Sukses

Cerita Akhir Pekan: Standar Pengelolaan Sampah di Destinasi Wisata

Risiko bertambahnya volume sampah datang bersama pemulihan laju sektor pariwisata. Jadi, bagaimana destinasi wisata bersiap menghalaunya?

Liputan6.com, Jakarta - Sampah masih jadi masalah yang butuh solusi tuntas, tidak terkecuali di destinasi wisata. Di tengah pemulihan laju sektor pariwisata, kemungkinan pengunjung akan mencatat jumlah lebih banyak dibanding tahun-tahun awal pandemi COVID-19. Artinya, risiko bertambahnya volume sampah juga datang bersama kemungkinan itu.

Terkait ini, Corporate Communication PT Pembangunan Jaya Ancol, Ariyadi Eko Nugroho, menyebutkan bahwa Ancol memiliki kepedulian cukup tinggi terhadap pengelolaan lingkungan, termasuk permasalahan sampah. "Karena salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke Taman Impian Jaya Ancol adalah lingkungan yang bersih dan nyaman," ia menyebut lewat pesan pada Liputan6.com, Sabtu (14/5/2022).

Saat ini, pengelolaan sampah secara umum di seluruh kawasan objek wisata tersebut telah dilaksanakan "dengan baik dan sesuai regulasi yang berlaku." Pada setiap lokasi, menurut Ariyadi, telah tersedia tempat sampah dengan jumlah cukup dan terpilah sesuai jenisnya: sampah mudah terurai, sampah yang dapat didaur ulang, dan sampah residu.

Ia berkata, "Pada beberapa titik juga terdapat tempat sampah khusus limbah B3. Tentu saja tempat sampah juga dilengkapi informasi tentang jenis sampah sesuai kategori dengan harapan pengunjung dapat teredukasi dan tergerak untuk membuang sampah secara terpilah."

Sementara itu, langkah pengelolaan sampah juga dilakukan di Desa Wisata Tetebatu, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ketua Badan Pengelola Desa Wisata (BP Dewi) Tetebatu, Mariani, menyebutkan lewat pesan, Jumat, 13 Mei 2022, pihaknya sedang menggalang sumber daya dan melakukan koordinasi agar Desa Wisata Tetebatu bisa memiliki skenario penanganan sampah secara mandiri.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Adaptasi Selama Pandemi COVID-19

Lebih lanjut Mariani mengatakan, "Selama ini pengelolaan sampah sudah dimulai di Tetebatu Utara (induk) dan Tetebatu Selatan dengan membuat TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan sentra daur ulang sampah jadi industri kreatif maupun kerajinan yang bisa bernilai ekonomis."

Salah satu wakil Indonesia di Best Tourism Village UNWTO 2021 ini sudah mendaur ulang sampah plastik jadi bantal, bean bag, dan kerajinan lain yang diminati. "Sementara itu untuk Desa Wisata Tetebatu, langkah tersebut secara sistematis dan berkelanjutan sedang dikoordinasikan. Master plan-nya belum selesai," ia menambahkan.

Di sisi lain, Ariyadi menyebutkan, selama masa pandemi COVID-19, Ancol melakukan adaptasi dalam bidang kebersihan, yakni melakukan mekanisasi pada kegiatan pengelolaan kebersihan. Masuk dalam rencana ini adalah menggunakan mesin beach cleaner, sweeper truck, dan blower, sehingga "dapat lebih efisien dan efektif."

Ia menyambung, "Kegiatan pengelolaan kebersihan, termasuk Beach Cleaner, sudah beroperasi sejak pukul lima pagi sebelum jam operasional buka agar pengunjung bisa menikmati rekreasi di pantai (dengan) lebih nyaman."

3 dari 4 halaman

Sampah Jenis Apa yang Banyak Ditemukan?

Soal jenis sampah yang banyak ditemui di kawasan wisata Ancol, Ariyadi mengatakan, sebagian besar merupakan limbah kemasan makanan dan minuman. Selain itu, ada juga sampah daun dan ranting dari kegiatan pemeliharaan di area taman di salah satu objek wisata populer di Jakarta tersebut.

Sedangkan di Desa Wisata Tetebatu, sampah plastik, kaleng, dan styrofoam jadi yang mendominasi. Terkait pengurangan volume sampah, Mariani mengutarakan bahwa itu soal kebiasaan dan harus dicontohkan. Di samping mendorong wisatawan membawa tempat makanan dan minuman bukan sekali pakai, ia bercerita selalu membawa kantong plastik atau karung kecil saat menemani pengunjung.

"Kenapa? Untuk memberi edukasi bahwa di mana pun kita temukan sampah, tanpa diminta (atau) dilihat orang (lain), bisa langsung dipungut," ucapnya. "Alhamdulillah dari contoh kecil ini tamu selalu menghargai (upaya penanganan sampah di Desa Wisata Tetebatu). Karena saya pikir aksi itu lebih cepat mengena dan lebih cepat dicontoh."

4 dari 4 halaman

Kawasan Bebas Styrofoam dan Sedotan Plastik

Ariyadi menyatakan, dalam upaya mengurangi volume sampah, Ancol terus melakukan edukasi pada para pengunjung dan petugas mengenai pemilahan jenis sampah. Selain itu, pihaknya juga telah jadi kawasan bebas styrofoam sebagai alas makan sejak 2008.

"Juga, kawasan bebas sedotan plastik sejak 2018. Ancol juga kerap melakukan program kolaborasi dengan mitra yang memiliki kepedulian pada pengelolaan lingkungan," imbuhnya.

Pada pekan libur Lebaran tahun ini, Ariyadi mengatakan, antusiasme kunjungan sudah cukup baik jika dibanding tahun lalu. Dengan rata-rata kunjungan sebanyak 57 ribu per hari, Ancol menerjunkan sekitar 120 petugas kebersihan tersebar di seluruh kawasan rekreasi demi menjaga agar aktivitas rekreasi tetap berjalan nyaman bagi semua pengunjung, katanya.

Akhirnya ia mengatakan, pihaknya berkeinginan mewujudkan kawasan wisata yang hijau dan asri. "Dalam mencapai tujuan tersebut, Ancol terus mengupayakan peningkatan performa, khususnya dalam pengelolaan kebersihan lingkungan. Kami berharap eksistensi Ancol bisa turut berkontribusi dalam mewujudkan lingkungan yang baik," tandasnya.

Sementara Mariani menyebut, "Penanganan sampah adalah langkah besar yang sedang kami upayakan secara serius."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.