Sukses

Saat Kulit Salmon Dijadikan Tali Jam Tangan dan Dompet

Sebuah perusahaan di Prancis menggunakan kulit salmon untuk dijadikan produk fesyen, seperti tali jam tangan, dompet, dan lain-lain.

Liputan6.com, Jakarta - Sesuai yang dianggap orang lain tak berguna dan seharusnya dibuang ke tempat sampah, ternyata tak sepenuhnya benar. Sebuah perusahaan di Prancis rupanya sedang meningkatkan daur ulang dengan cara baru dengan menggunakan kulit salmon.

Kulit ikan yang digunakan adalah salmon. Kulit salmon itu kemudian dijadikan kulit, sebelum dibentuk menjadi tali jam dan dompet kelas atas, seperti dilansir dari laman Metro, Sabtu (19/9/2020).

Meskipun pembuatan tali jam dan dompet ini mungkin tampak seperti tren baru yang aneh, tapi menggunakan kulit ikan untuk dijadikan kulit sebenarnya adalah kerajinan kuno. Namun, itu tak pernah digunakan dalam mode arus utama.

Selain itu, penggunaan kulit ikan ini juga dinilai ramah lingkungan. Perusahaan yang bernama lctyos, bertekad membuat proses ini lebih diterima di industri fesyen.

"Kulit salmon memiliki kekenyalan, dan kelembutan, ketebalannya kurang dari setengah milimeter, tetapi dengan kekuatan yang hampir setara dengan kulit sapi," kata salah satu pendiri Benjamin Malatrait.

Saksikan video pilihan di bawah ini :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Eksotis

Selain itu, menurut Benjamin, kulit salmon memiliki butiran yang lebih menonjol, dengan sisik yang sedikit mirip dengan kadal. Secara visual, ini cukup eksotis.

"Ictyos telah diberikan waktu enam bulan di dalam inkubator startup yang dijalankan oleh raksasa mode LVMH - pemilik merek seperti Louis Vuitton dan Christian Dior. Harapannya, pada akhirnya lulus inkubator bisa mendapatkan kesepakatan dengan rumah mode LVMH," kata Benjamin.

Saat ini, Ictyos bekerja dengan 250 klien, baik merek besar maupun produsen pengrajin, yang menguji produk untuk digunakan sebai tali jam, tas, dan pakaian. Perusahaan tersebut bukanlah yang pertama bereksperimen dengan menggunakan limbah makanan untuk membuat pakaian dan aksesori. Mereka juga sempat menggunakan biji alpukat untuk pewarna pada pakaian dan tas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.