Sukses

Ramai Dibahas Warganet Soal Wejangan agar Tidak Buru-Buru Nikah, Kepala BKKBN Angkat Bicara

Menikah itu perlu buru-buru atau tidak? Berikut perspektif Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.

Liputan6.com, Jakarta - Cuitan di Twitter kerap kali menarik untuk dibahas. Baru-baru ini yang ramai dibahas tentang nasihat dari orang yang sudah menikah kepada mereka yang masih lajang. Kebanyakan menyarankan agar tidak buru-buru menikah.

"kenapa ya rata2 orang yang sudah menikah ngasih wejangan untuk tidak buru2 menikah," cuit pemilik akun @sinta***aknya pada 17 Desember 2022.

Tiga hari berselang usai cuitan itu ditulis, ada 4 ribuan akun meretweet serta 26 ribu memberi like. Cuitan tersebut juga mengundang banyak warganet saling lempar argumen alasan dibalik tidak buru-buru menikah. Ada juga yang menyatakan hal yang sama dengan yang dirasakan penulis cuitan pertama.

"Bener banget, orang terdekat dari mulai saudara temen deket temen kerja baru kenal dll selalu bilang "udah gk usah buru buru nikah, nikmati dulu masa gadis mu". Jadi penasaran emg kehidupan setelah nikah itu gimana sih, seserem itu kah," cuit pemilik akun @my***n.

"karna setelah menikah dunia pernikahan gak seindah kaya cerita2 di dongeng maupun sinetron2, happy ending for ever model macam begitu. banyak hal diluar ekspetasi deh, gmana rasanya kehidupan baru sama seseorang, gmna rsanya manage keuangan buat keluarga (jelas beda bgt sama pas single," cuit @df***asati.

Cuitan ini menarik perhatian Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.

Terkait cuitan tersebut, Hasto menyatakan tidak sepenuhnya sependapat. Menurut Hasto, pernikahan memang harus disiapkan. Namun Hasto tak sepenuhnya sepakat bahwa menikah itu tak perlu buru-buru terutama bagi yang sudah di atas 30 tahun.

Salah satu aspek yang disorot Hasto adalah mengenai usia ideal bagi perempuan untuk hamil dan melahirkan.

"Menurut saya, kalau perempuan usia 30 dikasih tahu agar tidak usah buru-buru nikah itu menurut saya tidak tepat," kata Hasto.

Bila ada banyak perempuan yang hamil di atas 35 tahun, maka yang memiliki kehamilan berisiko tinggi makin banyak.

"Risiko tinggi dalam keadaan yang patologis. Hamil pertama dalam usia tua itu sering ada banyak masalah," tutur pria yang juga dokter kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Risiko Melahirkan di Atas 35 Tahun

Hasto menjelaskan hamil di atas 35 atau umur 40 itu kelainan kongenital atau cacat bawaan kromosom meningkat. Lalu, kemungkinan bayi lahir prematur dan peningkatan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah juga semakin besar.

"Sehingga tidak setuju jika ada kampanye nikahnya nanti saja. Kalau saya di atas 20 tahun sudah dipertimbangkan untuk menikah gak apa-apa asal jarak anak tiga tahun dan jumlaha anak dua cukup. Lalu, setelah 35 tahun tidak hamil lagi," katanya.

"Jadi, untuk perempuan kalau ditunda-tunda itu enggak bagus," saran pria lulusan Fakulas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini.

Sementara itu bagi laki-laki, secara biologis usia di atas 40 tahun memiliki anak tidak masalah. Lantaran sperma pada usia 40-an tahun juga tetap baik.

"Kalau pada laki-laki (dalam hal memiliki anak) memang tidak ada istilah terlalu tua," katanya. 

3 dari 4 halaman

Puncak Biologi Kehidupan Usia 33 Tahun

Hasto menerangkan, tubuh manusia itu sudah berada di puncak biologi pada usia 32-33 tahun. Setelah itu komponen tubuh mengalami penurunan fungsi.

 

"Sehingga kalau orang sudah 32-33 harus sudah merasa pucnaknya karena kompenen tubuh mengalami penurunan dan sel-sel mengalami kemudunduran," lanjut Hasto.

Landasan inilah yang membuat wanita tidak disarankan untuk hamil di atas 35 tahun mengingat kehamilan memiliki beban tersendiri.

"Maka itu bila hamil di ats 35 tahun sudah termasuk tua," katanya. 

"Berbeda halnya dengan laki-laki karena laki-laki itu tidak hamil ya, hanya mengeluarkan 'bibit," jelas Hasto.

4 dari 4 halaman

Rekomendasi Usia Menikah dan Punya Anak

BKKBN sendiri mengkampanyekan usia menikah adalah 21 untuk perempuan dan 25 untuk laki-laki. Secara biologis, organ intim wanita sudah siap lalu sudah tidak terjadi pertumbuhan tulang. Berebeda halnya bila masih remaja bila wanita sudah mengalami intercourse maka risiko kanker ovarium meningkat. 

"Umur 21 itu sudah bagus, mature untuk perempuan, kalau laki-laki umur 25 itu sudah dewasa ia sudah mandiri atau memiliki kemampuan finansial," kata Hasto.

Selain kesiapan fisik, Hasto juga mengingatkan bahwa menikah itu juga mengenai persatuan dua individu yang berbeda. Sehingga untuk menyatukan dua individu yang berbeda ini butuh perjuangan yang luar biasa.

"Untuk belajar toleransi ini luar biasa karena totally. Ini bukan cuma toleransi sementara, tapi ini 24 jam toleransi," kata Hasto.

Jika memang belum ada niat untuk memaklumkan kehadiran sosok lain dalam kehidupan selama 24 jam bakal terasa berat. 

"Makanya, keluarga bukan cuma ikatan emotional sex tapi juga punya ikatan kebersamaan seperti membangun visi bersama dalam organisasi," kata Hasto. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini