Sukses

Demokrat: Gatot Nurmantyo Mengakui Kewaskitaan SBY

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo mencium tangan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada, Sabtu 2 Juni.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo mencium tangan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada, Sabtu 2 Juni. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Rachlan Nasidik menilai hal itu sebagai bentuk pengakuan Gatot pada SBY yang akan memiliki peran penting dalam mengubah konstalasi politik 2019.

"Secara politik artinya Pak Gatot mengakui kewaskitaan Pak SBY, khususnya peran penting Pak SBY dalam ikut menentukan percaturan politik aktual serta kontestasi di 2019 nanti," kata Rachlan saat dihubungi Merdeka.com, Minggu (3/6/2018).

Namun, Rachlan menganggap peristiwa Gatot cium tangan SBY juga sebagai bentuk rasa hormat dan tata krama yang baik kepada yang lebih tua.

"Setiap yang tahu tata krama tentu akan tunjukkan hormat pada yang lebih tua. Pak Gatot tahu tata krama," ujarnya.

Ditanya apakah Gatot membicarakan rencana pencalonannya di Pemilu 2019, Rachlan menolak memberikan tanggapan. "Pertunjukan itu sendiri sudah khusus. Gambar katanya bicara seribu kali lebih banyak," ucap Rachlan.

Tapi, Rachlan memastikan tidak hanya Gatot yang ingin bertemu dan berdiskusi dengan SBY

"Yang antre minta ngobrol dengan Pak SBY bukan cuma Pak Gatot," tandasnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ada AHY

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo diprediksi sulit mendapatkan dukungan dari Demokrat untuk menjadi calon presiden pada Pilpres 2019. Ketua DPP Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir mengatakan kans Gatot mendapatkan dukungan Demokrat kecil karena adanya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Partai Demokrat menyatakan akan terus mengupayakan AHY maju di Pemilu 2019 baik sebagai capres atau cawapres.

"Lah iya lah (sulit dapat dukungan Demokrat), mangkanya Gatot Nurmantyo pakai cium tangan plus-plus," kata Inas.

Hanura, kata Inas, tidak khawatir manuver Gatot akan mengancam keterpilihan Joko Widodo sebagai capres. Sebab, menurutnya, Gatot belum menunjukkan kontribusi besar untuk masyarakat ketimbang Jokowi.

"Enggak tuh. Belum berbuat untuk grass root tapi Jokowi sudah," klaim Inas.

 

Reporter: Renald Ghiffari

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.