Sukses

Ditangkap karena Narkoba, Ini Rentetan Cuitan Andi Arief yang Sempat Heboh

Namun, jauh sebelum diamankan karena penyalahgunaan narkoba, Andi Arief sudah beberapa kali mengegerkan publik.

Liputan6.com, Jakarta - Politikus Andi Arief diamankan kepolisian karena diduga menggunakan narkoba. Kabar penangkapannya ini tersiar di jejaring aplikasi obrolan.

Kabar tersebut juga menyertakan penangkapan dilakukan aparat di sebuah hotel di bilangan Jakarta Barat.

Kabareskrim Komjen Idham Azis telah membenarkan ditangkapnya Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat itu.

"Iya, sudah benar," kata Idham saat dikonfirmasi Liputan6.com, Jakarta, Senin (4/3/2019).

Namun, jauh sebelum diamankan karena penyalahgunaan narkoba, Andi Arief sudah beberapa kali mengegerkan publik.

Yang masih teringat adalah soal kicauannya soal adanya surat suara yang sudah dicoblos dalam tujuh kontainer di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu 2 Januari 2019.

Sebelum itu, Andi Arief juga pernah menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai jenderal kardus.

Berikut twit-twit Andi Arief yang sempat mengegerkan publik dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Sebut Prabowo Jenderal Kardus

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief membenarkan dirinya menulis sejumlah kritikan keras terhadap Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto di akun Twitternya.

Sejumlah twit Andi yang ditulis tadi Rabu, 8 Agustus 2018 malam di antaranya berbunyi:

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangan ke kuningan. bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tidak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan, jenderal kardus."

Dilanjut dengan tweet berikutnya, "Jenderal kardus punya kualitas buruk, kemarin sore bertemu ketum Demokrat dengan janji manis perjuangan. belum dua puluh empat jam mentalnya jatuh ditubruk uang Sandi uno untuk mengentertain PAN dan PKS."

Cuitan Andi muncul lantaran dirinya mengaku geram dengan politik transksional yang dilakukan Prabowo. Menurut Andi, sebutan 'Jenderal Kardus' pantas melekat di Prabowo lantaran langkahnya yang tak cakap dalam memperhitungkan harmonisasi koalisi.

"Pertama Demokrat itu dalam posisi diajak oleh Jenderal Prabowo untuk berkoalisi. Diajak ya, kita tidak pernah menawarkan siapa-siapa (berkoalisi) walau Pak Prabowo menawarkan AHY untuk jadi wakilnya," kata Andi.

"Tapi hari ini kami mendengar justru sebaliknya. Ada politik transaksional yang sangat mengejutkan. Itu membuat saya menyebutnya jadi Jenderal Kardus, jenderal yang enggak mau mikir," tegas Andi.

 

3 dari 6 halaman

2. Mahar Politik

Andi Arief mantap dengan argumentasinya soal dugaan mahar Rp 500 miliar di balik pemilihan pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Dia yakin betul apa yang disampaikannya itu sesuai dengan fakta berdasarkan versi yang dia dapat.

Soal Mahar ke PKS dan PAN masing-masing Rp 500 miliar ini penjelasan saya, Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan, Waketum Demokrat Syarief Hasan, dan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Amir Syamaudin mendapat penjelasan itu (mahar Rp 500 M) langsung dari tim kecil Gerindra Fadli Zon, Dasco, Prasetyo dan Fuad Bawazier pada 8 Agustus 2018 pukul 16.00 WIB," ungkap Andi di akun twitternya @AndiArief__, Sabtu, 11 Agustus 2018.

"Soal mahar Rp 500 miliar masing-masing pada PAN dan PKS itu yang membuat malam itu saya mentuit jendral kardus. Besar harapan saya dan partai Demokrat, Prabowo memilih Cawapres lain agar niat baik tidak rusak," kata dia.

Tanggal 9 Agustus pagi, sambung Andi, digelar pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrat SBY dan Prabowo. Pertemuan itu membahas soal bagaimana kembalikan politik yang baik dan terhormat tanpa mahar.

"SBY usulkan Prabowo cari cawapres lain yang bukan Sandi, bukan AHY, bukan Zulkifli Hasan, bukan Salim Segaf Al Jufri seperti permintaan Zulkifli Hasan agar tokoh netral. Prabowo tetap tak hiraukan usul SBY soal tokoh netral," ujar Andi.

Ia pun heran, kenapa Zulkifli Hasan dan Salim Segaf Al Jufri juga berubah pendiriannya dari yang semula ngotot harus figur dari PAN atau PKS atau tokoh netral tiba-tiba sepakat memilih Sandiaga Uno sebagai cawapres yang juga dari Gerindra.

"Ada apa? Semua sudah terjadi, tapi proses ini publik harus mengerti," imbuh Andi.

"Saya terpaksa mentuit soal mahar ini karena PAN dan PKS memberi ancaman untuk membawa ke ranah hukum. Saya siap dan kesempatan ini menjelaskan pada publik," Andi memungkasi.

 

4 dari 6 halaman

3. PDIP Bajak Kader Demokrat

Langkah kader Demokrat Deddy Mizwar yang memilih bergabung ke Tim Pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin, membuat Wasekjen Demokrat Andi Arief meradang. Melalui akun Twitter-nya, dia menyentil Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

"Saya tidak mengerti kenapa Ibu Megawati merestui Hasto yang rajib membajak kader Demokrat untuk gabung ke tim Jokowi. Apakah PDIP sudah sangat miskin kader berkualitas?" twit Andi Arief pada 30 Agustus 2018 lalu.

Andi membenarkan kritikannya ke Hasto dituangkan melalui media sosial berlambang burung biru itu.

"Benar (mengkritik Hasto)," kepada Liputan6.com.

Andi menuding Hasto membajak kader Partai Demokrat. Dia bahkan menuding partai yang digawangi Ketua Umum Megawati Soekarnoputri itu krisis kader berkualitas.

"Saya berharap Ibu Megawati bisa menertibkan dari mulai mulut sampai tindak tanduk Hasto yang sudah di luar batas ingin merusak Partai Demokrat, kami bukan hanya marah, tapi sudah taraf eneg," tulis Andi, Kamis.

Dia juga mengklaim, bahwa ada kader PDIP sempat ditawari menjadi menteri tahun 2009. Dirinya menduga inilah alasan Hasto meradang dengan Demokrat.

"Pada tahun 2009 memang ada beberapa kader PDIP yang ditawarkan jabatan menteri KIB II. Nama Hasto memang tidak ada, apakah karena itu dendam kesumat Hasto terhadap Demokrat enggak pernah padam?" Andi melanjutkan.

 

5 dari 6 halaman

4. Surat Suara Sudah Dicoblos

Andi Arief juga pernah menjadi sorotan lantaran kicauannya di akun Twitternya yang menyebut adanya surat suara yang sudah dicoblos dalam 7 kontainer di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu, 2 Januari 2019. Dia kemudian menghapus kicauannya itu.

"Mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya, karena ini kabar sudah beredar," demikian twit Andi Arief melalui akun Twitternya @AndiArief_ sebelum dihapus.

Andi mengaku tak bermaksud menghapus kicauannya. "Terhapus," ucap Andi kepada Liputan6.com, Kamis (3/1/2019).

Andi Arief membantah menyebar hoaks. Dia mengklaim menyelamatkan Pemilu. "Saya menyelamatkan justru," pungkas dia.

 

6 dari 6 halaman

5. Mengaku Rumahnya Digeruduk

Andi Arief kembali mencuitkan pernyataan di akun Twitternya @AndiArief. Kali ini, dia menyebut rumahnya di Lampung digerebek.

Menurut Andi, penggerebekan tersebut dilakukan oleh dua brigade mobil Polda Lampung. Namun, pernyataan tersebut langsung disanggah Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo. Dia mengatakan, pihaknya tidak melakukan penggerebekan.

"Enggak ada penggerebekan. Dicek setelah ramai-ramai info di media," ucap Dedi kepada Liputan6.com, Jumat (4/1/2019).

Kata Dedi, saat dilakukan pengecekan, ternyata itu bukan rumah milik Andi Arief. Rumah itu sudah dijual sejak tahun 2014. "Setelah dicek sama Polres, ternyata rumah tersebut bukan atas nama AA dan sudah dijual tahun 2014," pungkas Dedi.

Sementara itu, Andi Arief dalam salah satu twit di Twitter menyatakan, bahwa dia telah diperlakukan layaknya teroris. Ini adalah twit pertamanya terkait dengan penggrebekannya.

"Pak Kapolri, jangan kejam terhadap rakyat. Salah saya apa. Kenapa saya hendak diperlakukan sebagai teroris. Saya akan hadir jika dipanggil dan diperlukan," tulisnya.

Ia juga menyatakan bahwa Indonesia bukanlah negara komunis. Menurut dia, penggerebekan rumahnya itu seperti negara komunis. "Ini bukan negara komunis. Penggerudukan rumah saya di lampung seperti negara komunis," tulisnya lagi pada pukul 11.32 WIB.

Terakhir, Andi Arief memohon kepada presiden untuk segera menghentikan penggrebekan rumahnya. Twit ini merupakan twit terakhirnya terkait penggerebekan rumahnya.

"Mohon hentikan Bapak Presiden," seperti yang dikutip Liputan6.com dari akun Twitter Andi Arief.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.