Sukses

2 Hari Omicron Terkonfirmasi Masuk Korea Utara, 21 Orang Meninggal

Dua hari sejak kasus pertama Omicron COVID-19 terkonfirmasi masuk Korea Utara, tercatat ada 21 orang yang meninggal terkait COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Dua hari sejak kasus pertama Omicron COVID-19 terkonfirmasi masuk Korea Utara, tercatat ada 21 orang yang meninggal diduga terkait COVID-19. Dilaporkan juga lebih dari 500 ribu orang sakit terkait penyakit infeksi virus itu.

Mengutip Channel News Asia, Korea Utara sudah mengaktifkan sistem karantina darurat maksimum untuk memperlambat penularan Omicron. Namun, saat ini sudah ada puluhan ribu kasus baru setiap hari di sana.

Korean Central News Agency pada Jumat, 13 Mei 2022 melaoporkan ada lebih dari 174.440 oran mengalami demam. Lalu, sudah ada 81.430 yang pulih tapi 21 orang meninggal dunia.

Sebelumnya, pada Kamis, 12 Mei 2022 Kim Jong Un sudah memerintahkan lockdown nasional. Perintah ini disampaikan Kim Jong Un usai kehadiran varian Omicron COVID-19 terdeteksi di Pyongyang.

KCNA melaporkan dari sebenarnya dari akhir April hingga 13 Mei sudah lebih dari 524 ribu orang sakit yang mereka sebut demam. Lalu, 27 orang diantaranya meninggal dunia.

Sayangnya, laporan itu tidak merinci apakah kasus dan kematian baru telah dites positif COVID-19. Namun, para ahli mengatakan negara itu akan berjuang untuk menguji dan mendiagnosis penyakit tersebut.

Korea Utara hanya mengatakan bahwa satu dari enam kematian pertama yang diumumkan pada hari Jumat itu dengan status positif COVID-19.

"Tidak berlebihan untuk menganggap semua kasus 'demam' ini sebagai COVID-19, mengingat kapasitas pengujian Korea Utara yang kurang," kata Cheong Seong-chang dari Institut Sejong.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Angka Kasus COVID-19 Diprediksi Lebih Tinggi

Cheong juga memprediksi kasus sebenarnya bisa lebih tinggi dari angka demam yang dilaporkan Korea Utara. Hal ini karena pasien COVID-19 bisa terinfeksi tanpa gejala atau orang tanpa gejala (OTG)

"Jumlah sebenarnya kasus COVID-19 bisa lebih tinggi daripada angka demam karena banyak kasus tanpa gejala," katanya, seraya menambahkan bahwa laju infeksi tumbuh "sangat cepat".

Belum lagi, bila Omicron yang menyebar di sana maka laju infeksi bakal berjalan sangat cepat. Mengingat kemampuan penularan varian virus tersebut memang bersifat lebih cepat.

Terkait tingginya kasus COVID-19 di Korea Utara, Kim Jong Un mengatakan bahwa wabah itu menyebabkan "pergolakan besar" di sana. Hal itu ia sampaikan memimpin pertemuan Politbiro.

Kim menempatkan dirinya "depan dan pusat" dalam penanganan COVID-19 negara itu, kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, Korea Selatan.

 

3 dari 4 halaman

Tawaran Vaksin COVID-19 dari Korea Selatan

Pemerintah Korea Selatan menyatakan telah mencoba menawarkan bantuan kemanusiaan ke Korea Utara, namun Pyongyang belum menanggapi. 

Korea Utara telah konsisten dalam komitmen publiknya untuk memerangi virus. Ini adalah bagaimana ia membenarkan menutup perbatasannya begitu lama. Sekarang Omicron telah memasuki negara itu, tantangannya adalah membatasi penyebaran varian tersebut.

Tanpa vaksin, layanan kesehatan yang buruk, dan kapasitas terbatas untuk menguji orang, pilihan Korea Utara sangat terbatas saat ini.

Pihak berwenang telah dengan jelas memutuskan bahwa mereka tidak punya pilihan selain mengunci negara itu. Jadi mereka hanya perlu memberi tahu orang-orang dan seluruh dunia meskipun tidak berarti pemerintah bersedia menerima bantuan dari luar.

4 dari 4 halaman

Fokus di Isolasi dan Rawat Pasien COVID-19

Kim Jong Un --- masih menurut KCNA --- memilih untuk secara aktif mengisolasi dan merawat orang yang mengalami demam sebagai prioritas utama, sambil menyerukan untuk merancang metode dan taktik perawatan ilmiah 'dengan tempo kilat' dan memerkuat langkah-langkah untuk memasok obat-obatan.

Lebih lanjut KCNA juga mengatakan bahwa otoritas kesehatan berusaha mengatur sistem pengujian dan perawatan serta meningkatkan pekerjaan desinfeksi.

Penyebaran Virus Corona yang cepat berpotensi besar menyebabkan krisi di negara yang kekurangan sumber daya medis tetapi telah menolak bantuan internasional dengan vaksinasi dan menutup perbatasannya.

Analisis mengatakan bahwa wabah itu dapat mengancam untuk memerdalam situasi pangan yang sudah sulit di negara yang terisolasi itu tahun ini.

Sebab, lockdown akan menghambat 'perjuangan habis-habisan' melawan kekeringan dan mobilisasi tenaga kerja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Negara yang terletak di Asi Timur. Negara ini dikenal dengan pemerintahannya yang otoriter
    Negara yang terletak di Asi Timur. Negara ini dikenal dengan pemerintahannya yang otoriter

    Korea Utara

  • Setelah Covid-19 varian Delta dan Delta Plus, kini varian Omicron menimbulkan kekhawatiran di berbagai negara.

    Omicron

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19

  • Virus Corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan.

    Corona