Sukses

Mengapa Pelukan Ibu Jadi Tempat Terbaik Bayi yang Menangis?

Wajar memang jika bayi sering menangis. Anda tidak perlu bingung mendiamkannya, cukup berikan pelukan hangat. Peneliti menyarankan, tempat terbaik bagi bayi yang menangis adalah pelukan ibunya.

Wajar memang jika bayi sering menangis. Anda tidak perlu bingung mendiamkannya, cukup berikan pelukan hangat. Peneliti menyarankan, tempat terbaik bagi bayi yang menangis adalah pelukan ibunya.

Menurut peneliti, bayi rewel akan tenang secara otomatis saat digendong dan didekap ibunya.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology, fakta itu merupakan pengaruh evolusi yang terlihat pada tikus dan manusia, mencerminkan terkoordinasinya bagian pusat, motorik, dan keteraturan jantung.

Peneliti menambahkan, hal itu juga bisa membantu menjelaskan kenapa bayi yang sedang tenang tiba-tiba menangis setelah diletakkan. Pemahaman tersebut membantu meringankan frustasi orang tua dan mencegah kekerasan terhadap anak.

Ketika berada dalam pelukan ibu, bayi memiliki kesempatan bertahan hidup lebih besar. Sementara itu, para ibu lebih memilih agar bayi tenang dan santai. Itu sama-sama bermanfaat bagi keduanya.

Dalam memelajari respons bayi manusia ketika dipeluk ibunya, para peneliti menemukan bahwa detak jantungnya melambat sejak diangkat. Mereka juga berhenti bergerak-gerak.

Para penulis penelitian mengatakan daerah-daerah tertentu dari sistem otak dan saraf sangat penting agar terkoordinasi ketika merespons pelukan tersebut.

Peneliti menambahkan bahwa temuan ini sangat relevan dengan orang tua yang berperan dalam pengembangan strategi untuk mencegah kekerasan terhadap anak.

Memahami tangisan dari sudut pandang bayi mungkin bisa mengurangi frustasi orang tua. Dan ketika frustasi orang tua berkurang, pelecehan anak akan berkurang.

"Sebuah pemahaman ilmiah terhadap respons bayi akan membantu orangtua dari salah paham terhadap bayi yang kembali menangis karena ingin mengontrol orang tua. Itu berdasar dari teori pengasuhan yang mengatakan tangisan sebagai strategi bayi," kata peneliti, yang dikutip dari Health, Jumat (19/4/2013).

"Padahal, kejadian itu harusnya ditafsirkan sebagai sesuatu yang alami dari sistem sensorimotor bayi," tutupnya. (Zul/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini