Liputan6.com, Jakarta Mengajak ngobrol anak remaja bisa jadi challenging bagi orangtua. Apalagi jika sang anak merupakan tipe introvert yang sulit mengutarakan kemauannya dan isi hatinya pada orangtuanya.
Septi Peni Wulandani, Pemerhati ibu dan anak, Founder school of life mengatakan, berkomunikasi dengan remaja memang seperti membuka dua sisi kutub. Satu sisi apakah anak yang harus mendengarkan orangtua atau orangtua yang perlu menyesuaikan kemauan anak.
Baca Juga
"Tentu lebih mudah kita memahami anak. Turunkan level (komunikasi) untuk mendengarkan anak. Karena kita perlu tahu, apa yang dia sukai dan tidak," katanya dalam konferensi pers SGM eksplor dengan tajuk Tunjuk Tangan untuk Generasi Maju Indonesia, ditulis Sabtu (24/12/2022).
Menurut Septi, sebagai orangtua kita perlu menerima respons remaja tersebut.
"Anak introvert adalah anak yang memahami dirinya. Dia bisa memahami dirinya dan tidak kepo dengan sekitar. Jadi bicaranya one on one tidak di depan keluarga besar," katanya.
Orangtua juga bisa mengajak anak untuk jalan-jalan berdua. "Tanyakan apa yang bikin kamu seneng. Jangan dipaksakan, kayak ibu itu sukanya kamu begini. Maka jadilah teman yang baik untuknya."
Septi pun menyarankan, komunikasi silang antara remaja perempuan dan ayah. Sedangkan remaja laki-laki dengan ibunya.
"Anak remaja putri dideketin bapaknya. Kalau anak lelaki itu dideketin ibunya. Kenapa? karena di masa itu dia butuh lawan jenis untuk bisa mengerti, dan mau mendengarkan," ujarnya.
Selain itu, Septi juga mengingatkan agar orangtua tidak buru-buru memberi respons atas curhatannya.
"Tanya dulu, kamu mau didengerin saja atau dikasi nasihat? Kalau dia bilang, aku cuma mau didengerina saja, ya sudah lakukan eye contact, fokus pada dirinya. Lalu gestur tubuhnya perhatikan, kita mendengarkan dia. Nggak perlu kasi nasihat," jelasnya.
Â
Sebuah penelitian terbaru menunjukkan 1 dari 20 remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia mengalami masalah kesehtan mental. Kondisi ini memicu semakin banyaknya upaya bunuh diri di kalangan remaja. Miris.
Trik Memotivasi Remaja
Motivator dan Pengusaha, Merry Riana dalam acara yang sama mengatakan, untuk memotivasi remaja tidak perlu sesi khusus selama 1 jam.Â
"I'm just sharing with them what I've done. Ini yang saya lakukan, saya sharing saja pengalaman saja biar anak yang melakukan proses berpikir, perasaan dan tindakan seperti apa," katanya.
Merry sendiri setuju bila ngobrol dengan remaja tak perlu selalu ditentukan temanya. "Ngobrolin yang nggak penting, yang penting ngobrol. Dia akan merasa aneh dan kelihatan nggak natural. Biasain untuk ngobrol," ungkapnya.
"Saya biasanya menceritakan pengalaman dulu, misalnya dulu saya pernah sedih, gagal. Jadi saya mancing dulu. Nanti anak bertanya, masa si. Itu membuka pikiran mereka dan jadi kesempatan saya untuk cerita. Mamanya juga manusia biasa. Jadi saya melibatkan mereka dalam aktivitas saya," jelasnya.
Â
Â
Â
Advertisement
Generasi Emas 2045
Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak terhadap akses pendidikan gizi, kesehatan dan ketahanan ekonomi bagi 80 juta anak Indonesian (UNESCO).
Menurut Septi, konsentrasi permasalahan besar adalah akses nutrisi dan pendidikan yang menjadi pilar kunci untuk generasi masa depan kita.
"Anak kurang nutrisi dan pendidikan yang bagus akan berpotensi menghadirkan generasi lemah secara fisik dan mental," katanya.
Â
Untuk itu, masalah ini tidak bisa dianggap sepele. "Karena kalau kekurangan akses nutrisi, dampaknya panjang. Apabila ia tidak memiliki akses, maka pendidikan tertinggal."Â
Â
Tahun 2045 nanti, kata Septi, merupakan momen bersejarah dimana Indonesia berusia satu abad atau 100 tahun.
"Masih lama kok harus dipikirkan sekarang? Karena anak usia 6 tahun, sudah hadir hari ini. Mereka nanti menjadi pemimpin. Mereka memegang keputusan untuk negara ini. Maka kalau tidak sekarang, kita menjadi yang kalah," katanya.
Oleh karena itu, perlu adanya dukungan kolektif dari masyarakat dan berbagai pihak termasuk sektor swasta untuk memberikan lebih banyak dukungan bagi anak-anak Indonesia agar dapat mendorong terciptanya cita-cita menuju Generasi Emas 2045 yang diusung pemerintah.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.