Sukses

Duet Ganjar Erick Punya Daya Ungkit Elektoral yang Signifikan untuk Parpol Pengusung

Pasangan Ganjar Erick sebagai capres cawapres di Pilpres 2024 memiliki daya ungkit yang besar bagi parpol yang akan mengusungnya.

Liputan6.com, Jakarta Adi Prayitno, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia mengatakan, sejak PAN bergabung dengan koalisi pendukung pemerintah, mayoritas pemilihnya menginginkan capres yang akan diusungnya ada di lingkaran Presiden Joko Widodo. Ganjar Prabowo merupakan salah satu nama capres yang diinginkan dan dikehendaki oleh pemilih PAN untuk maju di pilpres 2024 mendatang.

Selain menginginkan Ganjar untuk maju di pilpres 2024, menurut Adi saat ini pemilih PAN juga menghendaki agar Erick Thohir dapat disandingkan dengan tokoh politik yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Terlebih lagi sosok Erick merupakan salah satu tokoh nasional yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Ketua Umum PAN.

“Bahkan dalam sambutannya Zulkifli Hasan menyebut  Erick itu adalah saudaraku. Pernyataan tersebut dianggap sebagian besar pemilih PAN sudah menjadi bagian dari PAN. Saya yakin nama Ganjar dan Erick nantinya akan dibawa dalam meja perundingan di KIB. Sebab hingga saat ini KIB belum memiliki nama capres yang akan diusung di pilpres 2024,” ucap Adi.

Sejatinya nama Ganjar dan Erick sudah mulai muncul sejak Rakernas PAN tahun 2022 yang lalu. Pasangan Ganjar dan Erick diakui Ketua DPP PAN Bima Arya Sugiarto semakin populer dan mengerucut di internal PAN. Selain itu trend survei politik yang saat ini ada masih menempatkan Ganjar sebagai capres yang sangat populer. Selain itu di survei politik yang saat ini ada, nama Erick Thohir menjadi salah satu cawapres yang sangat populer.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Langkah Cerdas

Adi memandang bahwa saat ini Erick tengah gencar melakukan safari politik ke berbagai tokoh dan lokasi. Kondisi saat ini Adi melihat Erick sangat nyaman dengan PAN. Selain melihat kesamaan visi misi, kecocokan kepedulian terhadap UMKM dan bagaimana melakukan recovery ekonomi pasca pandemi Covid-19, menurut Adi publik juga melihat potensi logistik yang dimiliki Erick di pilpres 2024.

“Variabel logistik menjadi pertimbangan banyak partai. Tak terkecuali PAN. Namun ini tak muncul dipermukaan. Diberbagai hasil Lembaga survei politik terkemuka, nama Erick kerap muncul dan dipasangkan dengan Ganjar. Bukan dengan yang lainnya. Selama PAN mengusung capres cawapres dari lingkaran Jokowi, tentu tak akan ada masalah. Tinggal sekarang bagaimana PAN mengkomunikasikan capres cawapres tersebut ke KIB. Dalam memutuskan capres cawapres dari KIB, pasti dikonsultasikan dengan Presiden Jokowi. Komunikasi antar KIB maupun dengan Presiden Jokowi adalah hal yang lumrah,” kata Adi.

Menurut Adi, PAN yang memunculkan Ganjar Erick sebagai capres dan cawapres merupakan langkah yang cerdas.  Sebab PAN bisa mengetahui secara pasti suasana hati Jokowi yang ingin mengajukan Ganjar sebagai penerusnya. Baik itu dari PDI Perjuangan atau dari parpol lainnya. Sedangkan Erick memiliki variable penting jika disandingkan dengan Ganjar, relative tak mendapatkan resistensi. Sehingga layak untuk disandingkan dengan Ganjar di pilpres 2024.

“Dengan mengangkat Erick sebagai cawapres, PAN memiliki interes jika di tahun 2024 memiliki cawapres yang dapat diklaim sebagai bagian dari kepentingan dan kader PAN. Menurut saya PAN pandai dalam membaca suasana hati Jokowi dan situasi politik,” kata Adi.

 

3 dari 3 halaman

Efek Ekor Jas

Dengan mengusung Ganjar Erick, parpol pengusung mengharapkan pasangan ini mampu menang di pilpres 2024. Selain berpotensi menang kata Adi, parpol juga berpotensi untuk mendapatkan efek ekor jas (coattail effect). Menurut Adi, duet Ganjar Erick memiliki daya ungkit yang besar bagi parpol yang akan mengusungnya. Termasuk PDI Perjuangan dan PAN jika mereka jadi mengusung Ganjar Erick.

Kekuatan PDI Perjuangan, menurut Adi relative stabil. Di 2004 perolehan suara PDI Perjuangan mencapai 18%. Di 2009 suara PDI Perjuangan sempat turun ke 14%. Padahal saat ini menurut Adi PDI Perjuangan mengusung Megawati Soekarno Putri sebagai capres. Di 2014 ketika mengusung Jokowi, suara PDI Perjuangan naik 18%. Jika PDI Perjuangan dapat memilih capres yang memiliki daya ungkit  elektoral yang juga kadernya, Adi memperkirakan suara pileg PDI Perjuangan di 2024 akan meningkat.

“Dampak  elektoral tersebut yang saat ini dicari oleh parpol untuk memenangkan Pemilu. Saat PDI Perjuangan mengusung Jokowi berhasil mengangkat perolehan suara 4% lebih. Jika PDI Perjuangan nantinya memilih capres yang tak memiliki daya ungkit  elektoral, maka suaranya akan turun. Sangat mungkin suaranya hilang antara 3% hingga 5%. Ini berkaca pada penurunan suara PDI Perjuangan di 2009,” pungkas Adi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.