Sukses

Kata IAGI soal Potensi Tsunami di Jawa Selatan

Sukmandaru Prihatmoko angkat bicara angkat bicara terkait potensi tsunami di Indonesia, termasuk di Jawa bagian Selatan.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sukmandaru Prihatmoko angkat bicara angkat bicara terkait potensi tsunami di Indonesia, termasuk di Jawa bagian Selatan.

Sukmandaru menyatakan, IAGI bersama Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI), satu anak organisasi IAGI, telah mengadakan kajian dan seminar tentang potensi gempa, termasuk mitigasi yang harus dilakukan menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.

"Dari diskusi IAGI dan mengacu pada hasil penelitian ahli geologi dan seismik, sejauh ini diketahui ada 3 kemungkinan sumber gempa besar di Jawa bagian barat, yaitu “megathrust” di lepas pantai selatan Jawa, “struktur intraslab” di bawah Jawa, dan sesar-sesar dangkal yang merajang daratan Jawa Barat," ujar Sukmandaru melalui pesan tertulis. Kamis 5 April 2018.

Gempa yang berpotensi membangkitkan tsunami besar bersumber pada "megathrust" di wilayah Selat Sunda sampai laut selatan Jawa.

Pemberitaan media tentang ketinggian (run up) tsunami sampai 57 meter di pantai barat Pandeglang, 41 meter di selatan Sukabumi, setelah dikonfirmasi ke BMKG adalah hasil simulasi/pemodelan (seandainya) terjadi gempa bumi M 9 pada megathrust tersebut.

"Artinya potensi tsunami sebesar itu mungkin ada, tetapi hal ini harus dikaji lebih lanjut dengan penelitian yang lebih mendalam," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dorong Kajian Mendalam

Selain itu perihal kapan gempa-tsunami megathrust tersebut dapat terjadi belum bisa diprediksi.

IAGI terus mendorong dilakukannya penelitian, termasuk simulasi dan pemodelan, tentang struktur geologi (sesar/ patahan) aktif baik pada skala regional maupun skala rinci. Riset-riset: pemetaan geologi sesar aktif, studi tektonik – geodesi (GPS), seismologi gempa, paleoseismik dan paleotsunami serta dokumentasi berbagai catatan sejarah gempa di masa lalu harus terus dilakukan.

"IAGI juga menghimbau media agar dapat memberitakan hasil penelitian ilmiah para ahli secara proporsional dalam rangka membantu edukasi, bukan malah mengakibatkan keresahan yang tidak perlu," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.