Sukses

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Kapan Pandemi COVID-19 Berakhir

Dalam Pertemuan Ilmiah Khusus (PIK) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) saya menyampaikan Key Note Lecture berjudul "When Pandemic will End". Saya sampaikan lima hal.

Liputan6.com, Jakarta Pada 22 September 2022 ini dalam Pertemuan Ilmiah Khusus (PIK) Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) saya menyampaikan Key Note Lecture berjudul "When Pandemic will End".

Saya sampaikan lima hal: 

Pertama, pada 14 September 2022 Dirjen WHO memang mengatakan bahwa akhir pandemi COVID-19 sudah tampak di depan mata.

Ini utamanya karena situasi di berbagai negara di dunia saat ini relatif sudah jauh lebih baik.

Kedua, ada 6 hal yang harus dijaga dalam "etape" terakhir supaya finish benar-benar tercapai, yaitu testing, vaksinasi, penanganan kasus, pencegahan infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, komunikasi risiko dan keterlibatan masyarakat.

Ketiga, ada dua prinsip utama yang perlu dijamin, yaitu meminimalisir sirkulasi virus SARS CoV2 di masyarakat, utamanya di kelompok risiko tinggi, serta jaminan pencegahan dan pengobatan pasien, termasuk menangani efek jangka panjang seperti "long COVID-19" dll.

Keempat, yang saya sampaikan adalah kalau memang pandemi COVID-19 akan dinyatakan selesai--katakanlah dalam beberapa bulan kedepan, maka ada tiga hal yang akan tetap ada.

- Virusnya masih akan ada di komunitas, walaupun tidak menimbulkan dampak berarti.

- Masih akan ada hal-hal tentang COVID-19 yang belum kita ketahui dan akan terjawab dengan perkembangan ilmu pengetahuan di waktu mendatang.

- Walaupun pandemi sudah selesai nantinya (sekarang belum ya) maka kewaspadaan kesehatan tetap harus dilakukan.

Kelima, yang saya sampaikan adalah tentang antisipasi kemungkinan pandemi berikutnya. Untuk ini memang perlu perubahan mendasar dari sistem kesehatan global dan juga nasional di masing-masing negara.

Sementara untuk kita anggota masyarakat, marilah kita semua tetap memberi prioritas penting pada kesehatan kita dan keluarga, ada atau tidak adanya pandemi.

 

 

**Penulis adalah Prof Tjandra Yoga Aditama, Ketua Majelis Kehormatan, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kemenkes Dorong Vaksinasi Booster

Di sisi lain, Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan, M. Syahril sebelumnya menyebutkan bahwa saat ini Kementerian Kesehatan telah menyusun sejumlah strategi untuk meningkatkan cakupan vaksinasi booster COVID-19.

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada masyarakat. Sebab ada kemungkinan imunitas masyarakat turun di tahun depan.

Ia menilai, cakupan vaksinasi booster dosis ketiga atau vaksinasi booster COVID-19 di Indonesia terbilang masih sangat rendah.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per tanggal 15 September 2022 pukul 18.00 WIB, cakupan vaksinasi booster pertama baru mencapai 26,45% persen atau sekitar 62.080.191 orang. Target capaian menurun usai libur lebaran 2022.

“Vaksinasi ketiga meningkat pada awal April, kemudian terjadi penurunan yang tentunya banyak penyebab sehingga capaian vaksinasi booster pertama ini masih landai,” kata Jubir M. Syahril dalam keterangan pers Jumat (16/9).

“Meskipun saat ini persentase kasus harian COVID-19 terus menurun, vaksinasi primer dan booster terus kita gencarkan. Jadi, kalau ada gelombang baru COVID-19 kita lebih siap karena kekebalan tubuh kita masih kuat,” ujar Jubir Syahril.

 

3 dari 4 halaman

Cakupan Vaksinasi Tertinggi Baru di 3 Daerah

Jubir Syahril menyebutkan saat ini Kementerian Kesehatan telah mendorong seluruh kepala daerah baik gubernur maupun bupati/walikota untuk terus menjalankan vaksinasi COVID-19 bekerjasama dengan pihak-pihak lainnya.

Menurutnya, akselerasi ini perlu dilakukan agar semakin banyak daerah yang cakupan vaksinasi ketiganya diatas 50%. Karena sejak dimulai pada 22 Januari 2022 lalu, baru ada 3 daerah yang cakupan vaksinasi ketiganya sudah diatas 50%.

Ketiga daerah tersebut yakni Provinsi Bali, DKI Jakarta dan Kepulauan Riau. Bali menempati posisi tertinggi dengan persentase 69,8%, DKI Jakarta dengan 66,0% dan Kepulauan Riau 52,1%.

“Penyediaan sentra-sentra vaksinasi terutama di tempat-tempat publik, perlu kembali digalakkan untuk mendekatkan layanan vaksinasi kepada masyarakat. Saya kira ini bisa kembali menarik minat masyarakat,” ujar Jubir Syahril.

 

4 dari 4 halaman

Strategi Jemput Bola

Ia menambahkan Kementerian Kesehatan juga akan menerapkan strategi “jemput bola” guna mendekatkan layanan vaksinasi kepada sasaran terutama kelompok rentan yang kesulitan mengakses sentra vaksinasi.

“Jemput bola ini untuk memudahkan sasaran yang kesulitan mengakses layanan vaksinasi COVID-19. Caranya dengan mendatangi rumah-rumah, pasar maupun tempat publik lainnya. Jadi kita kejar, tidak menunggu mereka datang ke puskesmas atau pusat-pusat layanan vaksinasi, tapi kita jemput bola,” ujar Jubir Syahril.

Terakhir, Jubir Syahril mengimbau kepada masyarakat yang belum melakukan vaksinasi booster di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat guna meningkatkan kekebalan tubuh. Vaksinasi booster terbukti mampu meningkatkan kekebalan tubuh seseorang hingga 4-6 kali lipat, sehingga mampu mencegah risiko terburuk dari infeksi COVID-19.

“Untuk yang belum booster saran saya terus dilanjutkan, karena itu memberikan proteksi yang baik untuk kita, sasaran yang dibooster terbukti secara ilmiah kadar antibodinya jauh lebih tinggi dibandingkan yang belum dibooster, ini penting untuk melindungi orang sekitar terutama orang tua kita,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.