Sukses

1 dari 2 Pasien Omicron Tak Tahu kalau Positif COVID-19

Mayoritas orang yang terinfeksi varian Omicron penyebab COVID-19 tak tahu bahwa dirinya tengah terinfeksi.

Liputan6.com, Jakarta Mayoritas orang yang terinfeksi varian Omicron penyebab COVID-19 tak tahu bahwa dirinya tengah terinfeksi penyakit menular ini. Sekitar 56 persen dari partisipan studi yang dilakukan di Amerika Serikat tak tahu kalau sedang sakit COVID-19 di era varian Omicron.

"Lebih satu dari dua orang tak tahu bahwa dirinya terinfeksi Omicron," kata salah satu peneliti Susan Cheng dari Smidt Heart Institute at Cedars-Sinai, Amerika Serikat.

Ketidaktahuan banyak pasien COVID-19 yang terserang Omicron karena gejala yang kurang parah subvarian Corona ini. Sebagian besar hanya merasakan lelah, batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan dan pilek.

Mengingat ada banyak orang tak tahu kalau dirinya sedang terinfeksi COVID-19, hal ini makin membuat penularan meluas.

"Temuan penelitian kami menambah bukti bahwa infeksi yang tak terdiagnosis dapat meningkatkan penularan virus," kata penulis pertama dalam penelitian tersebut, Sandy Y Joung.

"Tingkat kesadaran infeksi yang rendah berkontribusi terhadap cepatnya penyebaran Omicron," lanjut Sandy.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bentuk Penelitian

Temuan Sandy dan kawan-kawan dipublikasikan dalam JAMA Network Open pada 17 Agustus 2022. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan sampel darah para petugas kesehatan dan pasien selama pandemi. Termasuk sampel darah pada 2021 sebelum puncak kasus Omicron di AS.

Kemudian peneliti mengindentifikasi 2.479 sampel darah sebelum dan setelah dimulainya gelombang Omicron. Berdasarkan tingkat antibodi yang positif dalam, ada 210 orang yang terinfeksi Omicron.

Lalu, peneliti kemudian mewawancarai dan melakukan survei kepada mereka. Hasilnya, hanya 44 persen yang tahu kalau dirinya terinfeksi COVID-19. Sisanya, alias 56 persen tidak sadar. Lalu, hanya 10 persen dari mereka yang terkena Omicron melaporkan gejala seperti terkena flu atau infeksi lain.

Menurut para peneliti, diperlukan lebih banyak penelitian yang melibatkan lebih banyak orang dari beragam etnis dan komunitas untuk mempelajari faktor spesifik apa yang terkait dengan kurangnya kesadaran terinfeksi COVID-19 Omicron.

 

 

 

 

3 dari 4 halaman

Meningkatkan Kesadaran untuk Tes COVID-19

Sandy berharap, lewat temuan ini makin banyak orang sadar untuk melakukan tes bila merasa ada gejala maupun usai kontak erat dengan mereka yang positif COVID-19.

"Kami berharap orang-orang akan membaca temuan ini dan berpikir, 'Saya baru saja menghadiri pertemuan di mana seseorang dinyatakan positif,' atau, 'Saya baru saja mulai merasa tidak enak badan. Mungkin saya harus mendapatkan tes cepat.'," kata Sandy.

Ketika masyarakat sudah sadar upaya pencegahan dengan segera melakukan tes, maka bisa segera dideteksi bila ada yang positif COVID-19. Sehingga, bisa menyesuaikan upaya untuk mencegah penularan.

"Kesadaran melakukan tes menjadi kunci untuk memungkinkan bergerak keluar dari pandemi," katanya.

4 dari 4 halaman

Bagaimana Gejala Omicron di Indonesia?

Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan varian Omicron lebih ringan ketimbang varian Delta yang lebih dulu memicu lonjakan kasus pada Juli 2021.

Pasien COVID-19 yang terpapar saat gelombang ketiga dengan dominasi penularan varian Omicron banyak bergejala ringan. Sebagian besar mengeluhkan sakit tenggorokan, batuk dan nyeri-nyeri badan tapi ada juga yang bergejala sedang hingga berat.

“Tetapi, meski gejala ringan bukan berarti si varian Omicron ini bisa disepelekan,” kata Reisa. 

Hal senada juga disampaikan Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirrasi FKUI RSUP Persahabatan, Prasenohadi beberapa waktu lalu.

 "Sebagai klinisi kami tidak main-main dengan varian ini meski umumnya gejala ringan. Karena di rumah sakit dengan gejala berat tetap ada, terutama yang belum divaksin dan ada komorbid," kata Seno.

Meski sebagian besar orang yang terinfeksi Omicron bergejala ringan, bahkan tanpa gejala tapi tetap saja risiko kematian.

“Dalam perjalanannya, penyakit ini bisa bergejala lebih berat. Atau akan ada risiko yang menyebabkan gejala Long Covid,” ungkap Reisa

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Virus Corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan.

    Corona

  • Setelah Covid-19 varian Delta dan Delta Plus, kini varian Omicron menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara.

    Omicron

  • Varian Omicron dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.529, adalah sebuah varian SARS-CoV-2, sebuah koronavirus yang menyebabkan COVID-19.
    Varian Omicron dikenal sebagai garis keturunan B.1.1.529, adalah sebuah varian SARS-CoV-2, sebuah koronavirus yang menyebabkan COVID-19.

    Omicron Covid

  • Setelah Covid-19 varian Delta dan Delta Plus, kini varian Omicron menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara.
    Setelah Covid-19 varian Delta dan Delta Plus, kini varian Omicron menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara.

    varian omicron