Liputan6.com, Jakarta - Di tengah era digital yang penuh distraksi, sosok Parama Hansa Abhipraya muncul sebagai inspirasi. Bayangkan di usianya yang baru menginjak tujuh tahun, beragam prestasi baik tingkat nasional maupun internasional sukses disabet bocah asal Indonesia yang satu ini.
Bahkan sejak usia lima tahun, ia sukses mengkhatamkan Al-Qur’an, sebuah pencapaian luar biasa untuk anak seusianya di samping deretan piala dan medali yang telah diraih. Meski masih duduk di bangku sekolah dasar, Parama telah menjelma menjadi simbol bocah ajaib multitalenta.
Terbaru, dalam ajang Thailand International Mathematics Olympiad (TIMO), ia sukses meraih World Star Champion dengan nilai sempurna, menjadikannya salah satu talenta matematika paling menonjol di tingkat dunia. Prestasi itu, melengkapi deretan gelar bergengsi lainnya yang telah ia kantongi dari berbagai negara.
Advertisement
Di ajang Philippine International Math and Science Olympiad (PIMSO), Parama sukses meraih medali emas. Pencapaian serupa juga ia torehkan di American Mathematics Olympiad (AMO), sementara dari Japan International Science Mathematics Olympiad (JISMO), ia pulang membawa Ruby Award.
Tak hanya itu, dalam ajang Singapore Math Challenge (SMC), ia sukses meraih predikat Outstanding Award, menunjukkan konsistensinya sebagai peserta unggulan di berbagai kompetisi global.
Menariknya, kemampuan Parama tak hanya terbatas pada dunia akademik. Di bidang olahraga, ia pernah meraih juara pertama lomba renang gaya bebas tingkat nasional pada ajang Area Fun Swimming.
Ia juga menunjukkan kemampuan luar biasa dalam catur dengan meraih gelar Best KU-7 di Kejuaraan Catur DK Jakarta, serta posisi keempat dalam Kuala Lumpur Chess Championship.
Sementara di dunia seni, Parama tampil sebagai juara dalam lomba piano kategori Rising Star, memperkuat citranya sebagai anak berbakat serba bisa.
Di balik sederet prestasi tersebut, kehidupan spiritual Parama tak luput dari sorotan. Ia telah mengkhatamkan Al-Qur’an sejak usia lima tahun. Hal ini menjadi bukti bahwa keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan nilai religius dapat ditanamkan sejak dini.
Pencapaian ini pun menjadi kebanggaan tersendiri bagi keluarganya yang senantiasa mendukung perkembangan akademik dan karakter Parama secara menyeluruh.
Kisah Parama Hansa menjadi semacam refleksi bahwa potensi besar anak-anak Indonesia bisa berkembang optimal bila didukung dengan lingkungan yang tepat.
Orang tuanya berharap, prestasi yang diraih Parama dapat menjadi motivasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus belajar, berprestasi, dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan spiritual.