Sukses

HEADLINE: Gaduh Demokrat-Gerindra, Ancam Ganggu Kinerja Timses Prabowo?

Jual-beli pernyataan Gerindra dan Demokrat menguak masalah dalam koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga. Timses Jokowi siap ambil keuntungan.

Liputan6.com, Jakarta - Riak kembali muncul di tubuh Koalisi Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Gara-garanya, Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani, menagih janji Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan Ketua Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, mengampanyekan Prabowo-Sandiaga.

Pernyataan itu turut dikomentari SBY. Melalui akun twitter-nya, ia menilai, pernyataan Muzani terus digoreng dengan nada tidak baik.

"Daripada menuding & menyalahkan pihak lain, lebih baik mawas diri. Mengeluarkan pernyataan politik yg "sembrono", justru merugikan," cuit SBY, Kamis (15/11/2018) sore.

Pernyataan Muzani lebih dulu menyulut reaksi Wakil Sekjen Demokrat Putu Supadma Rudana. Pada rilis yang disebar ke awak media sehari sebelumnya, Putu mempersoalkan janji Prabowo-Sandiaga untuk Demokrat yang tak terealisasi.

Ia juga menyoroti minimnya komunikasi, Prabowo-Sandiaga dengan Demokrat. Sementara, menurut Sandiaga Uno, pangkal persoalannya hanya urusan teknis: belum ada jadwal waktu pertemuan.

"Jangan ngeles-lah, saya berharap aksi nyatanya, yang kongkret" kata Putu Supadma, kepada Liputan6.com, Jumat (16/11//2018).

Ia mengkritik timses Prabowo-Sandiaga yang berjalan tanpa arah jelas. Tak ada konsep bergerak yang sinergis.

Alhasil, setiap partai berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Hal ini merupakan dampak tak adanya kerangka kerja yang disepakati.

Namun, Putu Supadma enggan mengungkapkan janji-janji Prabowo-Sandiaga yang diingkari. Perihal janji itu sedikit dibocorkan Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.

Ferdinand mengungkapkan, dalam pertemuan dengan SBY, Prabowo dan Sandiaga berjanji soal timbal-balik manfaat. Demokrat harus mendapat untung dengan dukungan terhadap pasangan itu.

"Janji akan mendistribusikan suara ke partai Demokrat," ungkapnya.

Prabowo-Sandiaga, menurut dia, akan mendorong pemilih untuk mendukung partai yang tergabung dalam koalisi. Dengan begitu, tak cuma Gerindra yang dapat untung dari dukungan masyarakat kepada Prabowo.

Namun, sampai saat ini pembicaraan ke arah sana belum terealisasi. Ferdinand mengatakan, komunikasi antara Prabowo dan SBY agak mandek.

Prabowo dinilai kurang berinisiatif membangun komunikasi dengan Demokrat. "Enggak mungkin Pak SBY yang nanyanin, pemain utama Prabowo-Sandi, bintangnya mereka. Mereka dong yang menghampiri para penonton," kata Ferdinand kepada Liputan6.com, Jumat (16/11/2018).

Bermodal kritik dari Demokrat, Ferdinand berharap Timses Prabowo-Sandiaga mengevaluasi diri. Masukan itu harus menjadikan koalisi makin solid.

Harus Disikapi Bijak

Hal senada disampaikan Putu Supadma. Ia menyebut, kritik internal harus disikapi bijak. Niatannya bukan untuk menggembosi koalisi, melainkan untuk memperkuatnya.

"Kita sebagai mitra mengingatkan, kalau lawan pasti dibiarin," Putu Supadma menegaskan.

Ia mendesak Koalisi Prabowo-Sandiaga segera melakukan konsolidasi untuk menyamakan arah gerakan. Putu Supadma menegaskan komitmen Demokrat memenangkan Prabowo-Sandiaga.

Demokrat, lanjutnya, punya banyak aset yang bisa dimanfaatkan untuk memenangkan Prabowo-Sanidaga. Ia mencontohkan pengalaman SBY memimpin Indonesia selama dua periode.

Minimnya konsep kampanye menyebabkan sumber daya yang tersedia tidak dimaksimalkan. "Tank siap, pesawat tempur siap, tapi tak ada kordinasi," keluhnya.

Sementara itu, Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra Andre Rosiade menegaskan tidak ada masalah berarti antara Demokrat dengan Gerindra. Dia memastikan koalisinya di Pilpres 2019 solid.

"Insyaallah enggak ada masalah, kita solid bersama teman-teman Partai Demokrat. Enggak ada masalah sama sekali," ucap dia.

Pengamat Politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, panas-dingin hubungan Gerindra dan Demokrat menjadi misteri di Koalisi Prabowo-Sandiaga. Yang jelas, ia mengkritik perilaku komunikasi kubu Prabowo-Sandiaga yang terlalu 'transparan'.

Jeroan koalisi diumbar ke publik. Polemik yang harusnya menjadi konsumsi internal terkuak dan jadi pembicaraan umum. Menurut Hendri, hal semacam itu bisa berdampak pada kondisi psikologis pendukung.

"Enggak bagus, bikin pendukung Prabowo enggak percaya diri," katanya kepada Liputan6.com, Jumat (16/11/2018).

Kinerja tim pemenangan pun menjadi taruhan. Menurut Hendri, kondisi demikian tak bisa dibiarkan. "Pasti berpengaruh, tapi perjalanan masih lama, masih ada waktu," demikian analisisnya.

Koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga harus segera berbenah bila tak ingin masalah masalah merembet. "Harus segera diperbaiki komunikasi dan konsolidasinya," Hendri menyarankan.

Sinyal bahaya juga mulai muncul. Timses Jokowi pun mencari celah di antara masalah Gerindra-Demokrat. Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional, Abdul Kadir Karding tak memungkiri potensi suara di kubu Prabowo-Sandiaga pun akan digarap.

"Semua potensi suara akan menjadi target kita, apalagi potensi suara itu terkait potensi yang selama ini berhadapan atau menjadi kompetitor kita," ujar Karding ketika dikonfirmasi, Jumat (16/11/2018). "Apalagi Demokrat membebaskan calegnya jadi tentu harus kita bangun komunikasi untuk membangun sinergi dan itu hal yang sah dalam politik."

Saksikan video pilihan di bawah ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Alot Gerindra-Demokrat

Relasi Gerindra-Demokrat di Pilpres 2019 terbilang alot. Sejak awal penyusunan formasi capres-cawapres polemik sudah muncul.

Wasekjen Demokrat, Andi Arief, kala itu menyerang Prabowo dengan sebutan 'jenderal kardus'. Pernyataan itu muncul setelah Prabowo memutuskan menggandeng Sandiaga menjadi cawapres.

Meski di detik akhir jelang pendaftaran capres-cawapres, Demokrat akhirnya meneken dukungan ke pasangan itu.

Ketegangan kembali muncul, setelah Pilpres 2019 masuk tahapan kampanye. Pematiknya lagi-lagi Andi Arief. Ia menuding Prabowo malas kampanye.

"Ini otokritik: Kalau dilihat cara berkampanyenya sebetulnya yang mau jadi Presiden itu @sandiuno atau Pak Prabowo ya. Saya menangkap kesan Pak Prabowo agak kurang serius ini mau jadi Presiden," tulis Andi dalam akun twitternya, Jumat (12/10/2018).

Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria mengatakan, kritikan Andi merupakan sebuah vitamin untuk koalisi. Ia pun membantah Prabowo jarang berkampanye.

"Kritik di internal koalisi itu biasa saja, faktanya Pak Prabowo sangat sering, sangat rajin keliling," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (12/10/2018).

Yang paling anyar, Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, tidak berharap suara partainya terkerek dukungan terhadap Prabowo.

Ia menegaskan, Demokrat punya strategi sendiri untuk menaikkan suara.

"Kalau kita tergantung pada coattail effect berarti kita terlalu berharap. Hope is not strategy, berharap adalah bukan strategi," ucap AHY usai penutupan pembekalan caleg DPR RI periode 2019-2014 di Jakarta, Minggu (11/11/2018).

Hitung-hitungan AHY, partainya tak mendapat efek ekor jas (coattail effect) dari dukungan ke Prabowo-Sandiaga. Malah, kata dia, hanya dua partai yang mendapat untung dari pasangan calon di Pilpres 2019.

"Kalau hanya berharap coattail effect dari pencapresan, saya pikir berlebihan. Karena dibuktikan dari berbagai survei, hanya dua partai yang mendapatkan keuntungan dari Pencapresan ini. Yaitu PDIP karena punya Capres Pak Jokowi, dan Gerindra yang punya capres Pak Prabowo," ungkap AHY.

Menurut dia, ini memang realitas yang harus dihadapi oleh Partai Demokrat dan juga partai lain. Namun, dirinya menegaskan, tak akan mengeluh.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas mengatakan, urusan Pilpres ada waktunya. Saat ini para caleg Demokrat sedang berkonsentrasi memenangkan Pileg 2019.

Putra bungsu SBY ini juga menegaskan partainya tak mempersoalkan kader partainya yang malah mendukung Jokowi-Ma'ruf.

"Sekarang kita tidak bisa memberikan punishment (hukuman). Kita hanya bisa menyerukan, tapi kalau memberikan punishment tidak bisa," jelas dia.

 

3 dari 3 halaman

Suara Rekan Koalisi

Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid berharap Gerindra dan Demokrat menurunkan tensi ketegangan. Menurutnya, kedua partai tak memiliki masalah prinsipil.

Begitu pula PKS dan PAN, yang juga mendukung Prabowo-Sandiaga. Masalah yang mencuat, kata dia, hanya persoalan komunikasi yang harus diluruskan.

"Ini kan punya komunikasi yang perlu saling di-coolingdown-kan, perlu saling dikembalikan pada semangat besar bahwa kita ingin menyukseskan Pemilu 2019 melalui pilihan politik kita," tegas Hidayat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (16/11/2018).

Sebagai awalan, ia menilai, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto perlu bertemu Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.

"Untuk kemudian menyegarkan kembali semangat dan komitmen berkoalisi kita," kata Hidayat.

Wakil Ketua MPR itu menilai, pertemuan harus diinisiasi oleh Prabowo. Bisa saja bentuknya pertemuan bilateral, atau melibatkan semua pimpinan partai koalisi. Namun, PKS enggan menginisiasi pertemuan.

"Memang sangat wajar bila kemudian Pak Prabowo yang melakukan inisiatif melakukan pertemuan itu apakah dengan bilateral dulu beliau dengan Pak SBY, dengan lain-lain," ucapnya.

PKS tak khawatir soal coattail effect atau efek ekor jas di Pemilu 2019. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyebut partainya mendapat keuntungan suara dengan mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Coattail effect Prabowo-Sandi pada partai terlihat. Kehadiran Sandi di acara PKS dipenuhi dengan banyak peserta yang bukan PKS. Dan Bang Sandi secara jelas meminta semua hadirin mendukung PKS," katanya kepada wartawan, Jakarta, Kamis (15/11/2018).

PKS punya strategi menggaet coattail effect dari jagoannya di Pilpres 2019. Caranya dengan mengundang Sandiaga di acara yang dihadiri para caleg PKS.

"Salah satunya di daerah fokus PKS setting kehadiran Sandi dibarengi dengan caleg-caleg PKS," ucapnya.

Dia menuturkan, untuk menyukseskan Prabowo-Sandi, partai koalisi mesti kompak. Partai pimpinan Sohibul Iman tersebut bakal tancap gas memuluskan langkah Prabowo-Sandi memimpin negara dan bangsa.

"Karena kemenangan Prabowo-Sandi harus diikuti kemenangan partai pendukungnya. Karena itu PKS memang komitmen full speed memenangkan Prabowo-Sandi," tuturnya.

Mardani juga bicara soal sikap Partai Demokrat yang saat ini terlihat setengah hati mengkampanyekan Prabowo-Sandi. Menurutnya, Demokrat serius memenangkan Prabowo Sandi.

Bila Demokrat belum panas, Mardani menilai wajar. Pasalnya Pilpres dan Pileg dilaksanakan serentak. Tiap partai mesti cari cara guna mendapat hasil positif dari keduanya.

"Demokrat serius. Selalu hadir dalam rapat Badan Pemenangan Nasional. Bahwa tiap partai fokus juga di pileg dimaklumi karena waktunya bersamaan," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.