Sukses

Ubudiyah Adalah Taat kepada Allah SWT, Ketahui Contoh-Contohnya

Ubudiyah adalah bentuk ketaatan yang dilakukan oleh manusia kepada Allah SWT.

Liputan6.com, Jakarta - Ubudiyah adalah bentuk ketaatan yang dilakukan oleh manusia kepada Allah SWT. Dalam Islam, ubudiyah merupakan konsep yang mencakup pengabdian dan ketaatan penuh terhadap perintah dan larangan-Nya. Ini melibatkan sikap tunduk dan patuh tanpa ragu atau penolakan terhadap kehendak Allah SWT.

Ubudiyah merupakan sifat manusia sebagai hamba Allah yang dijelaskan oleh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam Kitab al-Hikam. Ini mencakup ketaatan penuh terhadap perintah dan larangan Allah, dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan tanpa penolakan atau keberatan.

Fiqih ubudiyah mengarahkan manusia untuk hidup dalam kesadaran bahwa mereka adalah hamba Allah dan memiliki tanggung jawab untuk menjalankan perintah-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ubudiyah, seseorang mengakui bahwa Allah SWT memiliki otoritas dan kebijaksanaan yang mutlak.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang ubudiyah artinya bentuk ketaatan kepada Allah SWT, Kamis (25/5/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Taat kepada Allah SWT

Menurut Fatullah Gullen dalam bukunya berjudul Kunci Rahasia Sufi (2001), istilah ubudiyah adalah berasal dari kata "abada" yang artinya mengabdikan diri. Dalam konteks syara', ubudiyah adalah menjalankan perintah Allah SWT sehari-hari dan memenuhi tanggung jawab sebagai hamba-Nya.

Ubudiyah pada hakikatnya melibatkan pengabdian penuh kepada Allah dalam segala aspek kehidupan. Menurut Syamsuddin Ar-Razi dalam bukunya berjudul Menyelami Spiritualitas Islam: Jalan Menemukan Jati Diri, hakikat ubudiyah adalah berupa pemenuhan janji, menjaga batasan-batasan, menerima dengan rela apa yang ada, serta memiliki kesabaran saat menghadapi kehilangan.

Dalam konsep ubudiyah, manusia diharapkan bisa menjadi hamba yang taat dan patuh kepada Allah. Ibnu Athaillah as-Sakandari menegaskan bahwa ubudiyah adalah membutuhkan sikap tunduk dan patuh tanpa meragukan perintah Allah serta meninggalkan apa yang dilarang-Nya.

Syamsuddin Ar-Razi juga menyoroti pentingnya ubudiyah dalam memenuhi janji dan menjaga batasan dalam kehidupan agar bisa menyempurnakan ketaatan kepada Allah SWT. Selain itu, ubudiyah juga melibatkan sikap rela dan sabar dalam menerima segala situasi.

Dalam jurnal penelitian berjudul Penerapan Ubudiyah dalam Meningkatkan Akhlak Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Azhar Tahun Pelajaran 2018/2019 (2019) oleh Muh. Zainudin, menjelaskan bahwa ubudiyah adalah tugas yang harus dilakukan muslim dan cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya dengan tujuan memperkuat iman dan ketakwaannya.

Melalui ubudiyah, seseorang berharap agar Tuhannya atau Allah SWT senantiasa selalu menjaga dan melindunginya. Jika dengan demikian, setiap tindakan yang dilakukan akan diarahkan atau selalu mengarah kepada kebaikan.

3 dari 3 halaman

Bentuk dan Contohnya

Menurut Muhammad Daud dalam bukunya berjudul Pendidikan Agama Islam (2006), sesuai perspektif bentuk dan sifatnya, ubudiyah dikelompokkan ke dalam lima kategori yang berbeda, diantaranya:

  1. Pertama, ada ibadah yang dilakukan melalui perkataan atau lisan, seperti berdzikir, berdoa, memuji Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah, dan membaca Al Qur'an. Dalam kitab Al Hakim, disebutkan hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian enggan untuk berdoa. Sesungguhnya seseorang tidak akan binasa bersama doa (Saat ia berdoa)."
  2. Kedua, ada ibadah yang dilakukan dalam bentuk perbuatan yang tidak memiliki bentuk yang ditentukan, seperti membantu atau menolong orang lain, serta mengurus jenazah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat.”
  3. Ketiga, ibadah yang memiliki bentuk dan wujud yang telah ditentukan, seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Ibadah-ibadah ini memiliki cara pelaksanaan yang terdefinisi dengan jelas.
  4. Keempat, berupa ibadah yang melibatkan penahanan diri, seperti puasa, i'tikaf (berada di dalam masjid dengan niat melakukan ibadah), dan ihram (berada dalam keadaan suci untuk melakukan ibadah haji atau umrah).
  5. Kelima, ada ibadah yang memiliki sifat menggugurkan hak, seperti memaafkan orang lain yang telah melakukan kesalahan atau membebaskan orang-orang yang berhutang dari kewajiban membayar. "Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah memberinya maaf pada hari kesulitan.” (HR Ath-Thabrani)

Selain dilihat dari segi bentuk dan sifatnya, bentuk ubudiyah juga dapat dikelompokkan berdasarkan pelaksanaannya. Ada tiga bentuk ubudiyah berdasarkan pelaksanaannya menurut Muhammad Daud, diantaranya:

  1. Pertama, ibadah jasmaniah-rihaniah, yang merupakan perpaduan antara ibadah yang melibatkan aspek jasmani dan rohani. Contohnya adalah sholat dan puasa.
  2. Kedua, ibadah rohaniah-amaliyah, yang merupakan perpaduan antara ibadah yang melibatkan aspek rohani dan harta. Contohnya adalah zakat. “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang dengan itu akan membersihkan dan menyucikan mereka. Dan doakanlah mereka. Sesungguhnya, doa engkau (menjadi) ketenteraman jiwa untuk mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (QS. At-Taubah ayat 103)
  3. Ketiga, ada ibadah yang melibatkan aspek jasmani, rohani, dan amaliah sekaligus, contohnya adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji, seseorang harus menjalankan berbagai perbuatan yang melibatkan fisik, spiritual, dan juga aspek amal, seperti tawaf, sa'i, dan melempar jumrah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.