Sukses

Mengenang Finalis Miss Universe Selandia Baru Amber-Lee Friis yang Meninggal di Usia 23 Tahun

Amber-Lee Friis sendiri dikenal lewat ceritanya berjuang menghadapi perundungan selama bertahun-tahun karena warna kulit dan matanya.

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Amber-Lee Friis, finalis Miss Universe Selandia Baru yang meninggal pada Senin, 18 Mei 2020, di usia 23 tahun. Mengutip laman People, Minggu (24/5/2020), CEO Miss World New Zealand, Nigel Godfrey, mengonfirmasi kabar tersebut dengan mengunggah tribute di Facebook, Selasa, 19 Mei 2020.

Godfrey menuliskan, tanpa Friss, dunia terasa jadi lebih kecil. "Ia punya komitmen untuk memberi lebih dan jadi tragedi miris ketka ia tak bisa mewujudkan potensi tak terbatasnya," tulis Godfrey. "RIP Amber Lee, kau meninggalkan kami terlalu cepat."

Godfrey pun mengingat kembali alasan Amber-Lee Friis jadi figursangat spesial dengan menyebutnya sebagai potensi yang harus diperhitungkan. "Ia sangat bersemangat dan punya hati yang indah," sambungnya.

"Ia sangat sungguh-sungguh, jujur, dan punya energi yang hanya dimiliki sedikit orang. Hatinya tentu berada di tempat yang tepat," imbuh Godfrey.

Di akhir tribute, ia mengaku bangga bisa menyebut Amber-Lee Friis sebagai salah seorang teman, bahkan jauh setelah kompetisi berakhir. "Amber Lee mengubah hidup dan pengalamannya bersama kami ke dalam dorongan yang sangat positif," ungkap Godfrey.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dugaan Penyebab Kematian

Berdasarkan keterangan Departemen Kepolisian Selandia Baru, meninggalnya Amber-lee Friis baru bisa dikategorikan sebagai kematian mendadak dengan penyebab pastinya belum bisa ditentukan. Namun, muncul dugaan bahwa Friis mengakhiri hidupnya karena tak kuat menghadapi perundungan.

Berasal dari Auckland, Friis adalah salah satu finalis Miss Universe Selandia Baru 2018. Prestasi tersebut jadi batu lompatan cukup jauh untuk model yang disebut bertahun-tahun berjuang dengan kepercayaan diri akibat mengalami perundungan dari teman-teman sekelasnya karena warna kulit dan matanya.

"Saya punya pandangan negatif tentang semua hal. Saya membayangkan diri saya sebagai perempuan pemarah, tua, dan gemuk. Kemudian, saya berpikir, ini bukanlah sesuatu yang saya inginkan," katanya berdasarkan laporan NZ Stuff.

Ulang tahun ke-18 jadi titk baliknya memutuskan untuk merancang tujuan, menabung, dan berolahraga. "Saya meu membantu semua perempuan yang melihat potensi mereka dan merancang rencana untuk mewujudkannya," ucapnya.

 

 

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

3 dari 3 halaman

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini