Liputan6.com, Jakarta Apakah mujaddid tanda kiamat? Mujaddid merupakan konsep dalam ajaran Islam yang merujuk pada sosok atau kelompok yang diutus oleh Allah SWT untuk memperbarui dan menghidupkan kembali ajaran agama yang mungkin telah disalahpahami atau mengalami kerusakan seiring perjalanan waktu.
Baca Juga
Advertisement
Keberadaan mujaddid ini ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, di mana Rasulullah SAW bersabda,
إنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهذهِ الأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا
Artinya: Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat Islam, setiap seratus tahun, seorang yang memperbarui untuk mereka (interpretasi) ajaran agama mereka. (HR Abu Daud)
Hadits ini menjadi landasan kuat mengenai kemunculan mujaddid pada tiap awal kurun waktu atau abad tertentu dalam kalender Hijriah. Mujaddid, secara etimologis, berasal dari kata "tajdid" yang berarti pembaruan, sehingga mujaddid adalah seseorang atau sekelompok orang yang memperbarui ajaran agama Islam.
Namun, penting untuk dicatat bahwa mujaddid tidak membawa ajaran baru, melainkan mengembalikan umat kepada ajaran asli yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits, serta memperbaiki kerusakan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan agama. Berikut ulasan lebih lanjut tentang apakah mujaddid tanda kiamat yang Liputan6.com rangkun dari berbagai sumber, Kamis (19/9/2024).
Siapa Sebenarnya Mujaddid?
Sejumlah ulama seperti Imam Ibnu Hajar al Asqalani, Adz Dzahabi, Ibnu Katsir, hingga Quraish Shihab bersepakat bahwa mujaddid bisa datang dari kalangan ulama, pemimpin pemerintahan, atau cendekiawan Muslim. Mereka berperan sebagai penggerak perubahan dan pemurnian agama sesuai zamannya. Bahkan, dalam penafsiran hadits tersebut, kata "مَنْ" (orang-orang) bersifat umum, mencakup individu atau kelompok, yang dapat hidup terpencar-pencar di berbagai tempat, namun tetap berperan sebagai pembaru agama.
Fenomena kemunculan mujaddid ini sangat relevan dengan kondisi umat Islam di berbagai zaman, di mana perjalanan sejarah sering kali melahirkan pergeseran dalam pemahaman ajaran agama. Dalam buku 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui, Quraish Shihab menekankan bahwa banyak ajaran agama yang sebenarnya merupakan hasil interpretasi ulama terdahulu yang dipengaruhi oleh perkembangan sosial dan budaya lokal pada zamannya. Oleh karena itu, tugas mujaddid sangat penting untuk menjaga kemurnian agama tanpa mengabaikan realitas sosial yang berubah.
Tugas dan Peran Mujaddid
Mujaddid memiliki tugas utama untuk memperbaiki dan membersihkan Islam dari berbagai penyimpangan, menghidupkan kembali sunnah yang mulai ditinggalkan, serta melawan praktik-praktik bid'ah dan paham-paham sesat. Kehadiran mujaddid dianggap sangat penting ketika umat Islam mulai terjerumus dalam kemaksiatan, penyimpangan, dan kemunduran spiritual.
Mujaddid berupaya membangkitkan kembali kejayaan umat Islam dengan memurnikan ajaran agama agar kembali sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Mujaddid adalah bagian dari keistimewaan umat Nabi Muhammad SAW, karena di setiap abad akan ada ulama yang diutus oleh Allah untuk menegakkan agama yang benar dan memberantas berbagai penyimpangan. Ini merupakan bukti penjagaan Allah terhadap agama Islam.
Advertisement
Apakah Kemunculan Mujaddid Merupakan Tanda Kiamat?
Meskipun kemunculan mujaddid di setiap abad memiliki kaitan erat dengan kondisi umat yang mengalami penyimpangan atau kerusakan, hal ini tidak secara langsung dihubungkan sebagai tanda kiamat. Dalam riwayat-riwayat tentang tanda-tanda kiamat, baik kecil maupun besar, tidak ada yang secara spesifik menyebutkan bahwa kemunculan mujaddid merupakan tanda kiamat.
Namun, beberapa ulama berpendapat bahwa mujaddid adalah bagian dari penjagaan Allah terhadap agama Islam hingga akhir zaman. Dengan demikian, kemunculan mujaddid bisa dipahami sebagai rahmat dan bentuk perhatian Allah terhadap umat Islam, agar agama tetap terjaga meski umat mengalami kemunduran atau penyimpangan. Jadi, mujaddid lebih terkait dengan dinamika pembaruan agama daripada tanda kiamat itu sendiri.
Daftar Nama-nama Mujaddid
Imam Suyuthi menulis sebuah kitab khusus yang mengidentifikasi para mujaddid di setiap abad, berjudul التنبئة بمن يبعث الله على رأس كل مئة ("Pemberitahuan tentang Orang yang Diutus oleh Allah di Setiap Penghujung Seratus Tahun"). Berikut adalah nama-nama mujaddid yang dikenal dalam sejarah Islam, sesuai dengan pembagian abad Hijriyah:
Abad ke-1 Hijriyah, Khalifah Umar bin Abdul Aziz (wafat 101 H)
Sosok yang hampir disepakati sebagai mujaddid pada abad pertama karena peran besarnya dalam mereformasi sistem pemerintahan dan memperbaiki banyak hal dalam praktik keagamaan.
Abad ke-2 Hijriyah, Imam Muhammad bin Idris As-Syafi'i (wafat 204 H)
Pendiri mazhab Syafi'i yang diakui hampir seluruh ulama sebagai mujaddid di abad ini. Beliau terkenal karena kemampuannya dalam memperbarui ilmu fikih dan metode interpretasi hukum Islam.
Abad ke-3 Hijriyah Imam Ibnu Suraij (wafat 306 H) dan Abul Hasan Al-Asy'ari (wafat 324 H)
Ada perbedaan pandangan di antara ulama mengenai siapa mujaddid di abad ini. Imam Nawawi dan Imam Tajuddin As-Subki memilih Imam Ibnu Suraij, sementara Imam Ibnu Asakir lebih mengunggulkan Abul Hasan Al-Asy'ari, pendiri mazhab teologi Asy'ariyah.
Abad ke-4 Hijriyah, Abu Hamid Al-Isfirayini (wafat 406 H) dan Abu Bakar Al-Baqillany (wafat 403 H)
Di antara beberapa tokoh pada abad ini, Imam Ibnu Asakir lebih memilih Al-Baqillany sebagai mujaddid.
Abad ke-5 Hijriyah, Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazali (wafat 505 H)
Al-Ghazali dikenal sebagai pembaru besar dalam ilmu tasawuf, teologi, dan hukum Islam. Ia dianggap mujaddid oleh hampir seluruh ulama pada zamannya.
Abad ke-6 Hijriyah, Imam Fakhruddin Ar-Razi (wafat 606 H) dan Imam Rofi'iy (wafat 623 H)
Keduanya adalah tokoh penting dalam teologi dan tafsir, dengan Ar-Razi lebih dikenal karena perannya dalam filsafat dan ilmu kalam.
Abad ke-7 Hijriyah, Imam Ibnu Daqiq Al-I'ed (wafat 702 H)
Mujaddid ini diakui karena kontribusinya dalam bidang hukum Islam dan ushul fikih.
Abad ke-8 Hijriyah, Imam Sirojuddin Al-Bulqiniy (wafat 805 H) danImam Iroqiy (wafat 806 H)
Keduanya adalah tokoh besar dalam bidang hadits dan hukum Islam, berperan dalam memurnikan ilmu agama dari penyimpangan.
Abad ke-9 Hijriyah, Imam Jalaluddin As-Suyuthi (wafat 911 H)
Imam Suyuthi sendiri menganggap dirinya sebagai mujaddid pada abad ini karena perannya dalam memperbarui berbagai ilmu keislaman, terutama dalam tafsir dan hadits.
Abad ke-10 Hijriyah, Imam Syamsuddin Ar-Romli (wafat 1004 H)
Tokoh penting dalam fikih mazhab Syafi'i, Ar-Romli diakui sebagai mujaddid di abad ini.
Abad ke-11 Hijriyah, Ibrahim bin Hasan Al-Kurdi (wafat 1101 H)
Seorang ulama besar dari Kurdistan yang dikenal karena perannya dalam memperbarui ilmu agama.
Abad ke-12 Hijriyah, Sayyid Murtadho Az-Zabidi (wafat 1205 H)
Seorang ulama besar di bidang hadits dan bahasa Arab, Az-Zabidi diakui sebagai mujaddid pada abad ini.
Setelahnya, para mujaddid terus muncul di setiap abad, dan Imam Suyuthi menyebutkan bahwa mujaddid terakhir adalah Nabi Isa 'alaihissalam, yang akan datang di akhir zaman sebagai pembaru terakhir sebelum Kiamat.
Advertisement