Sukses


Wakil Ketua MPR: Jangan Mubazirkan Hak Pilih Kita

Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid melakukan sosialisasi empat pilar untuk kedua kalinya kepada ratusan anggota Serikat Pekerja Nasional.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) bertemu dengan ratusan anggota Serikat Pekerja Nasional (SPN) untuk kedua kalinya dalam acara yang sama, sosialisasi empat pilar. Acara tersebut diselenggarakan di Tigaraksa, Kabupaten Tanggerang, Banten, Kamis (8/11).

“Ini Sosialisasi Empat Pilar yang kedua dengan SPN”, ujarn HNW.

Dalam acara tersebut, HNW mengungkapkan sosialisasi yang dilakukan oleh MPR merupakan amanat dari UU. No. 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

“Dengan demikian kita menjalankan undang-undang," ujar HNW.

Dengan melakukan sosialisasi, menurut Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor itu MPR telah mematuhi aturan hukum yang ada.

“Sehingga rakyat menjadi percaya," tuturnya.

Dalam melakukan sosialisasi, MPR menggunakan berbagai metode. Diantaranya, lewat cerdas cermat, outbond, focus group discussion, training of trainer, legal drafting, debat konstitusi, seni dan budaya, serta metode lainnya. HNW mengungkapkan bahwa merasa kagum saat lomba cerdas cermat Empat Pilar yang peserta datang dari kalangan pelajar SMA. Mereka bisa hafal UUD NRI Tahun 1945, istilahnya dari A sampai Z.

“Luar biasa," ungkap HNW.

Lebih lanjut HNW menjelaskan, sosialisasi yang dilakukan itu bekerja sama dengan berbagai pihak seperti guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah daerah, perguruan tinggi, TNI, Polri, pekerja atau buruh, dan komponen masyarakat lainnya.

“Dari semua yang dilakukan menunjukan posisi sosialisasi sangat jelas legal hukumnya," jelas HNW.

Dalam sosialisasi yang juga dihadiri oleh Ketua SPN Banten, Ahmad Syaukani, HNW memaparkan bagaimana proses lahirnya Pancasila. Proses itu dimulai dari pidato Bung Karno dalam Sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945, kemudian Pancasila 22 Juni 1945, hingga 18 Agustus 1945.

“Proses lahirnya Pancasila melalui suasana yang sangat demokratis," tuturnya.

Ada saran dan masukan dalam proses itu seperti apa yang hendak dinamakan dari lima gagasan besar yang dilontarkan Bung Karno. Pancasila dilahirkan oleh berbagai kalangan dengan latar suku, agama, profesi, yang beragam untuk menyepakati dan bertanggungjawab dalam membentuk satu kebersamaan, Indonesia.

Untuk itu sosialisasi yang digelar ditujukan meningkatkan cinta seluruh komponen bangsa kepada Indonesia. Sebagaimana proses lahirnya Pancasila yang dilahirkan oleh golongan Islam dan kebangsaan maka dengan sosialisasi masalah yang dihadapi bangsa ini yakni islamofobia dan kebangsaan fobia tidak terjadi.

“Supaya tidak terjadi fitnah antar golongan,” tuturnya.

Kontribusi kelompok Islam kepada bangsa dan negara sangat penting dan mendasar, demikian juga kontribusi dari kelompok kebangsaan.Bila ada kritik dan perdebatan diharapkan untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara.

“Pendiri bangsa dahulu mengkritik dengan baik dan benar," papar HNW.

Kritik dianggap oleh HNW sebagai bukti kita cinta pada bangsa dan negara. Dalam kritik biasanya ingin terciptanya sebuah tatanan yang adil.

“Soal keadilan, dalam Pancasila disebut dua kali, pada Sila II dan Sila V," ungkapnya.

Menurutnya, UUD memberi ruang yang sangat lebar kepada rakyat untuk memperbaiki kondisi bangsa salah satunya lewat Pemilu. Untuk itu bila kita memilih calon pemimpin, diharap memilih yang mempunyai kapasitas, baik, dan mengedepankan kepentingan bangsa. Hal demikian disebut sebagai langkah konstitusional.

“Untuk itu jangan mubazirkan hak pilih kita. Jangan menganggap satu suara tidak berarti, satu suara bisa menciptakan kondisi yang lebih baik," terang HNW.

UUD memberi ruang untuk perubahan menuju kondisi yang lebih baik dikatakan tidak hanya pada masalah kedaulatan rakyat. Dalam pendidikan pun juga mengarahkan bangsa dan negara pada tujuan seperti amanat yang tertera dalam Pembukaan UUD.

“Negara tidak membiarkan pendidikan begitu saja. Pendidikan kita mengarahkan kepada masyarakat yang beriman, bertakwa, dan mempunyai akhlak yang mulia," jelas HNW.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.