Sukses

Mahyudin: Suara Generasi Muda Menentukan Arah Bangsa Indonesia

Generasi muda adalah elemen luar biasa secara kuantitas untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan kepada daerah 2018 dan pemilihan umum 2019

Liputan6.com, Samarinda Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Samarinda menggelar Silaturahmi Kebangsaan bersama Wakil Ketua MPR RI, Dr. Wahyudin, ST,MM. dengan tema "Mengamalkan Pancasila Sebagai Alat Pemersatu Bangsa Dalam Menjaga Keutuhan NKRI". Acara yang melibatkan hampir 1000 mahasiswa se-kota Samarinda ini digelar di Aula LPMP, Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (16/12).

Mengawali sambutannya, Wahyudin menceritakan tentang lahirnya konsep Pancasila oleh Bung Karno, dinamika pembahasan butir-butir Pancasila hingga akhirnya menjadi Pancasila yang kita kenal saat ini, dimana Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia yang tak perlu dipertanyakan lagi. Bahwa dibalik lahirnya Pancasila sebagai ideologi bangsa ada sumbangsih besar dari tokoh-tokoh islam itu juga betul adanya.

Lebih lanjut Mahyudin mengungkapkan soal pentingnya rakyat terutama generasi muda memahami kembali Empat Pilar (Pancasila sebagai dasar negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara dan Bhinneka Tunggal ika sebagai semboyan negara). Menjadi sangat penting karena generasi muda ini yang akan mengisi kemerdekaan bangsa sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa yaitu Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Selama masih banyak masyarakat yang belum bisa baca dan tulis, kata Mahyudin sebenarnya Indonesia belum benar-benar merdeka. Oleh karena itu penting sekali meningkatkan kualitas pendidikan supaya bisa memiliki daya saing dengan negara lain.

"Hasil survey Bank Dunia menyebutkan bahwa Indonesia mengalami ketertinggalan dalam bidang pendidikan membaca sekitar 40 tahun dan tertinggal jauh dalam pendidikan science dan teknologi sekitar 75 tahun. Hal ini perlu diwaspadai dan dipikirkan betul-betul," ujarnya.

Solusinya adalah perlunya kerja keras semua anak bangsa mengejar ketertinggalan tersebut untuk mengisi kemerdekaan kita sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa yakni memberantas kebodohan juga kemiskinan.

Wakil Ketua MPR RI, Dr. Wahyudin, ST,MM.

"Untuk itu perlu dibangun kesadaran dan rasa nasionalisme dalam diri masing-masing secara kuat untuk membangun bangsa serta menjadi sebuah kebanggaan agar kita bisa bisa berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Sosialisasi Empat Pilar MPR adalah salah satu upaya ke arah itu," tegasnya.

Mahyudin Ajak Generasi Muda Jangan Memilih Karena Primordialisme

Bangsa Indonesia sebentar lagi akan memasuki tahun ‘panas’ tahun politik. Tahun 2018 akan digelar pilkada serentak dan tahun 2019 digelar perhelatan demokrasi besar Pemilu. Generasi muda adalah elemen luar biasa secara kuantitas untuk ikut berpartisipasi dalam memilih bahkan ada yang baru pertama kali ikut memilih dan memberikan suaranya.

Mahyudin, melihat suara generasi muda memang sangat luar biasa. Suara generasi muda akan menentukan kepimpinan bangsa sekaligus menentukan kemana bangsa ini akan dibawa. Untuk itu, generasi muda juga rakyat secara luas harus sangat hati-hati dalam memberikan suaranya. Jangan asal pilih. Jangan sampai terpilih pemimpin-pemimpin yang tidak amanah dan hanya mementingkan dirinya sendiri.

“Jangan lagi memilih pemimpin karena primodialisme karena kesukuan tapi berdasarkan kemampuan. Kita memilih Gubernur, Bupati yang kita yakini secara kepribadian memiliki kemampuan membangun daerahnya dan rakyatnya. Lihat latar belakangnya, kalau terlibat korupsi dan kejahatan lainnya jangan dipilih. Tapi, walaupun sukunya minoritas namun memiliki kemampuan membangun daerah dan mensejahterakan rakyatnya itu yang harus dipilih,” ungkapnya.

Generasi muda adalah elemen luar biasa secara kuantitas untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan kepada daerah 2018 dan pemilihan umum 2019.

Intinya, lanjut Mahyudin, rakyat dan generasi muda harus memilih karena bisa diyakini niat dan kemampuannya dalam membangun daerah dan mensejahterakan rakyatnya. Jika asal memilih dan ternyata kemampuannya tidak ada, tujuan menjadi pejabat tidak jelas hanya mementingkan dirinya sendiri, maka pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat tidak akan tercapai.

“Pancasila adalah patokan kita dalam memilih siapapun dia yang mampu dan memiliki niat yang baik maka pilihlah. Untuk itu mulai dari sekarang generasi muda pelajar dan mahasiswa pelajarilah tokoh-tokoh atau calon-calon pemimpin. Perhatikan latarbelakangnya, pelajari pribadinya dan kemampuannya agar Indonesia dan rakyat Indonesia cepat maju dan sejahtera,” tandasnya.

 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini