangkat lama kepada. Hal itu disampaikan saat meninjau lokasi kejadian.

Sementara Presiden Jokowi juga menyampaikan ucapan duka cita atas korban kejadian tersebut.

"Dukacita mendalam atas gugurnya 13 prajurit TNI dalam jatuhnya helikopter TNI AD HA 5171 di Poso. Mereka gugur jalankan tugas negara,” tulis Jokowi melalui akun twitternya, @jokowi.

 

3 dari 3 halaman

Bukan Ditembak Santoso

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan helikopter yang jatuh di Poso bukanlah akibat ditembak oleh kelompok Santoso. Sebab kekuatan kelompok Santoso dinilai tak mampu melakukan hal tersebut.

"Kalau ditembak itu pakai rudal. Mereka itu bukan apa-apa. Jadi tidak mungkin Santoso menembak helikopter," kata Riyamizard di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin 21 Maret 2016.

TNI mendalami penyebab jatuhnya helikopter itu. Pemeriksaan terhadap heli juga masih terus dilanjutkan meskipun Panglima TNI telah mengatakan dugaan sementara adalah cuaca buruk.

"Pasti ada penyelidikan lebih lanjut dari Mabes TNI dan Kemenhan. Pasti itu," ucap Ryamizard.

Menurut dia, helikopter tersebut masih layak digunakan dan tidak mengalami kerusakan apapun saat melakukan penerbangan. "Itu masih baru. Layak jalan juga, yang sudah lebih tua saja masih layak terbang kok," ujarnya.

Ryamizard menegaskan, insiden ini tidak menyurutkan pemerintah untuk memberantas kelompok Santoso. Operasi Tinombala akan tetap berlanjut lantaran menyangkut keamanan negara.

Hal senada ditegaskan Jenderal Badrodin Haiti. Pria yang kala itu menjabat Kapolri itu memastikan tragedi jatuhnya helikopter tak disebabkan serangan teroris.

"Kalau serangan teroris dipastikan tidak ada, karena itu bukan daerah rawan tapi pemukiman dekat bandara," ucap Badrodin di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin 21 Maret 2019.

Walau demikian, Badrodin mengatakan penyebab kecelakaan masih terus diselidiki oleh TNI. "Walaupun cuaca buruk bisa saja karena penyebab lain," ujar Badrodin.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.