Sukses

Cerita Akhir Pekan: Omah Kecebong dan Pelestarian Kebaya Lewat Wisata di Yogyakarta

Sensasi berwisata budaya mengenakan kebaya dengan sentuhan kearifan lokal di Omah Kecebong, Yogyakarta.

Liputan6.com, Yogyakarta - Pemandangan berupa deretan ruko. hotel, maupun mal yang berjejal di pusat kota Yogyakarta perlahan berganti. Perjalanan ke Desa Sendari, Cebongan, Sleman, dipenuhi rindang pohon, jalanan tak terlalu besar, tapi masih mulus, serta panorama rumah-rumah penduduk bernuansa desa.

Berbelok ke arah kiri, keluar dari jalan tak terlalu lebar, terdapat bangunan dengan dominasi pemakaian bambu berdiri di tengah hamparan sawah dan kebun. Di depannya, lengkap dengan maskot berupa patung, tertulis Omah Kecebong.

Semilir angin, serta lantunan lagu kentara bernuansa Jawa, menemani Liputan6.com ketika menikmati welcome drink berupa minuman tradisional. Puas melihat bagian depan, arahan selanjutnya adalah untuk berganti busana memakai kebaya.

Dalam berganti pakaian, bakal ada pekerja yang merupakan warga sekitar, sigap membantu meilitkan kain hingga jadi bawahan, merapikan pemakaian kebaya, tepatnya kebaya kutubaru, dan menata penggunaan selendang sebagai aksesori.

"Dari hanya 10 (setel kebaya-kain), kebaya di Omah Kecebong sekarang sudah ada 200 (pasang kebaya-kain)," kata Pemilik Omah Kecebong Hasan Prayogo di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Penggunaan kebaya untuk perempuan dan beskap bagi lelaki sengaja diusungkan, lantaran saat mendirikan Omah Kecebong di tahun 2015, fokus Hasan adalah melestarikan budaya Jawa, termasuk soal busana. "Berbusana Jawa berarti kan bisa berbudaya sembari wisata," ucapnya.

Lantaran penunjung Omah Kecebong beragam, mulai dar pelancong dalam maupun luar negeri, pengenalan kebaya jadi berada dalam skala lebih luas. Tak hanya orang Jawa saja, bahkan bukan semata penduduk Indonesia.

Setelah selesai, sesi foto di beberapa lokasi jadi kegiatan selanjutnya. Terdapat ragam properti pendukung untuk menambah kesan pedesaan dalam frame, mulai dari dipan, bakul, cangkir teh terbuat dari tanah liat, sampai mesin jahit jadul.

 

 

Saksikan Videp Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Guest House

Puas berfoto-foto di beberapa spot, termasuk di depan rumah joglo, Liputan6.com diajak berkeliling guest house yang masih berada dalam kompleks kawasan wisata Omah Kecebong. Konsisten, nuansana santai nan asri pedesaan masih mendominasi di seksi ini.

Saat berkeliling, para fotografer dan videografer yang jasanya masuk dalam paket wisata tetap dengan setia menemani, serta mengabadikan berbagai momen. "Guest house total ada empat jenis," jelas Hasan.

Mereka adalah Omah Antik, Omah Lawas, Omah Gladak, dan Omah Bambu. Setiap jenis omah punya fasilitas sama. Yang membedakan hanya di ukuran kamar yang bisa disesuakan dengan jumlah penginap.

 

Fasilitas penunjang penginapan sendiri beragam, mulai dari single bed, double twin bed, dan double bed, lalu ada pula kamar mandi pribadi, AC, TV layar datar, dan jaringan WiFi, dengan harga sewa mulai dari Rp650 ribu per malam.

Setelah berkeliling area guest house, agenda selanjutnya, di mana merupakan salah satu ciri khas Omah Kecebong, yakni naik gerobak sapi. "Saya sengaja adakan gerobak sapi supaya bisa menggali potensi lokal. Itu bukan punya saya pribadi, melainkan kerja sama dengan paguyuban," kata Hasan.

Pasal, gerobak sapi selama ini hanya muncul dalam perayaan tertentu saja dengan frekuensi jarang. Belum ada keseriusan pemerintah dalam pelestariannya membuat Hasan tergerak menjadikan gerobak sapi sebagai salah satu daya tarik Omah Kecebong, di samping sebagai upaya pengenalan budaya warisan leluhur tersebut.

Aktivitas naik gerobak sapi biasanya berlangsung selama 45 menit berkeliling jalan di sekitar Omah Kecebong. Puas berjalan-jalan dan melihat pemandangan sekitar, waktunya mengisi perut. Liwetan dengan berbagai lauk khas kampung sudah menunggu di atas meja.

 

"Kami punya yang khas di sini namanya tumis lompong. Ada juga keripik lompong. Lompong itu sendiri merupakan batang talas," Hasan menjelaskan. Ditambah beragam sajan sambal, termasuk sambal terasi, santapan masakan ala rumahan ini jadi sangat sedap.

Bersama nasi, terdapat pilihan lauk berupa ikan asin, urap, sayur asam, tempe orek, bebek goreng, ayam kremes, karedok, serta tak ketiggalan tumis lompong yang jadi primadona. Ditambah, berbagai buah sebagai pencuci mulut.

3 dari 3 halaman

Pilihan Paket Wisata

Serangkaian kegiatan tersebut merupakan salah satu paket wisata yang ditawarkan di Omah Kecebong. Dalam kunjungan, Anda sebenarnya bisa memilih beberapa tawaran berisi kegiatan berbeda.

Mulai dari berbusana Jawa-berkuliner ndeso, bergerobak sapi-berkuliner ndeso, berbusana Jawa-bergerobak sapi-berkarya-berkuliner ndeso, berbusana Jawa, hingga berbusana Jawa-bergerobak sapi.

Juga, ada beberapa aktivitas seru lain, seperti edu games berupa permainan tradisional, edukasi, belajar holtikultura, fun games, tanam padi, jelajah alam pedesaan dengan gerobak sapi, juga belajar membuat wayang dan membatik.

Pasal, awalnya Omah Kecebong hanya jadi tempat Hasan menjual tanaman-tanaman langka yang dimiliki. Melihat potensi wisata wilayah sekitar, ekspansi berbagai aktivitas di sini mulai berlangsung pada 2015. "Sampai sekarang lahan kami sudah 2,5 hektare untuk ragam kegiatan di Omah Kecebong," tuturnya.

Harga yang ditawarkan akan berbagai macam paket wisata tersebut beragam, mulai dari Rp150 ribu. Total, Omah Kecebong sekarang sudah bisa menampung kunjungan 500 orang dalam satu grup.

Di sampng pelestarian budaya Jawa, termasuk dalam mengenakan kebaya, memberdayakan warga sekitar jadi salah satu agenda Omah Kecebong yang masih akan terus berlangsung. Jadi, tertarik berkunjung?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.