Sukses

Hari Pers Nasional dan Bayang-Bayang Ancaman Hoaks

Setiap orang bisa menjadi wartawan. Kadang juga menebar kegaduhan, ketakutan dan rasa pesimisme.

Liputan6.com, Jakarta - Hari Pers Nasional (HPN) 2019 disambut suka cita oleh sejumlah insan pers dan berbagai kalangan. Mulai dari wartawan tingkat pemula, redaktur, pimpinan media, hingga Presiden Jokowi turut menyambutnya.

Dalam puncak perayaan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 di Grand City Mall, Surabaya, Jawa Timur, Presiden Jokowi, yang turut menyampaikan pidatonya menyampaikan ungkapan terima kasih kepada insan pers nasional yang bisa menjadi media arus utama dalam memberitahukan informasi tepat kepada para pembacanya, di tengah maraknya informasi yang berseliweran di media sosial online.

"Saat ini yang vital di media sosial biasa jadi rujukan bagi masyarakat luas. Tak jarang juga itu jadi rujukan media konvensional atau media nasional arus utama. Saya bangga kepada insan pers yang bisa memberikan informasi tepat, dan selamat Hari Pers Nasional 2019," ungkap Jokowi, Sabtu (9/2/2019).

Lebih lanjut, dia juga turut mengingatkan kepada wartawan atau para pelaku pers agar tak terseret pemberitaan hoax yang kerap dibunyikan di media sosial.

Hari Pers Nasional 2019, OSO harap Pers Nasional pertahankan kualitas dan hancurkan hoax. (foto: dok. MPR)

"Di tengah suasana seperti ini, media arus utama dibutuhkan untuk rumah penjernih informasi. Keberadaan mereka dibutuhkan sebagai media communication of hoax," imbuh Jokowi.

Jokowi pun mengucapkan selamat kepada insan media yang tetap dipercaya masyarakat sebagai penyampai informasi faktual dibanding media sosial.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengutip hasil penelitian Edelman Trust Barometer 2018 bahwa di tahun 2016, tingkat kepercayaan masyarakat kepada media konvensional sebesar 59 persen dibanding 45 persen media sosial. Lalu di 2017, 58 persen dibanding 42 persen, dan pada 2018, angkat tersebut melesat sebesar 63 persen dibanding 40 persen.

"Semakin ke sini masyarakat semakin tidak percaya pada media sosial. Saya sangat bergembira, selamat kepada insan pers atas kepercayaan masyarakat yang terus meningkat," kata mantan Wali Kota Solo itu.

Presiden mengatakan, era digital yang diikuti perkembangan masif media sosial, membuat masyarakat disajikan berlimpahnya infromasi. Setiap orang bisa menjadi wartawan. Kadang juga menebar kegaduhan, ketakutan dan rasa pesimisme.

"Di era seperti ini, justru media arus utama dibutuhkan sebagai rumah penjernih informasi, dibutuhkan untuk menyajikan informasi terverifikasi, dibutuhkan untuk menjalankan peran sebagai communication of hoax, dan dibutuhkan untuk bisa memberikan harapan- harapan besar untuk bangsa Indonesia," ujar dia.

Jokowi berharap media bisa menjadi amplifier atas informasi tentang pembangunan dan kekurangan yang harus terus dibenahi bersama.

"Pemerintah juga menjamin prinsip kemerdekaan pers dan kebebasan berpendapat. Kebebasan yang beretika dan bertata krama. Saya sampaikan kepada seluruh insan pera di seluruh tanah air selamat hari pers nasional 2019," kata Jokowi.

Di Hari Pers Nasional ini, Jokowi juga menyampaikan bahwa dia telah mencabut remisi I Nyoman Susrama, pembunuh wartawan Radar Bali, AA Gde Bagus Narendra Prabangsa.

Susrama sebelumnya mendapatkan remisi berupa pengurangan hukuman dari penjara seumur hidup menjadi 20 tahun penjara. Atas desakan banyak pihak, Jokowi mencabut remisi tersebut. "(Surat pencabutan remisi) sudah-sudah saya tanda tangani," ucap Jokowi.

Cabut Remisi Pembunuh Prabangsa

Dikesempatan yang berbeda, Jokowi mengatakan keputusan tersebut diambil setelah menerima masukan dari berbagai kelompok masyarakat.

"Ini setelah mendapatkan masukan-masukan dari masyarakat, dari kelompok-kelompok masyarakat, juga dari jurnalis, saya perintahkan kepada Dirjen Lapas Kemenkum HAM untuk menelaah dan mengkaji mengenai pemberian remisi itu," ujar Jokowi di Hall Kasablanka, Jakarta Selatan, Sabtu (9/2/2019).

Jokowi lalu memutuskan agar remisi tersebut dibatalkan. Menurutnya, pembatalan remisi itu menyangkut rasa keadilan.

"Sudah sangat jelas sekali sehingga sudah diputuskan sudah saya tanda tangani untuk dibatalkan. Karena ini menyangkut mengenai rasa keadilan masyarakat," tegasnya.

Kasus pembunuhan sadis itu terjadi pada 2009. Susrama membunuh wartawan Radar Bali, Prabangsa. Jurnalis senior itu kerap menulis dugaan penyimpangan proyek di Dinas Pendidikan.

Jenazah Prabangsa ditemukan di laut Padangbai, Klungkung, pada 16 Februari 2009, dalam kondisi mengenaskan. Susrama lalu ditangkap dan disidang dengan vonis penjara seumur hidup.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ancaman Hoaks

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengatakan Kemenrdekaan Indonesia tak lepas dari peran pers. Selain itu, pers juga berperan dalam membangun kemajuan bangsa.

"Pers sangat berperan dalam kemerdekaan Republik Indonesia dari para jajahan Belanda," kata Mahfud saat menghadiri acara Sarasehan Kebangsaan di Kota Medan, Sumatera Utara, Sabtu (9/2/2019).

Mahfud berpandangan, keberadaan pers saat ini terusik adanya media sosial dengan kondisi era digital. Media massa pun harus mampu mengimbangi hal tersebut.

"Contohnya, ada gugatan, media dicampurkan dengan media sosial yang tidak bertuan. Dunia pers terancam jati dirinya, karena banyaknya berita hoaks," sebut Mahfud.

Dia juga menuturkan, media konvensional saat ini terdesak dan harus pintar-pintar menjaga jati diri, dan berperan untuk tetap berbakti kepada bangsa serta negara.

"Oleh karena itu, semua wartawan sangat memberikan sumbangan kepada kemerdekaan Indonesia," Mahfud menandaskan.

Harapan akan terwujudnya pers nasional yang bernilai juga disampaikan oleh Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Osman Sapta Odang (OSO). Menurut dia, pers nasional saat ini kian berwibawa dan bermartabat, serta dihargai oleh berbagai elemen masyarakat di Indonesia.

Hal ini disebabkan insan pers mampu menunjukkan nilai-nilai etik jurnalis yang berkualitas.

"Nilai-nilai itu harus dipertahankan, terutama melawan kabar-kabar hoax yang luar biasa menyebarkan nuansa negatif di tengah kehidupan masyarakat. Hoax memang harus dilawan bersama, salah satunya dengan produk jurnalis yang berkualitas dan bernilai," ucapnya.

Saat ini, lanjut OSO, upaya-upaya masyarakat, termasuk pers nasional melawan hoax sudah terlihat dampaknya. Presiden Joko Widodo sendiri mengatakan bahwa walaupun hoax secara kuantitas meningkat tapi makin hari makin tidak dipercaya masyarakat.

"Pers Nasional harus menyadari bahwa hoax adalah tantangan untuk terus menghasilkan produk yang dipercaya masyarakat hingga ke desa-desa, sehingga lama kelamaan tidak percaya lagi sama sekali kepada hoax-hoax," kata dia.

Menurut OSO, pada tahun politik seperti sekarang, selalu ada pihak yang pro dan pihak yang menumbuhsuburkan hoax-hoax. Namun, OSO percaya pers nasional sudah bisa memandang hal tersebut secara obyektif dan selalu mengedepankan produk pers yang berkualitas, bermarwah, dan bermartabat.

"Memang tidak mudah, tapi pers nasional harus memahami bahwa hoax adalah 'korsleting' di tubuh pers nasional yang harus segera dibenahi. Karena jika tidak, maka akan semakin merusak nama pers nasional," tandasnya.

Sementara itu, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, dalam sejarah perjuangan Indonesia,  pers terlibat dalam perjuangan pembebasan bangsa Indonesia dari penjajahan, dan penindasan.

Hasto bercerita, Bung Karno menegaskan pers melahirkan kekuatan terang peradaban. Hal itu disampaikan dalam diplomasi internasional di Amerika Serikat dalam perjuangan pembebasan Irian Barat.

Sang proklamator mengutip pernyataan Mark Twain bahwa di dunia ada kekuatan yang bisa memberikan terang.

"Pertama adalah Matahari sebagai Ciptaan Allah SWT, dan kedua dalah pers. Karena itulah pers tidak hanya menjadi pilar keempat demokrasi, namun juga penjaga peradaban demokrasi dan sekaligus penjaga kemanusiaan itu sendiri," kata Hasto.

"Dirgahayu Pers Indonesia. Kobarkan semangat juang, perkuat jalan demokrasi kerakyatan, keadilan, dan kemanusiaan, perkuat kedaulatan dan kebebasan pers Indonesia," tandas Hasto mengucapkan selamat Hari Pers Nasional.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.