Sukses

Melepas Penat Sejenak di Kafe Tengah Hutan Kota Jakarta nan Instagramable

Tak hanya jadi tempat wisata ramah di kantong milenial Jakarta, Arborea Cafe juga menyimpan spot-spot cantik untuk latar foto layak pajang di Instagram.

Liputan6.com, Jakarta - Mencari pelarian dari kepenatan Jakarta tak perlu jauh-jauh ke luar kota. Sebuah kafe di pojok hutan kota belakangan menjadi tempat wisata peneduh jiwa kalangan milenial ibu kota.

Nama tempat yang sedang naik daun itu adalah Arborea Cafe. Usianya baru genap setahun, dibuka jelang penyelenggaraan Asian Games 2018 yang menempatkan Indonesia di peringkat 4 dari 45 negara peserta.

Kafe berlokasi di area Arboretum Ir. Lukito Daryadi, M.Sc, yang ada di kompleks Gedung Manggala Wanabakti, Senayan. Tempatnya agak terpencil, tapi tak terlalu sulit ditemukan. Kalau pun bingung, cukup tanya pegawai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Mereka dengan senang hati menunjukkan.

Patung disepuh warna tembaga dengan bentuk mengingatkan pada lambang gedung parlemen, menyambut para tamu di gerbang masuk. Jalur berlapis paving blok disediakan agar para pengunjung tak menginjak tanah saat menuju kafe maupun ketika mengelilingi tempat yang pernah bernama Taman Hutan Persahabatan itu.

Pohon-pohon tinggi menyambut siapa pun yang datang di kiri dan kanan. Saat Liputan6.com datang ke sana, daun-daun kering banyak berguguran karena sedang musim kemarau.

Sekitar 20 meter dari jalan masuk, berdirilah bangunan kayu tiga lantai dengan desain minimalis nan Instagramable yang viral di kalangan anak muda. Bangunan itulah tempat Arborea Cafe berada.

Nama Arborea diambil dari nama latin jati putih, Gmelina arborea. Nama tersebut dipilih agar bunyinya selaras dengan nama hutan kota tempatnya berada, Arboretum.

"Konsepnya memang menyatu dengan alam. Semua yang di sana yang ramah lingkungan, termasuk tak ada gelas plastik atau sedotan plastik," kata Samidi, Ketua Koperasi Karyawan Kehutanan KLHK sebagai pengelola Arborea Cafe kepada Liputan6.com, Kamis, 22 Agustus 2019.

Bangunan kotak-kotak dengan ruang terbuka berundak-undak memungkinkan banyak tempat untuk duduk santai menikmati alam sekitar. Angin sepoi-sepoi yang berhembus dalam kondisi terik sekalipun, membuat yang hadir lebih rileks dan damai walau suara bising kendaraan tetap terdengar. Kalau pun ada nyamuk datang mengigit, Samidi menyebut wajar karena begitulah situasi hutan sebenarnya.

"Tempat bangunan berdiri itu awalnya semacam jalan pertigaan. Itu di atas konblok, bukan di atas rumput atau tanah. Kita sama sekali tak mengganggu atau mengubah posisi tanaman," tutur Samidi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Spot-Spot Cantik

Pada lantai 1 terdapat pantry dan kasir untuk melayani pesanan pengunjung. Sejumlah meja dan kursi tersedia, tetapi jumlahnya tak banyak. Ada pula wifi dan stop kontak bagi yang takut kehabisan baterai saat berselancar di dunia maya.

Sementara, lantai 2 terdapat ruang utama yang bisa berfungsi jadi ruang VIP yang berdesain industrial minimalis. Berlanjut ke lantai 3, sebuah rooftop sekaligus ruang pandang tersedia untuk melihat sekeliling Arboretum dari atas.

Di setiap lantai itu selalu ada spot cantik untuk berswafoto. Mulai dari latar tulisan Arborea Cafe, undakan kayu di lantai satu, tangga melingkar menuju lantai atas, hingga jembatan kecil di lantai tiga, jarang sepi dari mereka yang berpose untuk kemudian diunggah ke media sosial Instagram.

Kaum milenial yang jadi sasaran utama kafe jelas suka. Bahkan, antrean ataupun daftar tunggu panjang sering terjadi karena banyak didatangi.

"Di Jakarta itu jarang banget tempat yang ada pohonnya, jadi beda aja di sini. Spot buat fotonya banyak, buat eksis di Instagram," kata Vidya, mahasiswa Semester V Universitas Indonesia, yang mengaku baru pertama kali datang.

Seperti kafe lainnya, tempat ini juga menjual kopi sebagai menu utama. Kopi yang tersedia adalah produk lokal. Ada pula makanan pendamping, termasuk makanan berat seperti nasi goreng. 

"Terutama kopi Gayo, soalnya kita menggandeng manajemen kafe yang punya kopi Gayo," ujar Samidi.

Harganya relatif sesuai dengan isi kantong milenial. Secangkir kopi berkisar Rp20 ribuan -- Rp30 ribuan, standar kafe. Selain itu, setiap Jumat ditampilkan live music dari band indie mulai sore sampai malam.

Kafe ini dibuka mulai pukul 08.00 pagi hingga 20.00 WIB setiap weekday. Sementara, akhir pekan dibuka lebih siang, mulai pukul 11.30 WIB.

3 dari 3 halaman

Misi Utama Arborea Cafe

Kini, pengunjung Arborea Cafe rata-rata ribuan per bulan. Tapi bukan kuantitas pengunjung yang dikejar dari keberadaan kafe yang menyumbang Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) itu. Ada batas daya tampung agar tempat itu tak terlalu sesak. Ia menyebut 150 orang datang secara bersamaan sudah maksimal. Lebih dari itu, risikonya terlalu besar.

"Susah nanti ngawasinya. Kita juga menjaga agar tanaman di sana tidak ada yang rusak, belum lagi soal sampah. Walaupun terbuka buat publik, yang masuk enggak bisa sembarangan," jelas Samidi.

Lagi pula, sambung dia, Arborea Cafe dibuka dengan misi utama untuk mengedukasi milenial tentang hutan dan tanaman yang ada di dalamnya. Sebelum kafe dibangun, arboretum hanya menjadi persinggahan tambahan para pelajar yang berkunjung ke Museum Kehutanan.

"Kita ada paket, kunjungan ke museum terus ke arboretum," ucapnya.

 

Terdapat 200 pohon besar yang tingginya mencapai 20 meteran menjadi koleksi kebun botani itu. Yang paling banyak dan tinggi-tinggi berasal dari kelompok Leguminoceae. 

Sementara, koleksi tertua adalah yang ditanam pada 1978, saat Kongres Kehutanan Sedunia ke-8 yang dihadiri 96 delegasi negara-negara dan 15 delegasi organisasi internasional digelar di Jakarta. Ada pula pohon jati yang ditanam Presiden Jokowi pada 2017 lalu yang tingginya kini sekitar 5 meter. 

Setelah kafe dibuka, arboretum pun dibenahi. Jenis pohon dan tanaman lainnya diperbanyak agar tercipta kondisi hutan mendekati sebenarnya. Teknologi pun disisipkan agar fungsi utama sebagai tempat edukasi bisa tercapai, yakni dengan memasang papan berisi QR code. Cukup di-scan, bisa ketahuan identitas pohon yang ingin diketahui, dari nama latin, nama dagang, hingga asal-usulnya.

"Jelas enggak semua yang datang kepingin tahu soal itu. Tapi setidaknya dari segi kuantitas, yang datang jumlahnya kan sudah ribuan. Pelan-pelan kita edukasi," kata Samidi optimistis.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.