Sukses

Cerita Akhir Pekan: Jangan Lupa Sayangi Diri Sendiri di Momen Hari Kasih Sayang

"Karena bagaimana menyayangi diri sendiri akan memengaruhi cara kita menyayangi orang lain," kata Psikolog Klinis Dewasa Rena Masri.

Liputan6.com, Jakarta - Februari acap kali dijadikan sebagai bulan untuk menunjukkan rasa sayang, umumnya pada orang lain. Sah-sah saja tentu, dengan catatan, dilakukan tanpa perlu mengingkari rasa untuk juga sayang pada diri sendiri.

"Mencintai diri sendiri itu berarti menghargai diri sendiri. Menemukan cara bagaimana bisa nyaman dengan diri sendiri. Sekaligus, mengetahui potensi, keunikan, dan hal-hal apa yang perlu ditingkatkan. Setelah tahu semua itu, tetap terima dan membuat diri sendiri merasa nyaman," jelas Psikolog Klinis Dewasa Rena Masri lewat pesan pada Liputan6.com, 14 Februari 2020.

Kendati, perjalanan untuk menemukan rasa sayang pada diri sendiri tak pernah mudah untuk sebagian orang. Seolah ada saja sabotase oleh diri sendiri yang malah berujung pada jarak lebih jauh dengan self-love.

"Pernah ada di satu waktu di mana saya berharap, saya tidak pernah dilahirkan," kata salah seorang karyawan swasta, Arini Fadlillah, mengawali ceritanya lewat pesan, 13 Februari 2020. Orangtua yang bertengkar hampir setiap hari membuatnya otomatis membandingkan hidup dengan orang lain.

"Ketika orangtua bercerai, saya makin benci diri sendiri yang harus berusaha menghidupi diri sendiri. Kalau saja tidak pernah lahir, saya tidak perlu mengalami ini," imbuhnya.

"Dari skala satu sampai 10 untuk menyalahkan diri sendiri, saya ada di nomor sembilan. Merasa belum maksimal bekerja supaya bisa dapat penghasilan lebih," kata Arini.

"Selalu berpikir, 'Kalau mau, weekend pun bisa kerja. Cari uang lebih. Banyak orang yang (ambil) kerjaan sampingan, lalu akhirnya bisa kuliah. Kalau dulu saya kerja kiri-kanan, mungkin saya sudah S1.', Saya masih menyesali ini hingga sekarang," tambahnya.

Hubungan cinta yang beberapa kali berujung perpisahan pun menambah jarak pada titik mencintai diri sendiri. "Kalau saja dulu saya begini, dia pasti tidak begitu. Kalau saja saya begitu, dia pasti tidak begini," batinnya.

Berbeda dengan Meira Karla Farhana. Perempuan yang berprofesi sebagai lifestyle journalist ini berada di titik terjauh dengan mencintai diri sendiri disebabkan prasangka. Karla beranggapan, oang lain, siapapun itu, berhubungan dengannya hanya karena kasihan.

"Gue selalu merasa kayak gitu setiap kali jalin hubungan dengan orang lain," katanya saat ditemui di bilangan Jakarta Pusat, 12 Februari 2020.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perjalanan Menemukan Rasa Sayang pada Diri Sendiri

Anggapan diri tak dihargai sepenuhnya membuat Karla akhirnya menganalisis keadaan. "Keresahan ini akhirnya pernah gue komunikasikan dengan salah satu mantan pacar yang sekarang masih jadi teman sekitar dua tahun lalu. Ia kemudian bilang, 'Kalau ada orang yang betul kasihan, itu orang tega banget. Gue tidak akan kayak gitu. Lagian, kalau memang itu orang cuma kasihan, hubungan tidak bakal terasa klik'," tuturnya.

"Akhirnya gue sadar, dalam hubungan, lu tidak bisa sayang sama orang lain, tanpa sayang diri sendiri. Terus, sayang sama pasangan yang tidak sayang sama diri sendiri, itu susah banget," sambungnya.

Karla juga menyadari, kesalahannya adalah berharap bahagia saat menjalin hubungan dengan orang lain. "At the day of the day, gue sadar ternyata diri kita sendiri yang bertanggung jawab atas kebahagiaan diri kita sendiri. Gue juga sadar, kita tidak bisa kasih kebahagiaan orang lain karena itu comes from within," ucap perempuan 27 tahun tersebut.

Sementara, cercah menemukan rasa sayang pada diri sendiri justru dirasakan Arini dari dorongan kakak dan teman-teman terdekatnya.

"Saya pernah berniat konsultasi ke psikiater.  Karena merasa sehancur itu. Entah kenapa saat cari mau terapi ke mana, di saat itu orang-orang terdekat saya bilang, 'Kamu kuat, Ar. Gila sih gue nggak kebayang kalau gue jadi lu. Mungkin gue nggak sanggup.' Sampai kakak saya bilang, 'Gue bangga punya adik kaya lu.'" jelasnya.

"It is funny. Saya tidak pernah bilang mau terapi atau konsultasi, tapi ada momen ngumpul atau ketemu yang bikin mereka bilang itu ke saya. Akhirnya saya sadar, saya tidak pernah bersyukur untuk diri saya," jelasnya.

Thought after thought, Karla menilai, dari 1--10, skalanya untuk sayang pada diri sendiri sekarang ada di angka tujuh. "Gue tidak mau muluk jadi sembilan atau 10. Goal gue, akhir tahun ini setidaknya jadi delapan," ucapnya.

Cara yang bakal Karla upayakan, yakni maintain stress, fokus hendak melakukan apa. "Karena, menurut gue, salah satu cara sayang sama diri sendiri itu dengan memastikan financial stability. Supaya setelah itu bisa mikirin hal-hal esensial lain," tambahnya.

Arini sendiri mengaku ada di skor delapan. "Sisa poin ini saya gunakan untuk introspeksi diri sendiri. Ketika punya masalah, saya akan cari tahu apa kesalahan saya dan bagaimana solusinya. Terus berusaha tidak mengulangi kesalahan itu," ujar Arini.

"Bukannya tidak mau full self-love. Tapi, saya mau ada batasan kasih rewards ke diri sendiri. Biar tidak bablas kalau salah. Saya tidak tahu cara ini benar apa tidak. Tapi, untuk saat ini, cara tersebut cocok untuk saya," imbuh perempuan 26 tahun tersebut.

"Karena self-love, menurut gue, tidak cuma menerima, but embrace your scars, your flaws. Sesadar-sadarnya menyadari itu jadi penting banget," tukas Karla.

3 dari 3 halaman

Trik untuk Pancing Rasa Sayang pada Diri Sendiri

Psikolog Klinis Dewasa Rena Masri menerangkan, sebenarnya ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menimbulkan rasa sayang pada diri sendiri. "Pertama, eksplorasi keunikan diri sendiri. Saya ini bisa apa saja, apa yang jadi kekuatan diri saya," katanya.

Kemudian, buat daftar apa saja skill yang perlu ditingkatkan secara fokus. Ketiga, membangun support system yang bisa membantu meningkatkan rasa sayang pada diri sendiri. "Di sini, kita harus tegas pada kondisi atau orang lain yang tidak bisa mendukung upaya itu (sayang pada diri sendiri)," sambungnya.

Selanjutnya, jangan membandingkan dengan orang lain. Era digital society membuat banyak orang sulit meninggalkan poin ini. Rena menyarankan, bila terganggu pada unggahan orang lain, sebaiknya setop dulu akses media sosial supaya tidak terkontaminasi.

Juga, sadar bahwa memang dalam hidup, manusia pasti melakukan salah. Karenanya, memaafkan diri sendiri jadi penting dalam proses self-love. "Olahraga dan spiritualitas juga penting untuk membangun kenyamanan pada diri sendiri, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri," tuturnya.

Menurut Rena, menyayangi diri sendiri adalah perjalanan penting, lantaran bisa memengaruhi cara sayang pada orang lain. "Karena saat sudah tidak terkait isu sayang pada diri sendiri, kita pun bisa mencintai orang lain secara penuh," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.