Tutup Perlintasan Liar, Ditjen Perkeretaapian Pecahkan Rekor Muri

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan Direktorat Perkeretaapian memecahkan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas penutupan perlintasan sebidang liar terbanyak dalam waktu 2 bulan. Pemberian piagam tersebut diserahkan langsung oleh Ketua MURI, Jaya Suprana di Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Sekretaris Jenderal Perhubungan Sugihardjo dalam sambutannya mengatakan rekor bisa menjadi dasar untuk terus meningkatkan keselamatan dalam transportasi.

“Keselamatan merupakan hal yang sangat penting. Mungkin kalau orang lain yang kena kita diam saja, namun bagaimana kalau menimpa keluarga kita. Maka dari itu saya sangat apresiasi sekali mengenai rekor tersebut, kedepannya bisa lebih baik lagi,” ujar Sugihardjo dalam sambutanya di acara workshop mengenai kebijakan pemerintah dan daerah dalam upaya peningkatan keselamatan perkeretaapian 2018.

Mengenai hal itu, lanjut Sugihardjo bahwa Dirjen Perkeretapian bersama PT Kereta Api Indonesia telah menutup 313perlintasan sebidang.

“Walaupun demikian masih ada warga yang tidak setuju lintasan tersebut ditutup. Ya, masih ada sekitar 4600 perlintasan yang sama dan tidak berizin,” tutur Sugihardjo.

Ia melanjutkan, bahwa untuk meningkatkan keselamatan perlu adanya pengawasan. Sebagai contoh yang kerap terjadi kepada pekerja yang yang bekerja dari malam hingga pagi hari.

“Banyak kasus terjadi pada pekerja yang terjadwal shift 3 atau yang menjelang pagi. Saran saya, kalau waktunya istirahat, jangan bekerja lagi. Selain itu ada pula beberapa orang yang terus bekerja untuk lembur.  Perlu diingat, jangan melawan hokum alam, ada batas kelelahan manusia yang tidak boleh dilawan,” tutur Sugihardjo.

Sementara itu, mengenai rekor tersebut, Jaya Suprana mengatakan bahwa rekor tersebut cukup hebat. Pasalnya, butuh keberanian dalam pemecahan rekor tersebut.

“Pasti ada perlawanan dari warga sekitar perlitasan liar tersebut. ini merupakan langkah berani yang dilakukan oleh Kemenhub melalui Ditjen Perkeretaapian,” tutur Jaya Suprana.

(*)